OPINI – METROPAGINEWS.COM || Perubahan cuaca ekstrem memengaruhi aktivitas keseharian seseorang. Dalam kondisi perubahan suhu, individu melakukan berbagai upaya penyesuaian agar dapat bertahan dalam situasi tersebut. Penyesuaian dilakukan pada aspek fisik dan juga psikologis.
Kegagalan penyesuaian dapat menimbulkan berbagai masalah. Beberapa pengaruh dari paparan cuaca panas yang berkepanjangan pada perubahan kognitif misalnya perubahan fungsi otak dan kelelahan mental.Selain itu, cuaca panas yang terjadi siang dan malam juga memengaruhi kualitas tidur seseorang. Penelitian menunjukan bahwa tingginya suhu menimbulkan masalah tidur seseorang dan menyebabkan insomnia.
Dalam aspek perilaku, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa cuaca panas menimbulkan gejolak emosi seseorang sehingga meningkatkan agresi dan stres Pada beberapa kasus, kesulitan pengelolaan emosi dan perilaku selama melewati masa suhu tinggi dalam jangka panjang dapat memengaruhi intensi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri
Data Indeks Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia Tahun 2023 Data tingkat depresi antarnegara 2023 yang dimuat laman World Population Review menyebutkan, Ukraina menjadi urutan pertama sebagai negara dengan penduduk terdepresi sebanyak 2.800.587 kasus atau sebesar 6,3 persen dari jumlah penduduk.
Urutan kedua ditempati Amerika Serikat dengan 17,491,047 kasus (5,9 persen) dan disusul Estonia 75.667 kasus (5,9 persen). Ada pun Indonesia ditemukan 9.162.886 kasus depresi dengan prevalensi 3,7 persen. Di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia setiap tahun bisa bertambah sampai lebih dari 3 juta jiwa yang kini sudah menyentuh total 278.16.661 jiwa.
Kemungkinan angka penduduk depresi akan jauh lebih besar lagi. Menurut data yang dimuat laman Our Better World dari data Kementerian Kesehatan 2013, sekitar 9 juta penduduk Indonesia mengalami depresi.
Organisasi meteorologi dunia (WMO) telah menunjukan bahwa suhu permukaan laut global yang mencapai tingkat tertinggi selama tiga bulan berturut-turut. Selain itu, penurunan luasan es laut di Antratika ke tingkat terendah turut menyumbang peningkatan suhu Bumi.
Sejauh ini perubahan iklim bagi tubuh manusia banyak dikaitkan dengan berkurangnya pemenuhan air seperti dehidrasi dan masalah fisik lainnya. Sementara itu,penelitian terbaru menunjukkan bahwa cuaca ekstrem tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tapi juga berdampak signifikan pada kesehatan mental.
Permasalahan yang terjadi tersebut dapat ditimbulkan oleh perubahan cuaca ini masih kurang di perhatikan Kesadaran pentingnya kesehatan mental yang masih rendah mengakibatkan masyarakat cenderung abai pada perubahan-perubahan psikologis yang dialami. Maka masyarakat harus lebih berhati hati terhadap kondisi sekitar, seperti menjaga kebugaran fisik.
Selain menjaga kebugaran fisik selama menghadapi cuaca panas, masyarakat juga perlu melakukan berbagai upaya untuk menjaga kesehatan mental. Tetap melakukan aktivitas di dalam ruangan seperti meditasi dan rileksasi menggunakan musik dapat membantu seseorang untuk meredam stres yang disebabkan oleh suhu yang tinggi.
Apabila upaya tersebut tidak menghasilkan perubahan signifikan, kita dapat menggunakan layanan profesional untuk mendapatkan penanganan yang lebih efektif. Pelayanan kesehatan mental di Puskesmas atau unit layanan lain dapat digunakan sebagai alternatif untuk memperoleh penanganan yang tepat.
Oleh: Yuliani Tetin Naban SMAK Seminari, Labuan Bajo
PULANG PISAU-METRO PAGI MEWS.COM || Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pulang Pisau melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), menggelar acara Orientasi Kompetensi Dasar...