BerandaPendidikanSinergitas Yupi Let’s Speak Up Bersama Pemdes Tjokro: Edukasi Anti-Bullying dan Penguatan...

Sinergitas Yupi Let’s Speak Up Bersama Pemdes Tjokro: Edukasi Anti-Bullying dan Penguatan Karakter Sejak Dini

KLATEN – METROPAGINEWS.COM || Sorak-sorai siswa SDN 1 Daleman pagi itu menjadi pertanda bahwa kedatangan tim Yupi Let’s Speak Up telah lama dinantikan. Meski sempat tertunda karena peringatan Hari Jadi Kabupaten Klaten, antusiasme anak-anak, guru, hingga orang tua tak surut. Kegiatan dibuka dengan edukasi seputar bullying, dikemas dalam cerita bergambar sederhana namun menyentuh, menyasar kesadaran emosional anak-anak terhadap pentingnya empati dan sikap saling menghormati.

 

Setiap siswa duduk bersila dalam keheningan yang penuh perhatian. Saat metode role play dimainkan dua siswa memerankan pelaku dan korban bullying  reaksi emosional mulai bermunculan. Setelah simulasi, diskusi terbuka mengalir. Seorang siswa dengan mata berkaca berkata, “Aku baru sadar, kata-kata bisa melukai lebih dalam daripada pukulan.” Ungkapan ini memperkuat efektivitas pendekatan emosional dalam menanamkan nilai antikekerasan di lingkungan sekolah.

 

PSX 20250729 093353

Para guru pendamping mengamati perubahan yang signifikan pasca kegiatan. Gestur anak-anak lebih terbuka, tatapan menjadi lebih hangat, dan perhatian terhadap sesama meningkat. Kepala Sekolah pun menyatakan bahwa kegiatan ini “menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya saling menghargai” dan membentuk keberanian anak untuk menjadi agen perubahan di lingkungannya.

Usai sesi edukasi di sekolah, kegiatan dilanjutkan dengan jalan santai menuju destinasi wisata edukatif Joglo Latar Tjokro, dipandu mahasiswa KKN UNNES Semarang bersama komunitas Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community. Anak-anak menyusuri jalan setapak di antara sawah dan aliran sungai kecil, menciptakan semangat kebersamaan yang kental dan alami.

Setibanya di lokasi, suasana meriah berlanjut dengan senam sehat bersama yang dipandu tim KKN UNNES. Tawa dan gerak riang anak-anak menyiratkan betapa pentingnya aktivitas fisik sebagai pendukung kesehatan mental. “Saat anak bergerak bersama, pola pikir mereka terbuka untuk belajar hal baru, termasuk rasa peduli terhadap teman,” ungkap Sahrul, salah satu instruktur senam.

 

PSX 20250729 093424

Sesi berikutnya diisi dengan literasi anti-bullying berbasis gambar dan kuis interaktif. Anak-anak diajak menceritakan pengalaman mereka, termasuk satu siswa yang dengan berani berbagi kisah tentang kasus bullying yang pernah ia saksikan. Kegiatan diakhiri dengan deklarasi bersama dan yel-yel antiperundungan yang menggema di pelataran Joglo.

Penutupan kegiatan disemarakkan dengan eksplorasi area wisata Joglo Latar Tjokro. BUMDes setempat menghadirkan kolam renang, permainan tradisional, serta spot sejarah desa yang memberi pengalaman belajar menyenangkan. Anak-anak bermain sambil belajar tentang akar budaya dan kearifan lokal yang membentuk identitas komunitas mereka.

Sinergi pentahelix tampak nyata dalam kegiatan ini. Pemerintah Desa Tjokro memfasilitasi penuh kegiatan, tim Yupi menyampaikan edukasi tematik, KKN UNNES memperkuat segmen kebugaran, komunitas lokal menjadi pemandu kegiatan luar ruang, BUMDes mengelola sarana wisata, dan media turut mendokumentasikan dan menyebarluaskan capaian kolaboratif ini.

Kepala Desa Tjokro, Heru Budi Santosa, menegaskan dukungannya terhadap inisiatif ini. Ia menyampaikan bahwa upaya mencegah bullying tak bisa dilakukan secara parsial. “Desa juga bisa menjadi pemimpin gerakan perubahan sosial, khususnya dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan manusiawi,” tegas Heru.

Heru bahkan menawarkan Joglo Latar Tjokro sebagai venue puncak program Yupi Let’s Speak Up setelah seluruh SD di Kabupaten Klaten tersambangi. Ia membayangkan ribuan siswa berkumpul untuk mendeklarasikan gerakan anti-bullying secara kolektif. Agenda lanjutan yang telah dirancang mencakup: workshop untuk guru dan orang tua, pembentukan Forum Anak Desa sebagai pengawas nilai persahabatan, serta usulan integrasi materi anti-bullying ke kurikulum muatan lokal melalui dinas pendidikan.

Menjelang sore, ketika matahari mulai tenggelam di balik hamparan sawah, semangat perubahan telah terpatri dalam hati setiap anak. Sinergi lintas sektor ini tak berhenti sebagai kegiatan seremonial belaka, melainkan menjadi langkah nyata menuju pendidikan yang lebih inklusif, aman, dan penuh kasih.

(Pitut Saputra)

Komentar Klik di Sini