BerandaBudayaMenggali Akar Tradisi, Merajut Masa Depan: Harmoni Dawetan Umbul Kroman Desa Mranggen

Menggali Akar Tradisi, Merajut Masa Depan: Harmoni Dawetan Umbul Kroman Desa Mranggen

KLATEN – METROPAGINEWS.COM ||
Temukan pesona Dawetan Umbul Kroman di Klaten. Rasakan tradisi unik, lestarikan alam, selami sejarah, dan ungkap rahasia kecantikan alami dari air Umbul Kroman.Senin (3/11).

 

Di tengah geliat modernisasi yang menyentuh Jawa Tengah, sebuah desa di Klaten tetap setia menjaga warisan leluhur. Desa Mranggen, yang terletak strategis di antara Solo dan Yogyakarta, kini menjadi oase budaya yang memancarkan pesona tradisi dan keindahan alam.

Desa ini dikenal dengan tradisi Nawu Sendang, sebuah ritual yang berakar dari kepercayaan masyarakat Jawa kuno untuk menghormati dan menjaga sumber air sebagai penyangga kehidupan. Lebih dari sekadar upacara, Nawu Sendang adalah manifestasi dari kearifan lokal dalam menjaga keseimbangan alam.

 

Desain tanpa judul 20251103 131009 0000

Nawu Sendang sendiri bermakna Merawat Tradisi, Menjaga Kehidupan

Nawu Sendang adalah upacara adat yang bertujuan melestarikan lingkungan dan sumber air, diyakini membawa kemakmuran. Tradisi ini merupakan warisan budaya yang terus dilestarikan,dan bermakna membersihkan hati dan pikiran.

Tradisi ini dulunya juga adalah simbol bersatunya keraton dengan masyarakat, serta ulama dan umaro.

Di balik kesederhanaan desa Mranggen ini, tersembunyi Umbul Kroman, sebuah mata air yang menyimpan misteri dan legenda.

Umbul Kroman sendiri di kenal dengan Umbul yang sumber mata airnya diyakini dapat menambah aura kecantikan

Tepatnya 2 November 2025, warga 2 Dukuh, Kroman dan Polodadi ,menggelar upacara syukuran sebagai ungkapan terima kasih atas berkah yang diberikan oleh alam.

Gus Anshori, seorang tokoh masyarakat dan budayawan yang peduli terhadap pelestarian tradisi, mengemas acara ini dengan sentuhan seni yang memadukan doa, tarian, musik gamelan, wayang, dan kenduri.

Semangat gotong royong dan kebersamaan tercermin dalam setiap aspek acara ini. “Sayuk Rukun,” sebuah filosofi hidup yang menekankan persatuan dan kesatuan, menjadi landasan bagi warga Desa Mranggen.

Filosofi ini juga menjadi inspirasi bagi nama sanggar seni yang didirikan oleh Gus Anshori.

Salah satu daya tarik utama acara ini adalah tradisi “Dawetan Umbul Kroman.” Dawet, minuman tradisional yang terbuat dari santan, gula merah, dan cendol, memiliki makna simbolis yang mendalam.

 

Desain tanpa judul 20251103 132634 0000

 

Menurut Gus Anshori, tradisi dawetan ini telah ada sejak tahun 1960-an. Dawet melambangkan kesegaran dan manisnya kehidupan. Oleh karena itu, dalam setiap upacara bersih-bersih umbul, dawet selalu disajikan sebagai pelepas dahaga, dan kemudian ditumpahkan ke umbul sebagai simbolisasi, harapannya agar sumber air tersebut selalu memberikan kesegaran dan keberkahan bagi masyarakat sekitar,” paparnya.

Selain Umbul Kroman, Desa Mranggen juga menyimpan kekayaan sejarah berupa situs arkeologi di Dukuh Kropakan. Di sini, ditemukan artefak-artefak dari era Mataram Kuno, seperti sumur kuno, tungku, dan gerabah. Temuan ini menjadi bukti bahwa Desa Mranggen telah menjadi pusat peradaban sejak berabad-abad lalu.

Gus Anshori menekankan pentingnya melestarikan budaya lokal sebagai identitas desa yang unik dan berharga. Ia juga mengingatkan agar pembangunan pariwisata, dalam mengembangkan potensi Desa,tetap memperhatikan kelestarian alam dan menghormati nilai-nilai budaya yang ada. Dengan demikian, alam dan budaya dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang abadi.

Acara Dawetan Umbul Kroman diharapkan menjadi agenda rutin tahunan yang tidak hanya mempromosikan pariwisata, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan kearifan lokal masyarakat Desa Mranggen.

 

 

Desi

Komentar Klik di Sini