Jatinom Jadi Pusat Perhatian, Ribuan Warga Tumpah Ruah
KLATEN – METROPAGINEWS.COM || Tradisi tahunan Sebar Apem Yaqowiyyu yang digelar di Kampung Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, kembali berlangsung meriah pada Jumat (8/8/2025). Perayaan budaya yang telah berlangsung selama lebih dari empat abad ini menarik perhatian puluhan ribu warga dari berbagai daerah.
Pada puncak perayaan yang bertepatan dengan 13 Sapar 1959 Dal (Kalender Jawa) ini, sebanyak 54.135 buah apem disebar dari pelataran Masjid dan kompleks makam Kyai Ageng Gribig. Apem-apem ini menjadi simbol ngalap berkah, sebagai bentuk doa dan harapan untuk ampunan, keberkahan, dan persatuan.
Dengan mengusung tema “Berbagi Kebaikan, Berdoa untuk Negeri Keberkahan”, perayaan ini disambut antusias masyarakat yang memadati area acara sejak pagi. Ribuan warga tumpah ruah, menanti momen sebar apem yang dipercaya membawa keberkahan bagi siapa saja yang mendapatkannya.
Hadirkan Deretan Tokoh Penting
Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain:
Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo, S.I.Kom,
Wakil Bupati Benny Indra Ardhiyanto, S.E., MBA,
Kepala Pengadilan Negeri Klaten,
Camat Jatinom,
Kapolres dan Dandim Klaten,
Ketua DPRD Klaten,
Perwakilan Menko Perekonomian, Revendra Airlangga,
Gusti Surya Triono,
Ketua FKUB Klaten,
Forkopimcam Klaten dan Jatinom,
Kadisbudporapar,
serta Paguyuban Kepala Desa se-Kecamatan Jatinom.
Tradisi Sejak Abad ke-17
Menurut Kanjeng Raden Haryo Tirto Joyo Ningrat, Sentono dari Kasunanan Surakarta sekaligus budayawan Klaten, tradisi ini telah berlangsung sejak abad ke-17, pada masa Kyai Ageng Gribig atau Syekh Wasibano, seorang ulama besar yang masih memiliki garis keturunan dari Kraton Kasunanan Surakarta.
“Kyai Ageng Gribig pulang dari Mekkah membawa apem sebagai oleh-oleh, namun jumlahnya tidak cukup. Maka beliau memperbanyak apem untuk dibagikan kepada masyarakat dan para santri,” jelasnya.
Secara filosofi, kata ‘apem’ berasal dari bahasa Arab ‘al-afwu’ yang berarti ampunan. Bentuknya yang bulat dan rangkap (tangkep) melambangkan persatuan, keikhlasan, dan pentingnya berbagi dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari Lokal Menjadi Global
Tidak hanya dari Klaten, antusiasme juga datang dari warga luar daerah seperti Boyolali, Jogja, Jawa Timur, bahkan Kalimantan dan Lampung. Tradisi sebar apem kini telah dikenal luas, bahkan oleh masyarakat di luar Pulau Jawa.
Budayawan berharap agar generasi muda tetap melestarikan tradisi ini agar tidak punah dan bisa menjadi identitas budaya lokal yang mendunia.
“Semoga tradisi luhur ini terus berjalan dan diwariskan lintas generasi. Ini bukan hanya budaya, tetapi bentuk cinta dan doa untuk negeri,” pungkas KRH Tirto Joyo Ningrat.
(Desi / MetroPagiNews)
Komentar Klik di Sini