DENPASAR-METROPAGINEWS.COM ||
Tanpa terasa perjalanan waktu telah menyadarkan kita betapa proses panjang dan berliku telah sekian lama kita lalui bersama, 15 Tahun adalah bukan waktu yang singkat dalam perjalanan berkesenian, sebuah kelompok musik Ethnic Fussion Khatulistiwa Bali, beragam pola jalan baik yang berliku dan berkelok lengkap sudah mereka lalui bersama pahit getir serta manisnya kehidupan.
Entah kenapa tiba tiba malam kemarin ( 10/11/2024 ) saya bermimpi, tentang sebuah group musik yang bernama Khatulistiwa Ethnic Fussion Bali yang seolah tampil kembali dengan personil lengkap di acara Reuni yang mereka di gelar di salah satu Hotel di daerah Kuta Bali, apa makna dari mimpi tersebut masih terus terngiang di kepala saya, hingga kemarin ( 11/11/2024 ) saya mencoba melepas penat dan keraguan di kepala buat menghubungi dan berbincang via telepon, WA dan DM Instagram, FB message, serta Video Call dengan beberapa personil Khatulistiwa Ethnic Fussion Bali, menanyakan kabar terkait keberadaan mereka, yang saat ini terpisah oleh jarak dan waktu, meski belum ada kabar terkait pembubaran setelah 15 tahun berlalu, setidaknya saya tetap percaya bahwa bagaimanapun, kehadiran mereka telah memberi warna dan corak tersendiri di kancah dunia musik tanah air masa itu, di era era Th 2009 hingga 2024 dimana mereka genap berusia 15 tahun saat ini, ketika saya memimpikan mereka beberapa hari yang lalu.
Terlepas dari mimpi adalah sebagai bunga tidur karena kelelahan dalam aktivitas keseharian, dan terbawa pada bayang dan kenang masa lalu, yang menyimpan sebuah memori tak terlupakan bersama kawan kawan Khatulistiwa Ethnic Fussion Bali, kemudian saya mencoba crosscheck satu persatu
Personil Khatulistiwa tersebut, dan merangkai kembali puing puing sejarah yang menyimpan banyak cerita dan kenangan bersamanya.
Awalnya saya coba kontak Nurul Khatulistiwa, Dia adalah Drummer sekaligus, Motor dari Group Musik Khatulistiwa Ethnic Fussion Bali, Pemuda asli Sayung perbatasan Demak dan Semarang, Jawa Tengah sekarang menetap di Denpasar, Menjadi Event Organizer bersama keluarganya, salah seorang Drummer jebolan Metalic Klinik, dan sempat menjadi duta mewakili Indonesia di kancah musik Internasional, seorang Pendobrak tatanan mainstream dan merupakan salah satu Inisiator juga pendiri Khatulistiwa Ethnic Fussion Bali, Nurul bercerita panjang lebar terkait Khatulistiwa pasca saya menanyakan kabar terkait keberadaannya dan keluarga saat ini, waktu saya coba Video Call ( 12/11/2024 ) dia terkekeh saat ditanyakan wartawan MetroPagi News terkait rencana Reuni pasca 15 tahun Exsistensi Band Khatulistiwa Ethnic Fussion, yang saat ini dalam masa vacuum of power, Nurul hanya mengatakan kemungkinan sedikit berat karena beberapa personilnya terpisah lintas kota dan negara, tapi dia sendiri memiliki keyakinan bilamana memang sudah saatnya mereka pasti akan tampil kembali menjawab kerinduan para fans nya katanya sembari terkekeh.
Sebelumnya beberapa hari yang lalu, saya juga sudah dapat WA dari Group Vespa HSDC ( Hotrod Scooter Dewata Chapter ) tepatnya dengan Bassist Khatulistiwa om Erit Issabelle, yang satu grup vespa dengan saya, kala di Bali dan kerap kali touring bersama kemana mana, dengan pasukan HSDC, namun kini dia menetap di Zwiss Eropa Tengah, Dia mengatakan ikut bersedih dan mendoakan kesembuhan saya setelah insiden kecelakaan kemarin ( 2/11/2024 ) yang membuat saya terpaksa dipasangi pen karena ada tulang yang patah di lengan, Erit Issabelle pemuda dari Brebes yang dulu merupakan perantauan di Bali selama sekian tahun lamanya, adalah Bassist Khatulistiwa Ethnic Fussion serta pernah bermain juga di kelompok musik bergenre Glammrock, Mission Motherland Bali, namun saat ini dia lebih sering bermain musik dengan group musik lokal di Swiss, sebab dia tinggal dan menetap disana bersama istri dan keluarganya.
Yakinnnn mantabs Om Pits, itulah kata kata yang seringkali terlontar dari Om Erit bilamana ketemu saya, ketika tadi ( 11/11/2024 ) saya tanya terkait kapan reuni khatulistiwa ni om ?… Dia pun juga hanya terkekeh dan menjawab belum ada kesempatan om, masih nyari celah buat bisa balik ke Indonesia, nanti kalau waktu dan moment’nya pas bisalah diagendakan sahutnya, pasca ngobrol panjang lebar terkait kabar, sejarah Khatulistiwa, formasi hingga managerial musiknya, dia sempat juga menyeletuk masalah Nasi Tempong makanan tradisional, yang banyak ditemui di Denpasar Bali, kangen Om Pits, disini ga ada yang jualan kelakarnya.
Berlanjut ke Om Nolan, sebenarnya kita pernah satu gang juga saat di club’ vespa HSDC, namun semenjak terakhir kali dia sibuk bermain dengan Charlie St 12 dan kesibukan kerjanya di Jakarta kita jadi jarang ketemu, Om Nolanda Suprayoga ini, Dia adalah eks Pemain Biola & Arhu Khatulistiwa Ethnic Fussion saat itu, berasal dari Jawa timur, dulu sempat merantau di Bali dan sudah panjang sekali Rekam Jejaknya di dunia permusikan baik di Bali maupun Lokal, Nasional & Internasional, dialah orang pertama yang ditemui Nurul saat mengajak Erit awal awal di Bali, sebelum akhirnya mereka memutuskan buat membuat sebuah band dengan genre Fussion, saat dihubungi ( 11/11/2024 ) Om Nolan masih sibuk dengan komunitas RX King Jakarta Police jadi kita tak sempat ngobrol banyak dia hanya bilang aman Brow, semua baik baik saja, mungkin mimpi itu hanya sebuah kerinduan tentang masa masa indah yang pernah kita lalui bersama, tetap jaga kesehatan dan berkarya selalu paparnya.
Om Tarzan Junggle People nama bekennya di FB dia adalah mantan pemain Gamelan, Jimbe, dan alat alat musik bikinan sendiri kala masih aktif di Khatulistiwa Ethnic Fussion, dia dari Tempeh Jawa Timur, dan dulu sering ketemu saya ketika belajar kerajinan handicraft kulit, namun sekarang menetap di Australia bersama istri dan anaknya, serta masih sering bermain musik dengan musisi lokal pun juga masih aktif menciptakan alat alat musik sendiri sembari terus berkarya lewat single single yang diciptakan disana, karena memang basicnya suka mencoba sesuatu yang baru, dia seringkali menciptakan beragam alat alat musik, dan kesukaannya pada alam bebas hutan dan semesta, serta tradisi membuatnya seringkali bermusik sembari kontemplasi, dulunya dia juga pernah main dengan beberapa group musik lokal bali dan pernah suatu ketika tampil bareng dengan saya di FEMS Pantai Padang Padang Bali, Uluwatu saat itu dia memandu Workshop Percussion dan saya beserta Jeffi rekan perupa menggelar Workshop Lukis, mengangkat Tema terkait Bahaya Pembakaran Sampah di pantai, kegiatan ini di gelar oleh salah satu Yayasan Aktivis Perempuan FEMS Inggris, yang menyoroti tema peduli lingkungan tersebut di hari bersih dunia, World Clean Up Day, ketika saya tanyakan terkait kemungkinan Reuni Khatulistiwa Ethnic Fussion Dia hanya menjawab terkekeh, sebab katanya dia juga susah buat menentukan waktunya om, karena dia tinggal dan bekerja di Australia, bersama istri dan anak anaknya yang masih kecil, pingin banget om suerr tapi yo bagaimana uadoh e ( jauh nya ) dan memang butuh lebih dari sekedar konfirmasi, karena disamping jarak dan waktu, juga kita harus memang menyediakan biaya yang lumayan minimal untuk bisa stay beberapa saat di Bali ujarnya, namun begitu dia tetap mengikuti saja apa yang teman teman inginkan bilamana dia pas longgar waktu kemungkinan besar pasti hadir.
Kemudian ada Om Setrong dan Om Cepe, nah kedua nama ini saya tak berhasil mengontaknya karena kehilangan no kontak wa di hp saya yang hilang dulu, tapi tidak jadi masalah, karena pada perjalanannya, meskipun mereka juga merupakan bagian dari formasi awal Khatulistiwa, namun sesaat kemudian memutuskan buat melepaskan diri dan berkarya mandiri
Om Izzy likesundaymorning nama FB dari Vokalis sekaligus Guitar dari Khatulistiwa Ethnic Fussion, dia adalah personil yang masuk kemudian di formasi baru, berbarengan dengan Ajun pemain Gamelan Khatulistiwa, Om Izzy berasal dari Tabanan Bali yang sekarang bermain dengan Band AkuNesia, pasca vacumnya Khatulistiwa Ethnic Fussion, dan masih sering terlihat pementasannya di Caffe Caffe serta Bar sekitaran Kuta, Sanur, Canggu, Seminyak, juga di acara acara Festival Musik lainnya, kebetulan dia juga masih satu group Vespa HSDC, dan dulu juga sempat sebentar bergulat di dunia ojek online bareng saya, kemarin dia habis main di Acara Thursday Regaae Vibration ( 07/11/2024 ) saat saya hubungi dan menanyakan kabar berikut rencana Reuni Khatulistiwa Ethnic Fussion, Dia mengatakan antusiasmenya, waduh bakalan seru ituh, agendakan yuck, namun bagaimanapun dia hanya menyerahkan segalanya pada semua eks personil, sebab saat ini banyak diantaranya yang tidak lagi di Bali, jadi ya kemungkinan agak susah buat mengatur waktunya, namun terlepas dari itu dia tetap menyemangati rekan rekan lainnya dimanapun berada semoga tetap bermusik dengan genre maupun aliran musik apapun, karena baginya musik adalah bahasa universal yang bisa mempersatukan kita semua, meski tanpa harus ada reuni secara langsung, ketika masih bermusik disanalah bahasa teleportasi itu ada, lewat nada nada yang tercipta, dan tertiup hembusan kabar angin katanya terkekeh.
Ajun adalah tetangga kost dari Nurul & Erit saat masih kost bareng di Jl Majapahit Bali kemudian dia dilatih belajar Gamelan oleh Nurul guna mengisi kekosongan instrumen tradisi dalam menyemarakkan aransemen musik khatulistiwa, sekian waktu belajar akhirnya dia bergabung beberapa saat belum pada akhirnya ada sedikit persoalan internal dalam band dan membuatnya harus merelakan diri buat hengkang dari khatulistiwa, meski terhitung baru beberapa kali ikut menggarap projects projects musik khatulistiwa, begitulah selalu ada luka liku dan dinamika dalam sebuah kelompok musik, yang mengharuskan terjadinya Gonta ganti personil, menuju sebuah kesempurnaan ideal yang dinamis dan terus berkembang.
Kemudian Catur Hari Wijaya, adalah personil paling akhir yang masuk dalam formasi khatulistiwa saat itu, dan memegang peranan dalam instrumen kendang dan percussion, jadi formasi resminya adalah 7 orang kala itu, termasuk Catur sendiri yang hingga kini masih Exsis bermusik pasca vacumnya Khatulistiwa, dan kemarin sempat bermain di Feel The Rhytm Of Sikarius di Bali Spirit Festival 2024 dan ( 15 /11/ 2024 ) kemudian mendatang membuka kelas dalam Drumming Immersion Workshop di Ubud, dulu Catur adalah pemain Kendang dan Percussion saat di Khatulistiwa Ethnic Fussion, Pemuda Asli Jember yang merantau di Bali ini, kemudian setelah menikah menetap di Ubud Bali, masih seringkali tampil dalam event event musik baik di Bali dan Internasional, Om Catur ini Th 2018 dulu sempat belajar terkait musik Tradisional dan Percussion di Afrika, namun kini lebih sering tampil sebagai pengajar maupun mentor dalam workshop workshop musik di Bali, saat di konfirmasi terkait rencana Reuni Khatulistiwa Ethnic Music dia sangat antusias, menyerahkan semuanya pada rekan rekan bilamana memang masih ada waktu ya ayok katanya di Ubud ajah.
Khatulistiwa Ethnic Fussion Bali, sendiri adalah sebuah group musik legendaris yang bergenre Ethnic Fussion, Group musik ini awalnya berangkat dari ketertarikan para personilnya dengan beragam instrumen musik tradisional, yang menjadikan basic dan kekayaan ragam instrumen di dalamnya, kemudian dipadu dengan sentuhan alat alat musik modern, mereka seringkali mengeksplorasi musik, menggabungkan antara tradisi dan modern dengan karakter serta corak tersendiri, mengangkat sebuah tradisi lewat sajian instrumen yang kompleks dipadu dalam balutan Genre Fussion yang lepas dan bebas.
Disamping lika liku pergantian formasi, Group ini juga sempat mengalami lika liku pergantian manager, awalnya manager mereka adalah salah seorang musisi kondang Alm Itok Kurdi, namun karena dirasa mereka seakan di bayang bayangi oleh nama besar sang manager, akhirnya mereka memutuskan buat berganti manager, biar bisa lebih mandiri, kata om Erit menjelaskan, kemudian posisi manager digantikan oleh Galih & Winnie, namun selang beberapa saat seperti halnya pada susunan formasi karena ketidak cocokan, akhirnya berganti lagi manager yakni Hakeem dan sempat juga dibantu Heidi seorang guru Prancis yang pada akhirnya membawa mereka bisa menuntaskan rekaman di Antida Music Studio Bali, hingga pada akhirnya setelah semua berjalan lancar dan bisa menelorkan beberapa single serta mini album, beberapa persoalan internal mulai menerpa, karena kesibukan side job di luar khatulistiwa sendiri, membuat jadwal dan agenda pementasan Khatulistiwa di beberapa tempat jadi bias dan agak keteteran
Puncaknya ketika Nurul dipanggil oleh orang tuanya untuk meneruskan kembali usaha Perlengkapan Marching Band Bapaknya di Sayung, maka terjadi ke vakuman yang lumayan lama, kemudian setelah itu Nurul Lebih Fokus dengan kegiatan di Jember, tempat dia mengelola sebuah kedai makanan, dan juga karena saat itu masih PDKT dengan istrinya saat ini, maka bertambah panjang lah masa vakum Group Khatulistiwa Ethnic Fussion
Semua kembali berjalan mandiri sendiri, sebab kesibukan side job masing masing, ditambah satu persatu personil mulai menginjak pada jenjang pernikahan, maka mau tak mau beberapa harus berpisah dengan rekan rekan Khatulistiwa sebab mengikuti Istri kembali ke negara asalnya.
Uniknya kesemua personil Khatulistiwa ini adalah para perantauan yang awalnya bertemu disaat kegiatan kegiatan musik, dan akhirnya karena seringnya bersama sama dalam kehidupan perantauan maka terbentuklah Group ini, pada 13 Maret 2009, begitu sejarahnya menurut Erit dalam Video Call kemarin, sempat berjaya pada massanya dan menelorkan beberapa single serta mini album, namun, seiring berjalannya waktu lambat laun memang terjadi perpecahan di group ini, karena semakin berkembangnya industri musik di Tanah Air, pun berkembang pula selera dan minat dalam hal genre musik, begitulah Dinamika dalam bermusik, segala sesuatunya terus berubah dan mencair seiring dengan semangat jamannya, beberapa personil mulai sibuk dengan job job pementasan diluar group inti, dan beberapa mendapatkan pasangan hidup bule sehingga harus mengikhlaskan buat meninggalkan tanah air, meski ada juga yang masih tinggal di Bali dan lanjut bermusik di Pulau Dewata tersebut.
Salah satu Penghargaan Musik yang pernah diterima adalah juara 3 Musik Instrumen terbaik dalam ajang Musik Dunia, yang di selenggarakan oleh Voice Internasional Music Awards ( VIMA 2013 ) dan juga sederet prestasi lainnya, musik dari khatulistiwa sendiri bisa kita nikmati via Sound Cloud Reverbnation dan beragam aplikasi distribusi musik online serupa, pun juga bisa di lihat aksi aksi performnya dalam you tube khatulistiwa Ethnic Fussion Bali.
Diawal awal masa kejayaannya group ini sempat tak pernah absen dari jagat Permusikan di Bali dan sekitar, baik di festival festival musik, maupun pementasan reguler di Caffe pun hotel hotel, bahkan tak jarang berkolaborasi dengan group group musik lain baik dari mancanegara maupun dari seniman dan musisi lokal, kala itu saya juga pernah berkesempatan main bersama dengan mereka di salah satu bar di Daerah Seminyak Bali JP”s, kita pernah berkolaborasi, Dalam sebuah reuni sebelum sesaat kemudian mereka benar benar vacuum, kala itu mereka bermain musik dan saya beserta Pakndes juga Mbah gimbal Tebo dan jefi, melakukan Performing Art didepan panggung, mengikuti alunan musik mereka, yang begitu kompleks, dari nuansa sedih, gembira, haru, marah, tenang seolah berbaur menjadi satu, dan keren memang, bahkan hasil karya lukisan yang tercipta dari tangan saya, kala itu, dimana mata saya ditutup dengan kain agar bisa fokus pada alunan musik, sempat langsung laku terjual dan dikoleksi oleh bule dari Prancis, sesaat setelah Performing Art selesai, setidaknya ada 5 karya yang saya buat kala itu dengan nuansa musik yang berbeda mengikuti alur dari permainan musik mereka.
Pernah juga suatu ketika kala itu Drummernya Nurul yang sempat membeli Tanah di Daerah sekitaran Jember, Jawa Timur dan membuat warung disana, kemudian mengajak kita buat melakukan Proses Kreatif di daerah Jember, serta membuat Sanggar Seni dengan nama Teras Khatulistiwa, saya dan rombongan Perupa Bali, berikut Penari dan Performer Art ikut meramaikan suasana berkesenian di Jember kala itu, kita bikin Pameran Lukisan, sebulan lamanya, sembari diisi dengan beragam kegiatan kreatif saat itu, mulai dari Workshop Tattoo, Street Art, Musik, Tari, Performance Art, hingga Handycraft, dan lain lainnya seru sekali rasanya bila mengenang masa masa itu, kebetulan pada saat tesebut lagi musim Penggundulan Hutan dan Gumuk ( Bukit ) di Jember yang dikenal dengan sebutan Kota Seribu Gumuk, namun ironisnya justru Gumuk Gumuk yang tersisa dihabiskan buat pembangunan, tentunya ini menjadi kegelisahan bagi para seniman dan musisi kala itu, dan akhirnya kita bersepakat untuk menggelar penggalangan dana guna penyelamatan Gumuk Jember, yang juga bekerjasama dengan rekan rekan FSRD Universitas Negri Jember, beserta group Musik Sanksekerta Ethnic Fussion Jember dan beberapa komunitas lainnya.
Proses kreatif yang hampir sebulan di Jember tersebut, meninggalkan kesan yang mendalam bagi kita semua yang pernah ikut dalam kegiatan, meski hanya sebulan namun seolah kita telah menyatu dengan masyarakat Jember dan sekitar, bahkan kita pernah menggelar kegiatan di Alun Alun Jember, dan di depan Universitas Negri Jember, bersama Penari Kontroversial Tebo Aumbara juga seniman seniman lokal Jember, Mas Galih Pak Ketut dan banyak lagi lainnya mencoba berbuat sesuatu untuk Gumuk Jember pada masa itu.
Begitulah sedikit terkait dengan Khatulistiwa dan kabar terakhir dari para personilnya, kita sebagai kawan dekat dan publik mungkin yang merindukan kehadirannya kembali sangat berharap bisa melihat perform Khatulistiwa Ethnic Fussion kembali suatu saat nanti, entah dalam format kolaborasi online, maupun Live Performance secara langsung bila ada kesempatan dan Moment waktu yang pas.
Intinya dari sekelumit cerita tadi moga bisa menjadi cerita tersendiri mewarnai 15 tahun keberadaan Khatulistiwa Ethnic Fussion Bali, yang pernah mengharu biru jagat musik di Pulau Dewata era 2000 an, terima kasih wawancara yang eksklusif dengan para personilnya, dimanapun sekarang kalian berada sehat selalu dan tetap berkarya di jalur masing masing, kita nantikan esok bila waktunya tiba buat kembali menggebrak dunia musik tanah air dengan sajian karya karya terbaru, salam kreatif dan tetap SemangArt buat buat Khatulistiwa Ethnic Fussion dan para fans nya.