SURAKARTA – METROPAGINEWS.COM || Pameran seni rupa alumni STSI/ISI Surakarta bertajuk “Local Wisdom dan Lahirnya Kearifan Baru” di Wisma Seni Rupa, Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta, menjadi ruang bagi Abdul Aziz menyuarakan kritik sosial. Melalui karyanya berjudul “Jalan Pintas”, Abdul Aziz menohok praktik meraih kekuasaan instan tanpa legitimasi dan pertanggungjawaban.
Dengan dominasi warna merah, oranye, dan kuning yang menyala, lukisan ini menghadirkan visualisasi kuat tentang bahaya politik jalan pintas. Tangga sebagai fokus utama bukan sekadar objek, tetapi simbol dari jalur curang menuju puncak yang berujung kehancuran. Bentuk-bentuk geometris yang saling bertubrukan mempertegas pesan bahwa keteraturan yang dipaksakan hanya memicu konflik.
Gaya dan Palet Warna
“Jalan Pintas” mengusung gaya kubisme ekspresif dengan palet merah, oranye, dan kuning yang menciptakan kesan panas, gaduh, dan penuh gejolak—seolah mencerminkan politik yang mendidih dan tak menentu. Fragmen kecil hijau dan biru muncul di sela-sela, melambangkan ruang hidup rakyat kecil yang terhimpit oleh dominasi kekuasaan.
Abdul Aziz menegaskan, seni rupa bukan hanya soal estetika, melainkan juga etika.
“Saya percaya seni bisa menjadi cermin bagi masyarakat, untuk melihat apa yang sedang terjadi di sekelilingnya,” ujarnya.
Seruan Moral
Karya ini sejalan dengan tema pameran yang mengangkat kearifan lokal sebagai sumber inspirasi. Abdul Aziz mengingatkan pentingnya kesabaran dan ketekunan—nilai yang kerap terabaikan dalam politik modern serba instan.
“Jalan Pintas” bukan sekadar kritik, tetapi juga ajakan untuk merenungkan kembali makna sejati kekuasaan: hanya bisa diraih lewat proses yang benar, legitimasi rakyat, dan keberanian memikul tanggung jawab. Tanpa itu, kekuasaan hanyalah jalan menuju kehancuran.
Lukisan ini sekaligus menjadi pengingat bagi generasi penerus bahwa seni mampu mengabadikan peristiwa dan terus berbicara lintas waktu—menyampaikan pelajaran berharga tentang pentingnya integritas dalam berpolitik.
(Desi)
Komentar Klik di Sini