BerandaSejarahMbah Dukut: Melawan Racun, Merebut Kembali Tanah Karangpandan dari Cengkeraman Kimia

Mbah Dukut: Melawan Racun, Merebut Kembali Tanah Karangpandan dari Cengkeraman Kimia

KARANGANYAR – METROPAGINEWS.COM || Di Dusun Geneng, Desa Plesungan, Karangpandan, sosok Mbah Dukut yang kini berusia 80 tahun tetap teguh menjaga prinsip pertanian organik. Baginya, “Abdi Bumilestari” berarti melawan arus industri kimia yang perlahan merusak tanah sekaligus kesehatan manusia. Jumat (12/9/2025).

 

Pengalaman sakit parah pernah membuka matanya. Ia sadar, musuh utama bukan sekadar hama, melainkan sistem pertanian modern yang mengandalkan racun kimia. Sejak itu, ia memilih menanam dengan cara sehat, menentang dominasi korporasi pupuk kimia.

 

Screenshot 20250912 190340

Pada tahun 2008, Mbah Dukut mulai meramu pupuk sendiri dari bahan-bahan lokal. Hasilnya, panen tetap stabil, tanah semakin subur, dan tubuhnya terjaga sehat. Bagi dirinya, itu bukti nyata bahwa kemandirian jauh lebih berharga daripada ketergantungan.

Namun, rayuan korporasi kimia tak pernah berhenti. Rina, seorang petani muda yang terlilit utang, pernah bertanya kepadanya: “Bagaimana kami bisa melawan mereka?”

Mbah Dukut menjawab tegas, “Mereka menjual racun, kita menjual kehidupan. Utang bisa dilunasi, tapi tanah rusak tak tergantikan. Bersatulah, bangun pasar sendiri, tunjukkan bahwa organik adalah solusi!”

Screenshot 20250912 190340 1

Dari semangat itu lahirlah koperasi petani organik. Mereka menjual hasil panen langsung ke konsumen tanpa perantara. Keberhasilan ini memicu kampanye hitam dari korporasi, namun Mbah Dukut tetap tegak berdiri.

Puncak perlawanan terjadi ketika muncul rencana pembangunan pabrik pupuk kimia di dekat desa. Mbah Dukut memimpin protes hingga akhirnya pemerintah membatalkan proyek tersebut. Kemenangan itu menjadi simbol bahwa suara petani kecil mampu mengalahkan kepentingan besar.

Lebih dari 15 tahun, Mbah Dukut memegang teguh prinsip: “Organik bukan sekadar tren, melainkan perlawanan terhadap sistem yang merusak.”

Baginya, meracuni tanah sama saja merusak manusia, sementara merawat tanah berarti menyehatkan kehidupan.

Kisah Mbah Dukut adalah kisah perlawanan petani kecil melawan raksasa kimia. Pertarungan yang diyakininya sebagai bagian dari perjuangan terakhir demi masa depan bumi.

Dari Karangpandan, perjuangannya terus bergema—seruan nyata agar kita semua bangkit, menjaga bumi, dan membangun masa depan yang lebih sehat serta berdaulat.

(Desi)

Komentar Klik di Sini