BerandaDaerahSutriyono Robert, Kisah Inspiratif Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi

Sutriyono Robert, Kisah Inspiratif Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi

CILACAP – METROPAGINEWS.COM || Talkshow dan launching buku “Tumbuh Bersama Anak Berkebutuhan Khusus” karya Sutriyono ini bertema “Anak Berkebutuhan Khusus adalah Berkat”.

Buku “Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi, Kisah Inspiratif Tumbuh Bersama Berkebutuhan Khusus” yang ditulis Sutriyono lebih cocok sebagai catatan bagi jurnalis.

Buku terbitan Penerbit Obor, Jakarta, masih merupakan cetakan pertama pada Desember 2023 dengan jumlah halaman 124.

Buku Sutriyono ini disusun dengan pendekatan jurnalistik. Penulis bertemu dengan puluhan narasumber, khususnya dari TK, SD, SMP Maria Immaculata Cilacap.

Mereka adalah para siswa reguler, siswa anak berkebutuhan khusus (ABK), para guru, dan juga orangtua siswa.

Penulis mendengarkan cerita orangtua ABK, bagaimana berjuang memahami anak mereka, menemani berangkat dan pulang sekolah, meminta maaf kepada guru dan orangtua teman anaknya, ketika anaknya yang berkebutuhan khusus itu “berulah”, dan seterusnya.
Sutriyono Robert, Kisah Inspiratif Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi
Talkshow dan launching buku Gotong Royong Bangun Sekolah Inkkusi mendorong banyak didirikan sekolah inklusi. (Foto: Estanto Prima Yuniarto)
Penulis juga mendengarkan cerita siswa-siswi reguler tersebut, bagaimana mereka berteman dan besahabat dengan ABK di kelasnya. Bagaimana satu anak pernah disakiti tetapi mencoba memaafkan, menerima, malah membela.

Demikian juga bagaimana para guru jatuh bangun belajar mendampingi ABK di kelas, sembari tetap mengajar anak-anak reguler mengikuti kurikulum yang ada.

Para guru bukanlah guru yang disiapkan secara khusus menjadi guru ABK. Mereka berjuang, belajar secara mandiri, bagaimana menyusun materi pelajaran khusus ABK, sementara juga harus menyiapkan materi pelajaran secara umum untuk anak reguler pada hari dan jam yang sama di kelas yang sama.

Selain mengumpulkan cerita di lapangan, buku ini juga mencatat sejarah perkembangan pendidikan inklusi. Baik sejarah nasional maupun tingkat dunia.

Sekolah Inklusi atau pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya (Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa).

Bila terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 70 tahun 2009 tersebut menjadi acuan “kemunculan” pendidikan inklusi secara nasional, perguruan Immaculata Cilacap telah mempraktikkannya jauh lebih awal.

SD Maria Immaculata menerima siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) sekitar tahun 1998-1999.
BACA JUGA : Kasus Perampokan di Kedungreja Disidangkan, Tak Ada Saksi yang Meringankan

Pada tahun 2004, saat memasuki masa ujian kelas 6, sekolah dikunjungi pejabat Kanwil Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Pejabat tersebut kaget dengan keberadaan ABK, dan mendorong agar sekolah memberikan laporan ke Dinas Pendidikan Kabupaten untuk mendapat dukungan.

Keberanian SD Maria Immaculata menerima siswa ABK bertolak dari kebijakan Direktur Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS), yayasan yang menaungi perguruan Immaculata, Romo Carolus Burrows OMI.

Dalam satu masa penerimaan siswa baru, terdapat siswa ABK yang mendaftarkan diri ke SD Maria Immaculata Cilacap. Pada saat sekolah melaporkan hal itu ke Romo Carolus, beliau mendorong agar siswa tetap diterima.

Romo Carolus memiliki pandangan bahwa siswa berkebutuhan khusus akan lebih berkembang ketika berinteraksi dengan teman-teman sebayanya di sekolah reguler.

Bagi Romo Carolus, anak-anak berkebutuhan khusus adalah berkat, hanya saja kita sering belum dapat memahaminya.

Bagi para guru, pada awalnya tidak mudah untuk mengajar di kelas dengan di dalamnya ada siswa berkebutuhan khusus. Mereka jatuh bangun belajar bagaimana mendampingi ABK sekaligus siswa reguler dalam satu kelas.

Dalam satu kelas, bisa terdapat 2-4 siswa ABK di antara 25-30 siswa.

Pernah dalam satu kelas sampai ada 6 siswa ABK. Pada awalnya para guru juga tidak mudah membuat orangtua siswa reguler (bukan ABK) menerima kehadiran siswa ABK. Mereka ada yang tidak rela anaknya berteman dengan siswa ABK.

Perlahan-lahan penerimaan itu terbangun. Bahkan, para orangtua siswa reguler juga melihat perkembangan positif dalam diri anak-anak mereka saat berinteraksi dengan siswa ABK.

Talkshow dan launching
pada Selasa (27/2/2024) ini berlangsung di Aula Yuniorat, kompleks TK/SD Maria Immaculata, Jalan Kendeng, Cilacap.

Talkshow dipandu oleh Andy F Noya. Host “Kick Andy” ini berbincang-bincang dengan empat narasumber mengenai perjuangan mereka membangun model pendidikan inklusi.

Dua orang mewakili siswa yaitu Nacha Nagazah Putra dan Girty Shima Sasmitha. Mereka adalah siswa-siswi SMA Yos Sudarso Cilacap kelas XII IPS.

Nacha, penyandang tunarungu dan Girty adalah teman sekelas Nacha, juga teman seklub taekwondo.

Kemudian Maria Tukilah, mewakili guru. Maria juga pernah menjadi Kepala SMP Maria Immaculata, dan selepas menjadi kepala sekolah, ia memilih fokus mendampingi siswa ABK di SMP Maria Immaculata.

Ada Mei Kuswati, narasumber lain, adalah orangtua siswa. Tiga anaknya bersekolah di perguruan Maria Immaculata sejak TK hingga SMP. Anak-anak Mei bukan ABK. Ia menceritakan bagaimana anak-anaknya berkembang lebih matang karena berinteraksi dengan siswa ABK.

Narasumber lain pada sesi 2, Kepala Dinas Pendidkan dan Kebudayaan Cilacap. Selain itu, Komisioner Komnas Disabilitas Kikin Purnawirawan Tarigan yang datang dari Jakarta.

Mereka memaparkan situasi dan kebijakan pemerintah terkait anak berkebutuhan khusus dalam tingkatan lokal kabupaten dan nasional.

Tamu-tamu yang hadir sekitar 200 orang.

Acara dibuka Pj Bupati Cilacap yang diwakili Asisten III, Jarot Prasojo.

Dari Jakarta, selain Kikin Tarigan, hadir Direktur Penerbit Obor, Romo FX Sutanto.

Hadir pula guru-guru dari sekolah di bawah YSBS, guru-guru dari sekolah dekat perguruan Immaculata, perwakilan tokoh agama Kabupaten Cilacap, dan para pemerhati pendidikan.
Sutriyono Robert, Kisah Inspiratif Gotong Royong Bangun Sekolah Inklusi
Talkshow dan launching buku Gotong Royong Bangun Sekolah Inkkusi mendorong banyak didirikan sekolah inklusi. (Foto: Estanto Prima Yuniarto)
Usai acara, Sutriyono mengatakan bahwa ia diminta oleh Romo Carolus OMI untuk menulis buku terkait sekolah inklusi Maria Imaculata. “Saya memang diminta oleh Romo Carolus OMI untuk menulis buku terkait sekolah inklusi Maria Imaculata. Buku ini memuat cerita anak berkebutuhan khusus, sahabat mereka, orang tua hingga para guru yang berjuang, di mana pada awal mengalami kesulitan. Hingga akhirnya ini menjadi satu pelayanan dari sekolah,” ucapnya.

Sementara, Kepala SD Maria Imaculata Veronika Tri D menegaskan jika SD Maria Immaculata menerima siswa ABK sekitar tahun 1998/1999. Keberanian SD Maria Immaculata menerima siswa ABK karena kebijakan Direktur YSBS, yayasan yang menaungi perguruan Immaculata, Romo Carolus Burrows OMI. 

“Beliau ini adalah guru kasih, yang mengasihi dengan sepenuh hati dan tanpa syarat. Di sini anak-anak khusus dengan anak reguler berkembang bersama, dan mendapat dukungan dari orang tua,” ujarnya.

Saat ini ada 239 siswa di SD Maria Imaculata dengan 53 siswa ABK, di mana 3 orang diantaranya kini masuk menjadi siswa reguler.

Romo Carolus Burrows OMI berharap gagasan sekolah inklusi sebaiknya didorong kuat ke masyarakat.

Sehingga mendorong lagi banyak sekolah yang menerima anak-anak berkebutuhan khusus sebagaimana anak-anak yang lain.




(Estanto)

Komentar Klik di Sini