BANYUWANGI – METROPAGINEWS.COM || Pemerintah Desa (Pemdes) Parangharjo, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi sebagaimana surat nomor 140/ 179/ 429.509.04/ 2024 mengajukan permohonan ke kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi untuk meregistrasi Juru Pelihara (JUPEL) Pesarean atau Makam di Petilasan / Situs Sayu Wiwit. Senin (18/11/2024). Pesarean
Diungkapkan Pj. Kepala Desa (Kades) Parangharjo saat ditemui diruang kerjanya menyampaikan pengajuan dari Desa Parangharjo untuk JUPEL sudah diajukan ke kantor Disbudpar.
Sebagai bentuk pelestarian sejarah pasca perang Puputan Bayu yang telah terjadi di tahun 1771 yang hingga saat ini ditandai menjadi Hari Jadi Banyuwangi (HARJABA) mengenai salahsatu pejuang yang telah gugur dalam pertempuran tersebut yang bernama Sayu Wiwit keberadaan makam / Pesareannya berada di tengah persawahan yang berdekatan dengan aliran sungai.
Menurutnya, dari sejumlah tokoh masyarakat dan beberapa Masyarakat sudah sejak lama mengetahui bahwa ada makam yang di dekatnya ada sejumlah bata kuno sama persis seperti yang ada di keraton Macanputih ataupun berada di umpak songgo, Kecamatan Muncar.
” Hal ini menambah keyakinan masyarakat bahwa keberadaan makam itu menjadi bagian sejarah dan lokasi pertempuran Puputan Bayu berada di titik wilayah perangan yang saat ini menjadi Desa Parangharjo,” Terangnya.
Begitupula disampaikan JUPEL Makam Sayu Wiwit, Fiki Saiful Rizal S.Pd yang sekarang menjabat sebagai Kepala Dusun (Kasun) berharap agar Disbudpar Kabupaten Banyuwangi meregistrasi usulan yang sudah diajukan.
” Setiap tahun kita melakukan kegiatan Napak tilas sebagai bentuk untuk menguri – uri pelestarian sejarah. Data Tim independen mengenai penulisan sebuah buku oleh H.Selamet Utomo (almarhum) terbit 2009 lalu ditulis dalam buku berjudul Sayu Wiwit Sang Kaisar,” Ungkapnya.
Selain itu, Sayu Wiwit yang menjadi Manggala atau Senopati perang. Wanita asal tempat tinggalnya di Kedhaton (berarti di Lateng) adalah Putri dari Mas Gumuk Jati (Mas : Gelar. bangsawan). Sayu Wiwit: Sayu asal dari kata Mas Ayu, Berarti dari darah pancer laki – laki keturunan bangsawan Blambangan, dalam buku Blambangan Winarsih P.A 1995, BTA;x8.
(Tyo)