OPINI – METROPAGINEWS.COM || Plastik menjadi barang yang sangat digemari karena beberapa sifatnya yang istimewa yakni, mudah dibentuk sesuai kebutuhan, bobotnya yang ringan, tahan terhadap cuaca dan suhu yang berubah dan yang lebih penting adalah harganya yang murah.
Sehingga tak dapat dipungkiri, apabila plastik sangat bermanfaat dan telah menjadi bagian integral dari kehidupan manusia. Ketergantungan manusia pada penggunaan plastik itulah yang menyebabkan plastik banyak diproduksi. Namun ketidaktepatan dalam menggunakan plastik, mengakibatkan plastik menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Saat ini, sampah plastik telah menjadi sorotan penting yang tak pernah lepas dari kehidupan manusia.
Sampah yang dihasilkan manusia telah menjerumus pada masalah yang mempengaruhi kelangsungan hidup manusia di bumi. Sehingga tak dapat dipungkiri bahwa plastik menjadi salah satu faktor penyebab timbunnya sampah di berbagai negara. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil sampah plastik terbanyak di dunia. Hal ini didukung oleh data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun.
Bahkan di tahun 2022, total sampah plastik di Indonesia mencapai 12,54 juta ton dan di tahun 2023 sebanyak 17,4 juta ton. Data tersebut telah menunjukkan adanya peningkatan jumlah sampah plastik di Indonesia. Tentu situasi tersebut akan memberikan dampak pada lingkungan, di mana lingkungan yang tercemar oleh limbah plastik akan mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.
Plastik yang sudah tidak digunakan akan berakhir menjadi tumpukkan sampah. Tumpukkan sampah tersebut sulit terurai karena plastik merupakan benda asing bagi mikroorganisme. Sebab untuk mengurai sampah dibutuhkan enzim dari bakteri atau mikroba sebagai mikroorganisme yang ada di dalam tanah atau perairan yang memiliki fungsi untuk mempercepat proses penguraian dari sampah menjadi senyawa atau unsur dasar yang dapat diserap kembali oleh tanah dan tidak mengganggu fungsi tanah atau perairan.
Plastik termasuk ke dalam senyawa xenobiotik, yakni senyawa yang tidak diproduksi secara alami oleh spesies biologis. Plastik terbentuk dari rantai panjang karbon, di mana karbon berikatan dengan karbon lainnya dalam ikatan yang kuat dan membentuk rantai panjang. Ikatan-ikatan karbon dalam plastik memerlukan energi yang besar untuk dibuat. Sehingga, secara alami plastik tidak terbentuk di alam karena alam memilih membentuk ikatan lain yang memerlukan lebih sedikit energi. Artinya, secara alami plastik tidak diproduksi di alam atau tidak tersedia secara alami. Sehingga tidak ada pula organisme hidup yang secara alami memiliki sistem metabolisme untuk menguraikan plastik secara efektif.
Hal ini mengakibatkan penguraian plastik oleh mikroorganisme memakan waktu yang sangat lama, entah puluhan atau ratusan tahun. Karena sulit terurai, plastik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yakni terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan tersebut dapat berupa pencemaran tanah dan air karena sampah plastik mengandung zat-zat berbahaya yang dapat merusak struktur tanah serta mencemari air selama proses dekomposisi. Selain itu juga terjadi.
Polusi udara yang timbul akibat sampah plastik yang sering dibakar sehingga menghasilkan gas beracun. Gas tersebut dapat mengganggu sistem pernapasan, baik manusia maupun hewan. Dapat pula mengakibatkan terjadinya banjir karena sampah plastik yang dibuang ke sembarang tempat seperti saluran air dapat menyebabkan tersumbatnya saluran air oleh sampah plastik. Selain lingkungan yang tercemar oleh sampah plastik, hewan yang mengonsumsi sampah plastik yang dibuang di sembarangan tempat juga akan berakhir mati dan apabila hal itu terus-menerus terjadi, dapat mengakibatkan kepunahan bagi hewan tersebut.
Untuk menghindari dampak negatif dari penggunaan plastik, diperlukan kesadaran dari diri kita untuk sedapat mungkin menggunakan plastik dengan bijak. Dimulai dengan memperhatikan penggunaan plastik dari diri sendiri adalah langkah awal untuk melestarikan bumi tercinta. Adapun beberapa cara bijak yang dapat kita lakukan untuk menghindari dampak negatif tersebut yakni membawa kantong belanja sendiri ketika berbelanja untuk mengurangi sampah pribadi, membiasakan diri membawa botol air sendiri dari rumah agar tidak membeli air minum kemasan sehingga mengurangi sampah plastik dan tidak menggunakan sedotan plastik sebab sedotan plastik juga dapat mencemari lingkungan.
Langkah terakhir yang dapat kita lakukan untuk mengubah sampah menjadi barang bernilai adalah dengan mendaur ulang sampah plastik melalui proses recycle. Langkah ini juga dapat membantu kita untuk menciptakan sampah menjadi barang berkelas dengan kreativitas kita. Hal yang kita perlukan saat ini adalah kesadaran dalam menerapkan langkah di atas dengan baik. Karena pada akhirnya langkah kecil kita yang akan menyelamatkan bumi tercinta.
Â
Oleh : Maria Apriliani Renadri Bon Asal sekolah : SMK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo Jurusan: IPA
Komentar Klik di Sini