BerandaBudayaGelar Pertunjukan Wayang Kulit, Sivitas Gemakan Nilai Perjuangan

Gelar Pertunjukan Wayang Kulit, Sivitas Gemakan Nilai Perjuangan

BREBES – METROPAGINEWS.COM II Simbolisasi penyerahan wayang kulit lakon Wahyu Purba Sejati dilakukan oleh bidang Perencanaan Kebudayaan dan Sarana Prasarana kepada Dalang Ki Sudarto pada pagelaran wayang kulit yang digelar di Gedung GOR Desa Paku Jati, Jumat malam (21/11/2025).

 

Pagelaran ini bukan sekadar hiburan budaya, tetapi juga menjadi momentum refleksi bagi seluruh sivitas untuk menumbuhkan nilai perjuangan dan kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.

Wakil Camat Paguyangan, Seger SE, menyampaikan bahwa pagelaran wayang kulit merupakan tontonan sekaligus tuntunan yang sarat pesan moral. Menurutnya, hingga kini wayang tetap eksis karena mengandung nilai-nilai luhur yang relevan dengan perkembangan zaman.
“Terutama di era yang serba canggih ini,” ujarnya.

Desain tanpa judul 20251122 074644 0000

Acara ini turut dihadiri anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah H. Sururul Fuad, Lc., M.E.I., anggota DPRD Brebes Arifin S.Pd., M.H., Ketua Pepadi Brebes Ki Tarto Wiji Wasito, Wakil Camat Paguyangan Seger SE, Kepala Desa Paku Jati, serta tokoh masyarakat sekitar.

Seger menambahkan, nilai perjuangan dalam pewayangan bukan hanya tentang kemenangan, tetapi tentang keteguhan hati untuk bangkit dari kegagalan. “Dalam kehidupan, kita tidak dituntut untuk selalu menang, tetapi untuk selalu berjuang,” pesannya penuh makna.

Dalang Ki Sudarto membawakan lakon Wisanggeni Gugat, sebuah kisah yang sarat nilai keberanian dan keadilan sebagai bentuk upaya uri-uri atau melestarikan budaya Jawa.

Ketua Pelaksana Pagelaran yang juga Kepala Desa Paku Jati, Rastam, menjelaskan bahwa tema pagelaran menggambarkan semangat generasi muda yang berani memperjuangkan kemajuan. Semangat tersebut selaras dengan tekad Pepadi untuk terus berinovasi dan memberi manfaat bagi masyarakat.
“Terlebih dalam momentum hari jadi ini, semangat kepahlawanan menjadi pengingat agar kita terus mengupayakan kebaikan untuk masyarakat, nusa, dan bangsa,” ungkapnya.

Dalam lakon yang dibawakan, diceritakan bahwa Kerajaan Astina dikuasai keluarga Kurawa yang dipimpin Raja Duryudana. Karena tipu daya, Pandawa tersingkir dari kerajaan. Melihat ketidakadilan itu, Wisanggeni — putra Arjuna — bangkit menegakkan kebenaran meski sempat mengalami kekalahan.
Di kahyangan, Wisanggeni memperoleh Wahyu Gada Inten, pusaka sakti yang membawa cahaya kebenaran. Saat kembali ke bumi, cahaya itu membuat Prabu Manik Maninten dan Kumbarawesi gentar.
“Adegan ini menunjukkan bahwa keangkuhan dan kepalsuan tidak akan mampu mengalahkan kekuatan kebenaran sejati,” jelas Rastam.

Pagelaran semakin semarak dengan iringan Campursari Sekar Gadung serta aksi jenaka Jo Klitik dan Jo Klutuk. Suasana hidup dan meriah dengan hadirnya stan kuliner tradisional serta penyediaan terjemahan naskah wayang berbahasa Jawa yang menarik minat lebih dari ratusan penonton.
“Antusias masyarakat sangat luar biasa,” tambahnya.

 

(Mistam)

Komentar Klik di Sini