CILACAP – METROPAGINEWS.COM || Pemerintah Desa (Pemdes) Karangreja, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terus menunjukkan komitmen kuat dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus mendorong kemandirian ekonomi masyarakat. Melalui program budidaya jamur tiram, Pemdes berhasil memberdayakan ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Jamur Sakura untuk mengolah hasil panen menjadi produk bernilai jual tinggi.
Sebanyak 10 kelompok warga kini aktif mengembangkan budidaya jamur tiram ini. Program diawali dengan pembagian 350 baglog jamur tiram kepada lima kelompok pertama, disusul tahap kedua untuk lima kelompok lainnya pada Kamis (9/10/2025).
Baglog-baglog tersebut kemudian dirawat hingga menghasilkan jamur siap panen yang diolah menjadi berbagai produk kuliner, seperti sate jamur, jamur krispi, dan aneka makanan olahan lain yang mulai dikenal di pasaran lokal. Kepala Desa Karangreja, Setiyaji, mengungkapkan optimismenya terhadap potensi besar jamur tiram sebagai penggerak ekonomi desa.
“Alhamdulillah, antusias warga luar biasa. Potensi pasarnya juga masih terbuka lebar. Bahkan, ada pesanan yang belum bisa kami penuhi karena produksi masih terbatas,” ujarnya.
Menurutnya, inisiatif ini bermula dari langkah Pemdes memanfaatkan dana desa untuk rintisan ekonomi produktif.
“Dengan dana yang ada, kita bentuk kelompok percontohan. Alhamdulillah, sampai sekarang kelompoknya masih eksis dan berkembang,” terang Setiyaji.
Dukungan CSR dan Kemandirian Produksi
Program budidaya jamur tiram di Karangreja juga mendapat dukungan dari CSR Pertamina, berupa bantuan peralatan dan pelatihan teknis budidaya.
“Kami menjalin komunikasi dengan pihak Pertamina, dan alhamdulillah mendapat bantuan serta pelatihan. Sisanya kami upayakan secara mandiri,” imbuhnya.
Kini, kelompok-kelompok jamur di Karangreja mulai mampu melakukan produksi secara mandiri — mulai dari pembuatan baglog, perawatan hingga pengolahan hasil panen menjadi berbagai makanan olahan.
“Produksi jamur ini kami mulai dari membuat baglog sendiri, kemudian perawatan hingga panen. Hasilnya kami olah jadi sate dan krispi jamur yang disukai masyarakat,” jelasnya.
Sinergi dengan BUMDes untuk Pengembangan
Saat ini, Pemdes Karangreja tengah memfokuskan pengembangan pada lima kelompok baru, sehingga total ada 10 kelompok jamur aktif. Untuk memperluas jangkauan produksi dan pemasaran, Pemdes berencana menggandeng BUMDes dan kembali mengajukan dukungan dari CSR Pertamina.
“Kami akan maksimalkan kerja sama dengan BUMDes agar pengembangan lebih terarah. Tantangan kami masih di bahan baku, karena produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar,” ungkap Setiyaji.
Beberapa kelompok jamur bahkan telah memiliki rumah produksi sendiri yang berfungsi sebagai pusat kegiatan di dua lokasi berbeda di Desa Karangreja.
“Harapan kami ke depan, Desa Karangreja memiliki pengolahan baglog dan hasil produksi sendiri, sehingga perputaran ekonomi bisa dinikmati warga,” pungkas Setiyaji.
Melalui inovasi ini, Pemdes Karangreja berharap budidaya jamur tiram dapat menjadi motor penggerak pengentasan kemiskinan dan peningkatan ekonomi masyarakat desa.
Reporter: @ndrika
Komentar Klik di Sini