BANYUWANGI – METROPAGINEWS.COM || Peristiwa heroik Pasca perang Puputan Bayu tahun 1771 yang kini menjadi Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi (HARJABA) hingga saat ini masih menyimpan beragam misteri, Sabtu (4/1).
Diungkapkan seorang penulis dalam penerbitan buku sejarah kerajaan Blambangan dan Wira Carita Praja Blambangan, Samsubur saat ditemui dikediamannya di Kalibaru, Banyuwangi mengungkapkan selama dalam perjalanannya melakukan sebuah penelitian dan kajian masih menemui beragam kendala untuk mengungkap fakta, data secara detail dalam sebuah perjalanan kerajaan Blambangan hingga disaat terjadinya perang Puputan Bayu yang konon diyakini terdapat di wilayah perangan yang saat ini menjadi Desa Parangharjo, Kecamatan Songgon.
” Desa Parangharjo merupakan sebuah desa pecahan dari Desa Bedewang dan beberapa waktu lalu terdapat temuan bata kuno dan sejumlah artefak tepatnya berada di galian pasir masuk wilayah desa Balak yang berdekatan dengan desa Parangharjo. Sehingga hal ini semakin kuat pembuktian bahwa ada peradaban masa lalu terjadinya perang Puputan Bayu berada diseputaran desa Parangharjo berada di lingkungan perangan,” Ungkapnya.
Terpisah, Wartawan Metropaginews.com konfirmasi menemui Kepala Dusun (Kasun) Krajan Timur Desa Parangharjo, Fiki Saiful Rizal dikediamannya mengatakan diakuinya ada banyak sejumlah barang temuan diseputaran wilayah desanya.
Menurutnya, di setro yang masuk wilayah perangan masih menyimpan sebuah misteri karena masih ada Saja temuan berupa benda-benda pusaka yang kemungkinan besar saat digunakan pada saat perang Puputan Bayu.
” Rencana dalam bulan ini bersama sejumlah teman penulis ensiklopedi Balambangan Banyuwangi akan melakukan sebuah Plesiran dan penelitian yang titik pusatnya berada di wilayah perangan, Desa Parangharjo,” Jelasnya.