BerandaBudayaTradisi Memetri Bumi di Pesanggrahan Cilacap: Warisan Leluhur yang Jadi Perekat Sosial

Tradisi Memetri Bumi di Pesanggrahan Cilacap: Warisan Leluhur yang Jadi Perekat Sosial

CILACAP – METROPAGINEWS.COM || Ratusan warga Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, memadati lapangan desa dalam perayaan tradisi tahunan Memetri Bumi atau sedekah bumi, Jumat siang (18/7/2025). Tradisi ini menjadi bentuk syukur atas hasil panen sekaligus momentum refleksi hubungan manusia dengan alam.

 

Warga kompak mengenakan pakaian adat Jawa dan membawa tenong, wadah khas berisi aneka makanan rumahan hasil bumi seperti nasi, sayur, lauk pauk, serta ingkung ayam utuh yang dimasak khusus untuk acara adat. Setelah doa bersama, seluruh makanan disantap secara kolektif, memperkuat nilai kebersamaan dan gotong royong antarwarga.

 

PSX 20250719 095019

Kepala Desa Pesanggrahan, Sarjo, menjelaskan bahwa Memetri Bumi bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan bagian dari identitas budaya desa yang masih bertahan.

“Dulu saat pandemi, tetap digelar secara terbatas. Tahun ini antusiasme meningkat, dengan lebih dari 300 warga hadir dan ikut serta,” ujar Sarjo.

 

Rangkaian kegiatan dimulai dengan ruwat bumi, dilanjutkan pagelaran wayang kulit yang menghadirkan dalang Ki Eko Suwaryo dari Kebumen. Ki Eko dikenal sebagai dalang muda yang inovatif dalam membawakan lakon tradisi dengan gaya segar dan komunikatif.

Tidak hanya warga lokal, acara ini juga menarik perhatian komunitas budaya dari luar daerah, termasuk Paguyuban Rangkul Kroya hingga tamu dari Bandung. Ini menjadi bukti bahwa tradisi lokal masih punya magnet kuat di tengah arus modernisasi.

Namun demikian, belum terlihat ada upaya lebih lanjut dari pemerintah daerah untuk mendukung dokumentasi dan penguatan budaya lokal semacam ini sebagai bagian dari pendidikan karakter generasi muda. Jika tidak segera dirancang dalam bentuk program pendidikan berbasis budaya atau pariwisata lokal, khazanah tradisi seperti Memetri Bumi dikhawatirkan hanya akan jadi tontonan tahunan tanpa daya hidup ke depan.

Sarjo berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan diwariskan ke generasi berikutnya.

“Jangan hanya jadi formalitas. Kami ingin budaya ini dipahami maknanya dan hidup di keseharian warga,” pungkasnya.

 

Tradisi sedekah bumi seperti ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat agraris Jawa yang masih relevan sebagai penguat solidaritas sosial, spiritualitas ekologis, sekaligus potensi pengembangan wisata berbasis budaya.

Reporter: Andrika

Komentar Klik di Sini