KLATEN-METROPAGINEWS.COM ||
Mengenal lebih dekat Budidaya, Pertanian dan Pengembangan Tanaman Jali Di Jawa Tengah, Selasa ( 22/20/2024 )
Saya sempat bertemu dengan salah satu Pegiat Tanaman Jali dari Desa Mantenan Palar Trucuk Klaten, bernama Mas Nurbertus Trisno Nugroho atau lebih akrab dipanggil Mas Nur, saat ditemui di rumahnya di Dukuh Mantenan Palar Trucuk, dekat sekali dengan Petilasan Makam Ronggo Warsito, Seorang Pujangga Penyair, Filsuf dan Ahli Budaya yang Sangat Terkenal Pada Massanya, Mas Nur sedang bersiap siap, mempersiapkan segala kelengkapan dan perlengkapan yang dibutuhkan Guna Mengikuti Kegiatan Gebyar UMKM Ojol & Festival Kuliner Online 5 Tahun Kebersamaan DFR ( Delanggu Free Rider ) Dia dan Mba Siwi Komunitas Jo la Ii Jola Jali Klaten Akan Ikut Memeriahkan Stand UMKM Online yang ada, Karena Rekan Rekan DFR bilamana kita Punya Acara juga seringkali Membantu, maka gantian sekarang ketika mereka Punya Kegiatan kita Gantian Membantu Support.
Menawarkan dan Memasarkan Kembali Produk Hasil dari Pengolahan & Pengembangan Tanaman Jali sebagai salah satu Alternatif Pemberdayaan Dan Pengembangan Pangan Lokal, siapa tau dengan kembali terangkatnya Produk Produk Tanaman Jali nantinya akan bisa menggugah kembali Semangat Rekan Rekan buat kembali Menghidupkan Komunitas Jali, Khusunya di Palar Trucuk maupun di area manapun yang sedianya Berminat, pada Kesempatan Gebyar UMKM besok Mas Nur & Mbak Siwi lebih menitik beratkan pada Pemasaran Produk ” Beras Jali & Bubur Jali ” , Mengingat Stok dan Bahan Bahan yang Ready Stock masih banyak tersedia di Semarang, sebab di beberapa kota kota lain, saat ini baru kosong untuk produk jenis tersebut, karena memang Agak Susah dalam hal Budidaya Tanaman Jali Tersebut khususnya dalam Hal Perawatan dan Pemeliharaan Tanamannya sendiri, ini Jenis Yang Bisa di Makan, Karena Memang Ada 2 Jenis : satu yang bisa di Olah Jadi Beragam Produk Makanan, satunya lagi yang tidak bisa diolah, dan biasanya kita pakai buat bikin Aneka Ragam Souvenir, dan Manik Manik, banyak Mas yang Mengalami Gagal Panen Tahun ini, karena Faktor Faktor Cuaca dan Kondisi Tanah yang tingkat kegemburan dan Kandungan Nutrisinya Berbeda Beda begitupun juga faktor Ketersediaan Air yang minim dan susah, pun juga Soliditas serta Kekompakan Organisasi atau Komunitas yang kurang, berikut ditambah Kurangnya Pemahaman pun Sosialisasi serta Minimnya Product Knowledge juga Basic Perorangan yang kurang Mumpuni dalam hal Pertanian, inilah beberapa yang menjadikan Daerah Palar Gagal Panen beberapa waktu yang lalu, cerita Mas Nur pada Wartawan, dan karena kebetulan melihat saya bersama rekan yang lain maka kemudian mas Nur sedikit Menyinggung Masalah Latar belakang dan Asal Muasal dari Pengembangan Tanaman Jali Tersebut, yang biasanya dulu seringkali diceritakan pada saya saat awal awal bertemu.
Tanaman Jali ini asal Muasalnya menurut beberapa rekan adalah dari Nama sebuah desa diperbatasan dekat Sleman yang Saya dengar, namun Aslinya Bagaimana saya juga belum begitu tau pasti karena kan pasti ada Versi ilmiahnya to mas kalau Jenis Tanaman itu, la kemungkinan dirunut dari sana juga bisa terkait Asal Muasalnya, paparnya pada Wartawan, dulu Setahu Saya memang ada Peran Gereja dibalik Gerakan Jali tersebut, saya tahunya ya karena memang dari awalnya dari Komunitas Gereja, Istilah Laudato Si Camp itu adalah sebuah Kutipan Dokumen Naskah dari Gereja Katolik yang di Ajarkan oleh Paus, dan memiliki Makna Berarti ” Memuji Bersama ” jadi memang ini adalah Salah Satu Ajaran Katolik untuk Menghormati dan Mencintai Bumi. Sementara dahulu Pihak Gereja memang sempat memberikan Bantuan Dana kurang lebih sebesar 1 Milyard Rupiah, untuk Pengembangan Tanaman Jali tersebut di Wilayah Jawa Tengah dan Sekitar., Kemudian di diatribusikan ke beberapa penjuru, pembelian mesin penggilingan dan pengembangan lain lainnya
Dulu itu mula mulanya Mas Agus yang Di foto ini mas Dia Di Semarang Mengumpulkan Sedikit Demi Sedikit Tanaman Jali ini, dan Membudidayakannya hingga Banyak, lalu Menyebarkan’nya ke Mlese awal awalnya , kemudian Palar Trucuk Karang Anom, dan Beberapa Daerah Di sekitaran Jawa Tengah Lainnya, Jadi Systemnya Gini Mas misal kita ambil benih 1 kilo Buat Kita Tanam, gitu Tidak Bayar tapi nanti kalau kita sudah bisa Panen kita juga musti mengembalikan Satu Kilo yang diberikan. Pada kita saat Awal dulu, Jadi begitu terus muter terus, namun ya karena pada dasarnya kita ini bukan asli petani ya mas Background kita macem macem, ada yg pelaut ada yang pengusaha, ada yang pendidik dan lainnya, jadi memang mengenai Ilmunya Pertanian Jali ini benar benar nol besar Mas, dan begitu dihadapkan pada Persoalan yang agak serius misal Hama dan Cuaca, gitu, sudah langsung terkapar kita mas, ya karena memang Autodidak kita belajar sendiri dan tidak ada yang memberitahukan, ya harapan kami pada Pemerintah Pusat yang barusan Berganti Para Menteri dan Kabinetnya, Semoga Tidak Melupakan Kami Para Wong Cilik yang tinggal di Pedesaan dan Butuh Support berikut Transfer Ilmu Serta Pengetahuan dari Pihak Pihak yang Mungkin Memiliki kepentingan di dalamnya.
Kemarin Pak Lurah sudah mempercayakan tanahnya pada Kami Buat Diolah dan Dimanfaatkan sebagai Ladang Percontohan bagi Pertanian Tanaman Jali di Palar Trucuk, sempat Beberapa Petak Ladang Sawah kita Tanam mas Tahun kemarin, namun karena Kendala Cuaca, Dan Beragam Faktor menyebabkan kami Gagal Panen, begitulah akhirnya membuat Beberapa Rekan Rekan jadi Loyo Kurang Bersemangat, akhir akhir ini, namun Mendapat Kabar Dari DFR Delanggu yang hendak menggelar kegiatan tersebut, yang sedikit demi sedikit memompa Adrenalin buat kembali Tampil mas, kita memang pernah Gagal tapi kita Tidak Menyerah Hanya Sampai Disini, untuk itulah nanti kita akan ikut tampil disana di gebyar UMKM Ojol meski secara Online, minimal kami banyak bisa dapat exsposure Media Pun Publikasinya bisa lebih Meluas Lagi yang Kemungkinan Produk kami dipasarkan karena mereka juga Berencana bikin Aplikasi Online sendiri, Ini akan Bisa Memompa dan Membangkitkan Semangat Kami lagi mas, yang saat ini yang sedang Mati Suri.
Kalau kita pelajari dan browsing lebih lanjut terkait Tanaman Jali ini, kita akan Menemukan. Pada sebuah Gambaran Umum tentang Tanaman Tersebut, Yakni Tanaman Sejenis Padi, Atau Tanaman Biji Bijian, yang berasal Dari Asia Timur dan Malaya, Termasuk Dalam Suku Padi Padian, serta Memiliki Banyak Manfaat pada Kandungan Tanaman Jali tersebut, Terbagi Dalam Dua Jenis yang bisa Di Makan dan Tidak, Namun demikian pada Era Era Order Baru Jaman Alm Presiden Soeharto, tanaman ini seringkali dianggap Sebagai Gulma ( Tanaman Pengganggu ) Oleh Masyarakat, sebab Doktrin Saat Itu Adalah Sedang Gencar Gencarnya Menggalakan Program Swasembada Pangan Khususnya Yang Bertumpu Pada Pertanian Padi, jadi selain Padi Dianggap tanaman yang tidak berguna, Singkong Jagung, Ketela, Jali Jali dinggap Sebagai Tanaman Gulma dan Makanan Ternak, Hal tersebutlah yang Jadi Salah Satu Dari Pergerakan Gereja Saat itu Untuk ikut Cawe Cawe Dalam Persoalan Tanaman Jali Tersebut, Kepercayaan Mereka Dan Ajaran Mencintai Bumi Beserta Segala Isinya seolah Hadir guna Meruntuhkan Doktrin Masa lalu Dan Merobohkan Tembok Pembodohan yang sekian Waktu Sengaja Di Ciptakan Rezim Orde Baru, Kita Mencounter’nya Lewat Gerakan Menanam Kembali Tanaman Jali, Dan Program Pengembangan Pangan Alternatif yang tidak Melulu Padai / Beras Namun Banyak Ragam Lain Kekayaan Pangan yang dimiliki bangsa ini
Kemarin Pak Lurah sudah mempercayakan Tanahnya pada Kami Buat Diolah dan dimanfaatkan sebagai ladang percontohan bagi pertanian Tanaman Jali di Palar Trucuk, sempat beberapa petak ladang sawah kita tanam mas tahun kemarin, namun karena Kendala Cuaca, Dan Beragam Faktor menyebabkan kami Gagal Panen, begitulah akhirnya membuat Beberapa Rekan Rekan jadi Loyo Kurang Bersemangat, Kabar Dari DFR Delanggu yang hendak menggelar kegiatan tersebut, yang sedikit demi sedikit memompa adrenalin buat kembali Tampil mas, kita memang pernah gagal tapi kita Tidak Menyerah Hanya sampai disini, untuk itulah nanti kita akan ikut tampil disana di Gebyar UMKM Ojol meski secara Online, minimal kami banyak dapat Exsposure Media Pun Publikasinya Bisa Lebih Meluas Lagi yang Kemungkinan akan Bisa Memompa dan Membangkitkan Kami lagi mas, yang saat ini sedang Mati Suri.
Kalau kita pelajari dan browsing lebih lanjut terkait Tanaman Jali ini, kita akan Menemukan. Pada sebuah Gambaran Umum tentang Tanaman Tersebut, Yakni Tanaman Sejenis Padi, Atau Tanaman Biji Bijian, yang berasal Dari Asia Timur dan Malaya, Termasuk Dalam Suku Padi Padian, serta Memiliki Banyak Manfaat pada Kandungan Tanaman Jali tersebut, bahkan di pasar Internasional Di perdagangan internasional, Jali dikenal sebagai Chinese Pearl Wheat ( Gandum Mutiara Cina ) namun demikian Pada Era Era Order Baru Jaman Alm Presiden Soeharto, Tanaman ini seringkali dianggap Sebagai Gulma ( Tanaman Pengganggu ) Oleh Masyarakat, sebab Doktrin Saat Itu Adalah Sedang Gencar Gencarnya Menggalakan Program Swasembada Pangan Khususnya Yang Bertumpu Pada Pertanian Padi, jadi selain Padi Dianggap tanaman yang tidak berguna, Singkong Jagung, Ketela, Jali Jali dinggap Sebagai Tanaman Gulma dan Makanan Ternak, Hal tersebutlah yang Jadi Salah Satu Dari Pergerakan Gereja Saat itu Untuk ikut Cawe Cawe Dalam Persoalan Tanaman Jali Tersebut, Kepercayaan Mereka Dan Ajaran Mencintai Bumi Beserta Segala Isinya seolah Hadir guna Meruntuhkan Doktrin Masa lalu Dan Merobohkan Tembok Pembodohan yang sekian Waktu Sengaja Di Ciptakan, lewat Gerakan Menanam Kembali Tanaman Jali, Sebagai Salah Satu Upaya Guna Pengembangan Alternatif Pangan Lokal, sebab Di Serat Centhini juga Tertulis Bahwa Kali Sebagai salah satu Produk Olahan Makanan Lokal, Bukan Hanya Sebagai Pakan Ternak.
Terakhir Mas Nur mengatakan pada Awak Media bahwa kalau keberadaan Tanaman Jali ini Di Jawa Tengah Centralnya Ya Semarang, Tapi Pertanian Terbesar Malah Di Sragen, dan Penjualan Terbesar Ada Di Klaten Karena Kita sudah mulai mengenal Dunia Online, sementara Para Petani Yang lain belum, bahkan karena berhasil menjadi salah satu Daerah dengan Penjualan Terbesar, kita di perkenankan oleh Pusat buat Bikin Label serta Packing sendiri, sembari Mas Nur menunjukan pada saya ini Lo Mas Orang Orang Pusat, ada Romo, Ada Agus Semarang, dan Lain Lain nya, begitulah sebenarnya Asyik Sekali mengobrol dengan Mas Nur ini namun, mengingat keterbatasan waktu yang ada kami harus melanjutkan liputan lagi maka kamipun berpamitan dan meninggalkan Lokasi, lain waktu kita sambung lagi Mas Nur ucap saya, dan dibalas dengan sautan jangan bosen mampir ke sini Mas kalau ke Klaten Pungkasnya.