REDAKSI – METROPAGINEWS.COM || Dalam perjalanan hidup, manusia tidak pernah berhenti mencari. Salah satu pencarian terbesar adalah pekerjaan ruang di mana seseorang menaruh harapan, penghidupan, dan harga diri. Tidak sedikit orang yang memilih hijrah, meninggalkan pekerjaan lama demi mencari yang dianggap lebih menjanjikan.
Hijrah pekerjaan bukan sesuatu yang salah. Justru, di sanalah letak dinamika kehidupan. Kita belajar menghadapi tantangan baru, merasakan lingkungan yang berbeda, dan menambah pengalaman yang kelak menjadi bekal. Ada kalanya, seseorang harus menempuh ribuan langkah, mencoba berbagai bidang, bahkan mengorbankan kenyamanan demi sebuah harapan.
Namun, ada satu kenyataan yang kerap mengejutkan. Setelah berkelana jauh, kita sering kali kembali ke titik awal ke pekerjaan pertama di mana dulu kita belajar. Mengapa demikian? Karena pekerjaan pertama bukan sekadar profesi, melainkan akar. Di sanalah kita ditempa, mengenal arti disiplin, memahami makna sabar, dan belajar menghargai setiap jerih payah.
Seperti kata Buya Hamka: “Hidup ini adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar, terimalah dan hadapilah dengan berani.” Dalam konteks pekerjaan, keberanian untuk hijrah memang penting, tetapi kebijaksanaan untuk kembali ke akar pun tak kalah bermakna.
Kembali ke pekerjaan lama bukanlah tanda kegagalan. Justru, ia adalah tanda kedewasaan. Kita pulang dengan membawa bekal pengalaman baru, wawasan yang lebih luas, dan pandangan yang lebih matang. Lingkaran itu menegaskan bahwa pekerjaan terbaik bukan hanya yang menghasilkan materi, tetapi yang memberi ketenangan hati dan rasa memiliki.
Imam Ali bin Abi Thalib pernah berpesan: “Nilai seseorang tergantung pada apa yang ia kerjakan dengan baik.” Maka, apa pun pekerjaan kita baru atau lama nilai sejatinya ada pada kesungguhan kita menjalaninya.
Pada akhirnya, hijrah pekerjaan adalah proses pencarian, bukan sekadar perpindahan. Ia adalah perjalanan untuk mengenali jati diri, memahami makna kerja, dan pada akhirnya menemukan tempat di mana hati merasa pulang. Karena yang kita cari bukan hanya penghasilan, melainkan kebermaknaan hidup di dalamnya.***


Komentar Klik di Sini