BerandaOpiniImplementasi Program MBKM Kampus Mengajar: Opini Mahasiswa

Implementasi Program MBKM Kampus Mengajar: Opini Mahasiswa

OPINI – METROPAGINEWS.COM || Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan suatu gagasan yang dicanangkan oleh Bapak Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 2020. Pemerintah melalui kebijakan Kemenristek Dikti mengimplementasikan kurikulum MBKM dengan menerbitkan Permendikbud No. 3 tahun 2020.

Implementasi MBKM memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang lulus seleksi untuk menempuh 1 semester atau setara dengan 20 SKS pembelajaran di luar prodinya pada universitas yang sama, dan maksimal 2 semester atau setara dengan 40 SKS pembelajaran pada prodi yang sama pada universitas yang berbeda (Hartono et al., 2022).

Kurikulum MBKM bertujuan untuk meningkatkan kompetensi soft skills dan hard skills lulusan agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Program MBKM mencakup (1) pertukaran pelajar, (2) magang atau praktik kerja, (3) asistensi mengajar di satuan pendidikan, (4) penelitian/riset, (5) proyek kemanusiaan, (6) kegiatan wirausaha, (7) studi/proyek independent, dan (8) membanguan desa/KKN tematik (Dikti, 2020 dalam Rahmawanti & Nurzaelani, 2021). Oleh karena itu, mahasiswa terutama dari semester 5 hingga 7 diberikan kebebasan untuk mengikuti program MBKM yang disesuaikan dengan ketersediaan program yang disediakan oleh kampus kemudian melakukan transfer kredit/rekognisi disesuaikan dengan kebijakan kampus masing-masing. Dari kedelapan program MBKM, asistensi mengajar di satuan pendidikan merupakan program Kampus Mengajar (Ferdiani & Harianto, 2022).

BACA JUGA : Ketua MPR RI Bamsoet Tegaskan Negara Butuh Haluan

Program Kampus Mengajar (KM) memberikan kesempatan bagi mahasiswa di seluruh Indonesia untuk mengembangkan potensi diri serta berkontribusi aktif di dunia pendidikan. Adapun kegiatan KM meliputi literasi, numerasi, adaptasi teknologi, dan administrasi sekolah. Sedangkan tujuan dari KM adalah agar mahasiswa ikut serta membantu guru dan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses kegiatan belajar mengajar serta keterbatasan fasilitas internet di masa pandemi COVID-19. Selain itu, program KM bertujuan agar mahasiswa mampu memajukan pendidikan pada jenjang SD atau SMP khususnya di daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, dan Terluar) (Makhfuza & Hardian, 2022; Sahbrina, 2022; Waldi et al., 2022).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian, mahasiswa di seluruh Indonesia sangat antusias ketika mendaftar program KM dan prosesnya pun sangat kompetitif. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiani & Harianto (2022) menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Kanjuruhan Malang memiliki persepsi “Sangat Baik” (93%) setelah mengikuti program KM. Hal ini sesuai dengan tingginya hasil persepsi mitra pada kualitas dan kemampuan yang dimiliki mahasiswa yaitu 97%.

Selain itu, para mahasiswa beranggapan bahwa program KM tidak hanya memberikan pengalaman mengajar di dalam kelas saja akan tetapi membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama dan soft skills. Lebih lanjut, persepsi mahasiswa sebagai peserta program KM Angkatan 2 di FKIP Universitas Riau menunjukkan hasil dengan kategori “Cukup Baik” terkait pengetahuan, kegiatan, urgensi pelaksanaan, tujuan, dan keuntungan program KM di mana nilai rata-rata persentase yaitu 46,45% pada rentang 25,01%-50% (Makhfuza & Hardian, 2022). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Raubun, et al. (2023) menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi di Universitas Muhammadiyah Sorong berada di kategori “Kurang Baik” di mana 36% mahasiswa memilih “Tidak Setuju” dan 46,8% mahasiswa memilih “Sangat Tidak Setuju” terhadap implementasi Asistensi Mengajar program MBKM. Hal ini terjadi karena hanya 65% mahasiswa yang telah mengetahui dan memahami program MBKM sebagai bentuk pengabdian dan pembelajaran Asistensi Mengajar di luar kampus dari sosialisasi dan media informasi Program Studi kampus dan Kemendikbudristek. Hal lain yang sangat disayangkan yaitu hanya 15% mahasiswa yang memahami rekognisi MBKM dalam mata kuliah. Selain itu, mahasiswa merasa ragu untuk mengikuti program KM karena kurangnya dukungan dari kampus dan keluarga.

Nurmala Hendrawaty, Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa (Inggris) Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang dan Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) Jakarta
Nurmala Hendrawaty, Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa (Inggris) Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang dan Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) Jakarta

Beragamnya persepsi mahasiswa sebagai peserta program KM di Indonesia menarik rasa keingintahuan saya sebagai dosen untuk mengetahui opini mahasiswa peserta program KM, Angkatan 5, semester 6, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara semi-terstruktur yang melibatkan 8 mahasiswa. Program yang tengah dijalankan oleh mahasiswa baru berlangsung selama 2 bulan dan berakhir di bulan Juni 2023. Para peserta program KM ditempatkan di SMP dan SD di daerah Jakarta, Depok, Bogor, dan Bekasi. Ketika mereka menjalani program KM, pihak sekolah (Kepala Sekolah dan Guru Pamong) sangat mendukung kegiatan mahasiswa. Para peserta didik sangat antusias jika didampingi bahkan diajar oleh mahasiswa. Hal ini terjadi karena mereka suka dengan suasana baru dan merasa nyaman dengan hadirnya guru baru serta media pembelajaran yang digunakan. Beberapa guru pamong di setiap sekolah memberikan masukan (feedback) kepada mahasiswa walaupun ada juga yang acuh tak acuh. Tujuan mahasiswa mengikuti program KM karena mereka menyukai anak-anak dan mengimplementasikan tujuan utama program KM yaitu penguatan literasi dan numerasi kepada peserta didik. Selain itu, mereka nantinya akan mendapatkan sertifikat yang akan digunakan untuk melamar pekerjaan sebagai pendidik.

BACA JUGA : AKEN Kembali Gelar Pameran Indonesia Sustainable Procurement Expo 2023

Faktor lain yang tidak bisa dipungkiri, keikutsertaan mereka di program KM yaitu mendapatkan beberapa keuntungan seperti uang saku (Rp. 1.200.000,00 per bulan), konversi nilai, UKT, jaminan kesehatan (BPJS), dan dana darurat. Terlepas dari banyaknya hal baik yang mereka dapatkan selama proses kegiatan KM berlangsung, mahasiswa di sekolah tertentu mengalami tantangan. Pertama terkait jarak antara rumah dan lokasi mitra yang cukup jauh. Selain itu, terjadi miskonsepsi di awal kegiatan antara mahasiwa dan mitra di mana pihak sekolah beranggapan bahwa mahasiswa menggantikan posisi guru seperti sedang melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Lebih lanjut, mahasiswa mengalami kendala terkait teamwork di mana partner yang pasif dan kurang kooperatif. Berdasarkan hasil wawancara, semua mahasiswa peserta program KM memiliki opini yang baik terhadap implementasi MKBM KM di mana mereka sangat bersyukur dan bangga bisa mengikuti program KM karena tidak semua mahasiswa bisa mendapatkan kesempatan yang sama. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa mengikuti program KM harus melewati proses seleksi yang cukup kompetitif (Makhfuza & Hardian, 2022).

Dari uraian di atas, kebijakan Kemendikbudristek sangat patut kita apresiasi karena program KM telah diselenggarakan sebanyak 5 angkatan dan akan memasuki angkatan 6 pada tanggal 8 Mei 2023. Untuk menjaga keberlangsungan dan kualitas program MBKM KM, ada beberapa hal yang perlu dievaluasi dan dipertimbangkan oleh pemerintah (Kemendikbudristek), mitra (Kepsek dan Guru Pamong) serta Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Pertama, mahasiswa diberikan informasi yang menyeluruh terkait program MBKM KM agar mereka memahami tujuan dari KM, mengetahui tata cara alur pendaftaran dalam mengikuti program KM serta mengetahui rekognisi MBKM dalam mata kuliah mengingat setiap kampus memiliki kebijakan yang berbeda. Kedua, mahasiswa tidak ditempatkan di sekolah yang jaraknya cukup atau bahkan sangat jauh dari rumah. Ketiga, mahasiswa harus mendapatkan dukungan penuh dari keluarga, rekan sejawat, dan kampus. Hal ini perlu ditindaklanjuti agar kendala atau hambatan yang dialami mahasiswa selama proses kegiatan KM bisa diatasi dengan baik dan ke depannya semua mahasiswa peserta program KM di berbagai Program Studi di seluruh Indonesia memiliki opini yang baik/positif terkait implementasi program MBKM Kampus Mengajar.


Referensi :
Ferdiani, R. D., & Harianto, W. (2022). Analisis Dampak Implementasi Program MBKM Kampus Mengajar pada Persepsi Mahasiswa. Jurnal PAJAR ( Pendidikan dan Pengajaran ) Volume 6 Nomor 3 Mei 2022 | ISSN Cetak : 2580 – 8435 | ISSN Online : 2614 – 1337, 814–822.
Hartono, D., Junining, E., & Purwaningtyas, I. (2022). Investigating Students’ English Competence in Participating Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Program. https://doi.org/10.4108/eai.9-10-2021.2319474
Makhfuza, R., & Hardian, M. (2022). Persepsi Mahasiswa Peserta Kampus Mengajar Terhadap Program Kampus Mengajar di FKIP Universitas Riau. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora), 1(2), 313–322. https://journal.ikmedia.id/index.php/jishum
Rahmawanti, M. R., & Nurzaelani, M. M. (2021). Dampak Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Bagi Peningkatan Soft Skills Dan Hard Skills Mahasiswa Fkip Universitas Ibn Khaldun Bogor. Educate : Jurnal Teknologi Pendidikan, 7(1), 37. https://doi.org/10.32832/educate.v7i1.6218
Raubun, U. F., Sirojjuddin, & Jaharudin. (2023). Persepsi Mahasiswa terhadap Implementasi Asistensi Mengajar Program MBKM di Prodi Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong. Biolearning Journal, 9(1), 1–4.
Sahbrina, L. M. (2022). Jurnal basicedu. Jurnal Basicedu, 5(3), 1683–1688.
Waldi, A., Putri, N. M., Indra, I., Ridalfich, V., Mulyani, D., & Mardianti, E. (2022). Peran Kampus Mengajar dalam Meningkatkan Literasi, Numerasi dan Adaptasi Teknologi Peserta Didik Sekolah Dasar di Sumatera Barat. Journal of Civic Education, 5(3), 284–292. https://doi.org/10.24036/jce.v5i3.725

Oleh: Nurmala Hendrawaty, Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Bahasa (Inggris) Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang dan Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) Jakarta

 

Komentar Klik di Sini