Wisata Religi Gunung Wijil Dipinggiran Klaten, Yang Terabaikan.
KLATEN-METROPAGINEWS.COM || Gunung Wijil salah satu Obyek Wisata Religi di Daerah Desa Kupang Karangndowo Klaten, yang terabaikan, pagi menjelang siang Awak Media MetroPagi News, sempat melintasi daerah Obyek Wisata yang terlihat sepi & gersang tesebut, ( 22/10/2024 ) kita berdua yang akan menuju Kabupaten Sukoharjo dari arah Kabupaten Klaten mengambil jalan pintas melewati Pedesaan guna mempersingkat waktu tempuh, ditengah Perjalanan saya sempat penasaran dengan pemandangan sebuah bukit yang terlihat menonjol dari kejauhan, yang belakangan baru kami tahu bahwa tempat tersebut adalah Gunung Wijil, Obyek Wisata Religi, yang konon kabarnya merupakan Lokasi Petilasan dan Komplek Pemakaman Kerabat Keraton Kasultanan Surakarta, mengobati rasa penasaran, kami sempat singgah sejenak menikmati Keindahan Panorama Alam yang masih terlihat Asri bila dilihat dari puncak tebing gunung atau bukit kecil tersebut, terlihat di kejauhan Hamparan Sawah yang Menghijau dan membentang luas, menandakan daerah ini adalah salah satu daerah dengan mayoritas warganya bekerja sebagai Petani, kami sempat menjelajah hingga ke puncak karena kebetulan terlihat sepi sekali, tanpa ada Penjaga maupun Juru Kunci dari Obyek Wisata tersebut.
Sejenak Menikmati kami agak terkejut karena menemukan sebuah Bangunan yang sepertinya Baru selesai di bangun, dan sempat kami melihat sebuah Prasasti Penanda dari Marmer putih yang memberitahukan sebuah Informasi bahwa Bangunan tersebut adalah sebuah Balai Kesenian Gunung Wijil Kupang, yang dibangun menggunakan Anggaran APBN T.A. 2023 dan menghabiskan biaya Sebesar Rp 400.000.000,- ( Empat Ratus Juta Rupiah ) ya sebuah Bangunan Joglo Khas Jawa Tengah, nampak sederhana terletak di sisi atas bukit di bawah Komplek Pemakaman yang Pintu Masuknya Bertuliskan Aksara Jawa.
Sembari lalu kami melihat sepintas Bangunan tersebut dan bergumam, hmmm….mmmm….Okelah kita lewati dulu sembari menjelajah tempat yang lain, karena kebetulan sepi sekali pengunjung tempat tersebut saat itu, ada Beberapa Makam di komplek tersebut, namun tulisan pada Batu Nissan’nya samar samar sekali hingga tak bisa terbaca, ada 2 Makam di depan Pintu Masuk Komplek Makam Utama yang Bertuliskan Aksara Jawa, kemudian ada Beberapa Makam di bawah Makam Utama, tepatnya di samping sisi selatan Komplek Makam Utama, berlanjut kita Eksplore lagi dipuncak puncak Tebing Batu Hitam mungkin semacam batu muntahan lahar dingin yang mirip mirip di Sekitaran Gunung Merapi, namun apakah Bebatuan di Puncak Gunung Wijil tersebut juga dari Gunung Merapi, kami masih menyimpan pertanyaan tersebut dalam hati, nanti kita tanyakan pada Pihak Pejabat Berwenang dari Desa Kupang Karangndowo Kak ucap saya pada rekan Wartawan MetroPagi News yang merupakan Partner kerja saya dalam kegiatan Liputan di sekitaran Daerah Kabupaten Klaten, menjelang pantulan Sinar Matahari mulai terasa panas, saya mengajak rekan tersebut untuk ngopi sejenak di sekitaran Gunung Wijil ini, sembari mencari sedikit Informasi Terkait keberadaanya, karena memang tidak ada sama sekali Pemandu Wisata, maupun Tiket Masuk serta Penjaga maupun Pengunjung yang berkunjung ke Obyek Wisata Religi tersebut.
Potensi Alam Secantik ini kok tidak dikelola dengan baik ya gumam saya dalam hati, sayang sekali bilamana ada Tamu namun tidak ada yang bisa memberikan Informasi perihal Keberadaan Obyek Wisata tersebut, baiklah segudang pertanyaan menggumpal di kepala dan merujuk untuk dikeluarkan namun masih kita simpan dalam hati, berikutnya kita menemukan Angkringan Khas Klaten disekitaran dekat dekat obyek wisata tersebut, dari sanalah kita diberi Informasi terkait Keberadaan Lokasi Kelurahan Balai Desa Kupang, selaku Pihak Pemangku Kebijakan yang mengelola Obyek Wisata Religi tersebut, sayang tak banyak info kami dapat dari Penjual Angkringan, sebab dia juga seorang Perantau yang kebetulan dapat Suami dari Daerah Desa Kupang tersebut, minimal ada satu Petunjuk yang bisa kita pakai buat menelusuri lebih lanjut terkait dengan Obyek Wisata yang seolah Terabaikan tersebut, kenapa dibangun Balai Kesenian dengan biaya sebesar itu, bilamana tidak ada aktifitas yang signifikan, buang buang anggaran saja, batin kami dalam hati, namun nanti kalau bisa ketemu dengan Bapak Kepala Desa Kupang Karangndowo, akan coba kita tanyakan siapa tahu memang ada Program Khusus atau Kepentingan lain dibalik Pembagunan Balai Kesenian Gunung Wijil tersebut.
Selesai Makan Siang dan Ngopi Santai kita beranjak menuju Kantor Balai Desa Kelurahan Kupang Karangndowo Kabupaten Klaten, di Balai Desa tersebut juga tidak begitu ramai, ternyata pada saat kami berkunjung Para Pemangku Kebijakan sedang Beristirahat Makan Siang, oke kita pun mulai mengisi Buku Tamu Pengunjung Balai Desa tersebut, dan bermaksud bertanya tanya, terkait Aktivitas di Obyek Wisata Religi Gunung Wijil yang terlihat sepi dan kurang terawat serta Minim Penjagaan, awalnya kami bertanya tentang keberadaan Bapak Kepala Desa, namun sayang sedang tidak ada di tempat dan sedang mengikuti Rapat di Kecamatan Tutur Bapak Rahardja, Sekretaris Desa Kelurahan Kupang Karangndowo.
Pada Wartawan Pak Rahardja menjelaskan, bahwa sebenarnya Obyek Wisata Gunung Wijil tersebut ada Penjaganya yang bernama Bp Misyono, dia Bertugas sebagai Juru Kunci, namun memang bila siang dia bekerja di tempat lain, itulah jadi kenapa tidak ada Penjaga tadi disana, dan Pak Rahardja juga menawarkan pada kita bilamana mau diantar berkeliling melihat Obyek Wisata tersebut, akan diantarkan langsung Olehnya, ada Gua’nya Juga dibawah Gunung Tersebut katanya, namun kami pun menolak, karena kami tau benar Pak Rahardja sebenarnya sedang dalam Waktu Istirahat dan hendak Makan Siang namun terpaksa menemui Kita karena Bapak Kepala Desa sedang tidak ada ditempat, jadi kami kasihan bila harus merepotkan buat mengantar berkeliling, lagian kita juga hanya lewat melintas saja dan sebatas ingin tahu sedikit Informasi mengenai Gunung Wijil tersebut.
Dari Bapak Rahardja inilah akhirnya kita tahu bahwa Gunung Wijil tersebut Adalah memang Sebuah Lokasi Wisata yang di peruntukkan Guna Wisata Religi, yakni mengunjungi Petilasan Komplek Pemakaman yang diyakini masih ada Kaitannya dengan Kasultanan Surakarta, darinya juga kita tahu bahwa Lokasi tersebut pada hari hari biasanya memang sepi, dan agak ramai saat Malam Minggu, maupun di Bulan Agustus, karena biasanya ada Acara Kesenian dan Kegiatan disana Namanya Festival Hadroh Semarak Gunung Wijil dan ada juga acara lain lainnya, kepada Wartawan, Pak Rahardjo ini yang memberitahu, bahwasanya di Daerah Kupang ini memiliki Kuliner Khas yakni berupa Sate Kupang, namun sayang kita tak berhasil menemukan Pedagangnya di lokasi tersebut, kemudian lebih lanjut kita Bertanya terkait Bangunan Balai Kesenian Desa Kupang yang Berada Di atas bukit tadi, namun beribu maaf beliau tidak berani menjelaskan, nanti ditanyakan saja pada Bapak Kepala Desa bila Bertemu lain waktu, ujarnya, beliau hanya menambahkan bahwa Balai Kesenian tersebut, seringkali dipakai bila ada Rapat Rapat maupun Pertemuan selebihnya tidak berani menjelaskan Persoalan yang lebih jauh, kamipun mengerti dan sangat menyadari terkait Persoalan tersebut, dan tetap menyimpan pertanyaan dalam hati, kelak suatu saat bila kita lewat lokasi ini lagi kita akan mampir dan bertanya lebih Detail dengan Bapak Kepala Desa Langsung, sebab sayang sekali Lokasi Wisata Secantik ini, dibiarkan Terbengkalai dan Tak Terawat, kalaupun ada Juru Kunci seharusnya selalu Stand Bye di lokasi, mengingat ini Lokasi Wisata, dan Tentunya juga salah satu Aset Desa, semestinya lebih di Perhatikan dan di Jaga, kalau tidak ada Penjagaan dan Penjelasan yang memadai terkait Keberadaan Obyek Wisata Religi Gunung Wijil ini, kenapa musti repot repot dijadikan Tempat Wisata, dan harus menghabiskan Anggaran Belanja buat Pembangunan sekian banyaknya, bukankah menjadi sia sia dan Mubazir bila tak ada Aktivitas dan Perhatian yang lebih Serius dari Pihak Pemangku Kebijakan Setempat, bukankah ini kalau Diberdayakan dengan sungguh sungguh, akan bisa jadi Aset Desa yang bermanfaat buat kesejahteraan banyak Warga dan Masyarakatnya, pun juga bisa Menambah Inkam Pendapatan Daerah Bila Pariwisata berjalan baik, sangat disayangkan, sementara Desa Desa yang lain yang tidak memiliki Aset Desa seperti layaknya Obyek Wisata Gunung Wijil ini, berusaha berlomba lomba membangun dengan Dana Swadaya Masyarakat buat membuat Taman Tempat Bermain, maupun Fasilitas Fasilitas Publik yang bisa dinikmati Warga dan Khalayak luas, tapi disisi lain Sebuah Desa yang Kaya akan Potensi Wisata justru hanya di abaikan saja, terlebih juga menggunakan Anggaran APBN guna pembangunan Fasilitas Publik di dalamnya, semestinya Ada Tanggung Jawab Moral dalam Penggunaan Dana tersebut, namun entahlah , toh kita hanya bisa bergumam dalam hati, karena kita belum ketemu dan Konfirmasi Langsung dengan Bapak Kepala Desa Kupang, lain waktu kita akan mampir lagi ya Pak sahut kami usai berpamitan dengan Bapak Sekretaris Desa Bp Rahardja, Terima Kasih Sambutan Hangat dan Informasinya.