KLATEN – METROPAGINEWS.COM || Setelah sekian lama tertunda, akhirnya hari yang dinanti tiba juga. Desa Wisata Rintisan Tjokro bergotong royong serentak hari ini, Sabtu (19/07/2025). Sejak pagi, suasana Joglo Latar Tjokro dipenuhi semangat kolektif. BUMDes Tjokro, Pemerintah Desa, Pokdarwis, PKK, para relawan, sesepuh, hingga warga dari berbagai usia, bergandeng tangan menyulap area wisata ini menjadi panggung kebersamaan.
Suara tukang kayu, deru mesin pembersih, dan gelak tawa anak-anak menyatu dalam irama kerja keras. Pelataran Joglo Latar dipenuhi energi optimis, seperti menandai babak baru kebangkitan Desa Tjokro dari stagnasi menuju desa mandiri penuh potensi.
Di lapangan, geliat pembangunan terasa nyata: pembuatan loket tiket, pemasangan gapura berornamen tradisional, penataan gazebo di tepi sungai, dan pengelolaan lanskap hijau. Di kolam renang, muda-mudi dan anggota BUMDes bahu membahu membersihkan dasar kolam, memeriksa pompa, dan menyikat dinding. Ibu-ibu PKK turut andil dengan menyiapkan konsumsi bagi semua yang terlibat.
Peralatan keselamatan seperti pelampung, papan kedalaman, hingga rambu-rambu peringatan mulai ditata secara cermat. Segala persiapan sarana prasarana mengalir harmonis dalam semangat gotong royong.
Dari Kepompong Menuju Sayap Baru
Ketua BUMDes Tjokro, Arifin atau akrab disapa Bang John, menyambut positif momentum ini sebagai titik balik. Ia menyebut, sebelumnya proses pengembangan Joglo Latar sempat mandek karena kurangnya sinergi dan tumpang tindih peran antar elemen desa.
“Kini kita belajar dari masa lalu. BUMDes hadir dengan semangat baru untuk menyuntikkan energi positif dan membuka mesin penggerak ekonomi desa,” ujarnya.
Menurut John, BUMDes siap mengawal pengoperasian Joglo Latar melalui sejumlah program strategis: mulai dari paket wisata edukatif, pelatihan pemandu lokal, hingga kemitraan dengan UMKM makanan khas desa. “Kita ingin Joglo Latar bukan hanya tempat singgah, tapi jadi pusat belajar sosial, budaya, dan ekonomi yang memberdayakan,” jelasnya.
Ia juga mengungkap rencana sinergi model pentahelix—yakni kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan media. Dengan pendekatan ini, promosi wisata akan didorong ke level nasional, penelitian konservasi lingkungan dikerjakan bersama kampus, cerita budaya dikemas komunitas lokal, dan pelaku usaha merancang paket wisata yang inklusif.
“Kolaborasi ini kita desain agar fleksibel dan adaptif. Kita tidak ingin kerjasama yang kaku, melainkan sinergi yang hidup,” tegasnya.
Kepemimpinan Kolaboratif
Kepala Desa Heru Budi Santosa menekankan pentingnya kejelasan amanah dan pembagian wewenang dalam setiap program desa. “Kita lupakan ego sektoral dan mulai melangkah dengan visi yang sama. Saat semua pihak paham perannya, tak ada lagi keraguan,” ungkapnya.
Ia menyebut, setiap warga, dari aparat hingga relawan, merasakan sense of belonging atas pembangunan desa. Komitmen ini diperkuat melalui ruang dialog terbuka, pembagian tanggung jawab yang adil, serta evaluasi rutin tiap bulan untuk menampung kritik membangun.
“Kami siap menempuh jalan panjang ini dengan inovasi dan keterbukaan. Masyarakat harus jadi bagian dari pengambil keputusan,” kata Heru.
Tantangan Masih Ada
Meski progres terasa menggembirakan, sejumlah tantangan masih nyata: minimnya fasilitas MCK, perlunya tambahan sumber air bersih, pagar pengaman, hingga peningkatan kapasitas SDM.
Namun semua tantangan itu tidak menyurutkan semangat. Heru menegaskan, “Setiap rintangan adalah bagian dari proses. Yang penting kita mau terus belajar dan bersikap terbuka.”
Desa Tak Lagi Tidur
Bang John menambahkan, harapan besar disematkan pada langkah awal yang sederhana ini. Jika semangat gotong royong tetap terjaga, dan sinergi internal-eksternal berjalan seiring, maka Joglo Latar Tjokro akan menjelma menjadi kupu-kupu yang siap membentangkan sayapnya.
“Wisata di sini tak sekadar soal pemandangan, tapi tentang cerita kebersamaan, inovasi, dan keberanian warga mewujudkan mimpi. Kekuatan Desa Tjokro bukan hanya pada alamnya, tapi pada tekad komunitasnya,” tegasnya.
Ia menutup dengan pesan mendalam, “Teori dan diskusi harus diiringi langkah nyata. Tanpa tindakan, semua hanya akan menjadi retorika. Maka mari kita satukan tekad, doakan bersama, dan bekerja bersama membangun desa tercinta ini.”
(Pitut Saputra – MetropagiNews.com)
Komentar Klik di Sini