BerandaDaerahPKM IAKN Kupang Tanamkan Etika Guru Kristen sebagai Benteng Anti Kekerasan di...

PKM IAKN Kupang Tanamkan Etika Guru Kristen sebagai Benteng Anti Kekerasan di Sekolah

ROTE NDAO – METROPAGINEWS.COM || Guru Kristen yang profesional bukan hanya dituntut untuk cakap mengajar dan menguasai teori pendidikan, tetapi juga harus memiliki kesadaran etis yang menuntun perilaku dan sikap dalam setiap dimensi pekerjaannya.

Hal tersebut disampaikan oleh Merling T. L. L. C. Messakh, M.Pd., dosen Program Studi Magister Pendidikan Agama Kristen (PAK) Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang berlangsung di Desa Tenalai, Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao.

Kegiatan PKM tersebut mengusung tema “Elaborasi Kompetensi Profesional Guru Kristen sebagai Penguatan Karakter Anti Kekerasan di Sekolah” dengan subtema “Etika Guru Kristen yang Profesional dalam Menegakkan Komitmen Anti Kekerasan.”

Program ini menjadi wadah reflektif bagi para guru, tenaga kependidikan, dan siswa untuk memahami kembali pentingnya etika, kasih, dan profesionalisme dalam dunia pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Kristiani.

Dalam penyampaiannya, Merling menegaskan bahwa etika guru Kristen merupakan fondasi moral dan spiritual yang harus menjadi dasar perilaku profesional dalam melayani di bidang pendidikan.

PKM IAKN Kupang Tanamkan Etika Guru Kristen sebagai Benteng Anti Kekerasan di Sekolah

“Etika bukan sekadar seperangkat aturan, tetapi wujud nyata dari iman yang dihidupi dalam tindakan kasih, tanggung jawab, dan keadilan,” tegasnya.

Menurutnya, guru Kristen profesional harus memiliki kesadaran etis dalam setiap aspek pekerjaan, baik saat berinteraksi dengan peserta didik, rekan sejawat, maupun masyarakat sekitar.

Etika profesional menuntun guru untuk bersikap adil, sabar, rendah hati, serta menolak segala bentuk kekerasan, baik secara fisik maupun verbal.

“Dalam pandangan iman Kristen, setiap manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Menghargai martabat setiap peserta didik berarti menghormati Sang Pencipta itu sendiri. Karena itu, guru harus menjadi pelindung, bukan pelaku atau pembiar kekerasan di sekolah,” ujar Merling.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa profesionalisme guru Kristen tidak bisa dipisahkan dari integritas etisnya.

Guru yang beretika adalah mereka yang menegakkan kejujuran, bertanggung jawab atas kata dan tindakan, serta mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan siswa.

Dalam konteks anti kekerasan, Merling mengingatkan agar guru tidak menggunakan kekerasan sebagai alat untuk mendisiplinkan siswa.

Sebaliknya, guru harus menempuh pendekatan yang edukatif, persuasif, dan penuh kasih, sebagaimana teladan Yesus Kristus yang mendidik tanpa menindas atau mempermalukan.

BACA JUGA : Kasus Perampokan di Kedungreja Disidangkan, Tak Ada Saksi yang Meringankan

Etika Pelayanan untuk Tenaga Kependidikan
Tidak hanya guru, Merling juga menyoroti peran penting tenaga kependidikan (tendik).

Ia menegaskan bahwa etika pelayanan harus menjadi dasar dalam setiap aspek administrasi dan pengelolaan sekolah.

Keputusan dan tindakan harus berlandaskan keadilan, keterbukaan, dan rasa hormat terhadap semua pihak agar tercipta ekosistem sekolah yang damai, saling percaya, dan bebas dari praktik kekerasan struktural maupun verbal.

Bagi para siswa, kegiatan ini menjadi momen pembelajaran berharga tentang bagaimana nilai-nilai etika Kristen dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa diajak untuk saling menghargai, mengasihi tanpa syarat, dan menolak balas dendam atau kekerasan.

Etika anti kekerasan, menurut Merling, bukan sekadar slogan, melainkan gaya hidup yang meneladani kasih Kristus.

Sekolah harus menjadi ruang pembentukan karakter yang menghidupkan nilai-nilai Kerajaan Allah — tempat di mana kasih dan damai menjadi roh utama pendidikan.

PKM IAKN Kupang Tanamkan Etika Guru Kristen sebagai Benteng Anti Kekerasan di Sekolah

Melalui kegiatan ini, tim PKM Magister PAK IAKN Kupang berkomitmen menghadirkan transformasi nilai dalam dunia pendidikan Kristen.

Tim pelaksana terdiri dari Merling T. L. L. C. Messakh, M.Pd., Dr. Jonathan Leobisa, M.Pd.K., Dr. Yakobus Adi Saingo, M.Pd., Yakob Pai Tiba, dan Korne A. Haba Ito.

Kegiatan ini juga menghadirkan narasumber lain, yakni Regina A. V. Kedoh, S.STP, M.Si., selaku Kepala Dinas BP3AP2KB, serta Dr. I Made Suardana, M.Th., yang turut memperkuat pesan bahwa guru Kristen profesional harus menjadi teladan kasih dan anti kekerasan di sekolah.

Melalui penyampaian ini, Merling T. L. L. C. Messakh, M.Pd., berhasil menggugah kesadaran para pendidik dan peserta didik akan pentingnya etika sebagai panggilan rohani dalam profesi guru.

Ia menutup dengan ajakan penuh makna: “Guru Kristen dipanggil bukan hanya untuk mengajar, tetapi untuk menghadirkan damai sejahtera Kristus di dunia pendidikan.”*


(Alberto L)

Komentar Klik di Sini