BerandaBudayaBatik Motif Jeruji Unjuk Karya di Festival Banjoewangi Tempo Doeloe

Batik Motif Jeruji Unjuk Karya di Festival Banjoewangi Tempo Doeloe

BANYUWANGI – METROPAGINEWS.COM II Festival Banjoewangi Tempo Doeloe yang digelar 23–25 September 2025 di pelataran Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi berlangsung meriah dan penuh makna. Sejumlah stand menampilkan kekayaan sejarah, seni, dan budaya yang mempertegas Banyuwangi sebagai kota dengan jejak peradaban panjang.

 

Stand peninggalan Suku Bugis dan Mandar, misalnya, menampilkan koleksi khas yang biasanya tersimpan di rumah tetua adat. Sementara Desa Macan Putih menghadirkan narasi sejarah Keraton Macan Putih Tawang Alun. Tidak ketinggalan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, yang berdekatan dengan Blambangan, memamerkan jejak peninggalan Majapahit hingga warisan Ijen Geopark.

 

Screenshot 20250923 214342

Koleksi lain yang menarik perhatian antara lain kreasi bambu Gintangan, koleksi batu akik, buku, dan koin kuno milik Djawa Dwipa Blambangan. Dukungan dana dari Indosiana yang menggandeng Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Banyuwangi bersama Dewan Kesenian Blambangan menambah semarak festival dengan suguhan Seni Rengganis, Jaranan Buto, Gembrung, hingga legenda Sritanjung dan sejarah Tawang Alun.

Warga Binaan Lapas Ikut Berkreasi

Kehadiran Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Banyuwangi memberi warna tersendiri. Warga binaan menampilkan Tari Kreasi Juara SMPN 2 Rogojampi hingga Tari Kesetiaan Suami Istri dari Sanggar Paswangi. Penampilan mereka mendapat pengawalan langsung dari Kalapas I Wayan Nuranta Wibawa bersama jajaran.

Selain itu, stand warga binaan menampilkan batik motif jeruji dan borgol, celengan, tempat tisu, hingga keset perca. Batik semi tulis dengan pewarnaan khusus yang sarat makna dipatok dengan harga di atas Rp500 ribu.

“Banyak pembeli datang melalui penawaran online di media sosial. Bahkan pesanan gorengan yang dilayani warga binaan sendiri sempat kewalahan,” ungkap Kasie Kegiatan Kerja, Priyo Asnanto.

Priyo menambahkan, tantangan muncul ketika warga binaan yang sudah terampil bebas, sementara lapas harus kembali melatih warga baru dari nol. “Kami juga menyiapkan pelatihan barbershop, musik, jurnalistik, hingga keterampilan pijat dan bekam, selain kegiatan keagamaan,” jelasnya.

Apresiasi Pemerintah

Kepala Disbudpar Banyuwangi, Taufik Rahman, mengapresiasi kreativitas warga binaan yang dinilai mampu memberi inspirasi bagi masyarakat. Ia memastikan peluang tampil di panggung festival akan terus dibuka ke depan.

Kalapas I Wayan Nuranta Wibawa turut menyampaikan terima kasih kepada Pemkab Banyuwangi. “Kesempatan ini bukan hanya soal pameran karya, tapi juga ruang berbaur bagi warga binaan untuk menunjukkan potensi dan prestasi mereka,” ujarnya.

(Tyo)

Komentar Klik di Sini