Rabu, Januari 22, 2025

Dunia Seni Peran Sedang Tidak Baik Baik Saja

Must Read
Pitut Saputra
Pitut Saputrahttps://metropagi-news.weeblysite.com/
https://pitut-saputra.weeblysite.com/

SURABAYA-METROPAGINEWS.COM ||
Tumbal Dewi Cokek adalah Naskah Monolog dari Seniwati/Aktris Teater Perempuan Berbakat yakni Herlina Syarifudin, Dia asli Jawa Timur namun kini tinggal di Bogor, Naskah Monolog tersebut di Adaptasi oleh Kelompok Teater Independen dari Ponorogo Madura Jawa Timur, dan sedianya akan Dipentaskan malam nanti di Taman Budaya Jawa Timur Surabaya ( 25/10/2024) Mbak Lina Panggilan Akrabnya mengatakan pada Wartawan MetroPagi News, Bahwasanya Naskah Monolog yang Kutulis pada Tahun 2009 yaitu TUMBAL DEWI COKEK adalah sebuah Karya yang sudah pernah Kupentaskan sendiri di 15 Titik Lokasi di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali pada Tahun 2009-2014, ternyata saat ini menjadi salah satu Naskah Wajib Pilihan di PARADE TEATER JAWA TIMUR 2024 dengan tema “Membaca Ulang Platform Teater Jawa Timur” yang Diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jawa Timur Jum’at, 25 Oktober 2024 atau nanti malam akan Dipentaskan oleh Granggang Teater, Granggang Suh Ponorogo dengan Sutradara L.h. Niadi.

Parade Teater Pelajar Jawa Timur 2024
Parade Teater Pelajar Jawa Timur 2024

Naskah Monolog ini Diadaptasi Ulang menjadi Naskah Teater yang Dimainkan oleh Beberapa Pelakon dan Dilakukan Pendekatan terhadap Seni Tradisi Tledek Cokek yang sudah hampir punah di Wilayah Ponorogo berdasarkan Diskusi antara Sutradara denganku kemarin sebagai Penulis Naskah, Nasib Cokek Betawi dan Tledek Cokek Ponorogo hampir sama, tergilas jaman, nafasnya tinggal satu dua,

Kemarin saya Berkesempatan Menonton Gladi Resiknya lewat Video Call WhatsApp, yang menarik dari Garapan TUMBAL DEWI COKEK Versi Teater Granggang ini, Dihadirkan juga Simbah Seniman Tledek Cokek Asli yang kebetulan masih hidup dan akan menjadi Bagian Adegan juga, menjadi Saksi Disuarakannya Nasib Kesenian Tledek Cokek Ponorogo lewat Panggung Teater, kawan kawan di sekitar Jawa Timur, jangan lupa merapat ke Taman Budaya Jatim, Gedung Cak Durasim, Genteng Kali Suroboyo dan Saksikanlah Pementasan Teater Tersebut, Pesannya yang diunggah, Via Platform Media Sosial Online.

Herlina Syarifudin aka Mbak Lina ( Aktris, Budayawan, Seniman, Dan Monolog Performer )
Herlina Syarifudin aka Mbak Lina ( Aktris, Budayawan, Seniman, Dan Monolog Performer )

Semalam ( 24/10/2024 ) Dikonfirmasi Via WhatsApp Mbak Lina membenarkan cerita tersebut, kalau dari Pihak Kelompok Teaternya memang sudah Minta Ijin, terkait Penggarapan & Adaptasi Naskah Monolog tersebut menjadi Naskah Teater, namun bila dari Pihak Panitia memang Belum ada Konfirmasi terkait Naskah saya yang di tetapkan jadi salah satu Naskah Monolog Pilihan Wajib Guna Parade Teater Pelajar Jawa Timur 2024, mungkin belum sempat saja, Ungkapnya.

Namun Terlepas dari Persoalan Diatas, Mbak Lina sendiri memang sempat Mengutarakan Kegelisahannya Terkait Seni Peran ( Teater & Monolog ) yang selama ini seolah menjadi Anak Tiri, karena dari dulu hingga kini, Perkembangannya masih tergolong terlambat, Kurang Signifikan dalam Apresiasi dan Penghargaan Karya, kalaupun ada masih sangat minim sekali ataupun kalau Backingnya dari Suatu Lembaga Kesenian tertentu, mungkin masih bisa Ada Support dan Penghargaan Karya maupun Proses Lewat Beasiswa Beasiswa Seni ke Luar Negri misalnya, namun lebih ke Mayoritas kebanyakan Hal Tersebut Dirasa masih Sangat Kurang, berbeda dengan Kesenian lain, misal Seni Musik atau Seni Lukis, sudah mulai memasuki tahap yang bisa menjadi semacam ” Komoditi ” dalam Konteks ini Perihal Penghargaan dan Apresiasi karyanya ya, dimana Karyanya Bisa di Patenkan dan Bisa Mendapat Royalti misalnya, namun kalau Masalah Teater. atau Monolog gitu jarang bisa di hargai, Ada yang Ijin dan Mau Menggarap atau Mengadaptasi Naskah dan Karya Kita pun sudah Bersyukur, karena Secara tidak langsung Apa Pesan & Kegelisahan yang Kita Sampaikan Lewat Karya tersebut bisa Dipublikasikan lebih luas, dan Syukur Syukur bisa Ditangkap Pesannya, bukan sebatas Dipentaskan saja.

Cape Town, 10 Th Woman Playwrights Internasional Conference, Salah Satu Ajang Internasional, yang Membawa Mbak Lina Sebagai Delegasi Dari Indonesia ( Dok Foto Herlina Syarifudin )
Cape Town, 10 Th Woman Playwrights Internasional Conference, Salah Satu Ajang Internasional, yang Membawa Mbak Lina Sebagai Delegasi Dari Indonesia ( Dok Foto Herlina Syarifudin )

Kalau di Negara Negara Barat, Amerika misalnya, Sudah ada Penghargaan yang Layak dari Hasil Karya & Proses Kreatif Tersebut, namun kalau di Indonesia ini mungkin masih minoritas ya katakanlah baru 20 % dari keseluruhan, makanya terkadang itu yang membuat Para Pegiat Teater maupun Monolog terkesan Kurang Darah dan makin kesini Makin Tersisihkan, hingga mendekati Minim sekali Kreatornya, sebab ya bagaimana lagi tiap kali Produksi Karya bukannya Dapat Hasil namun lebih sering Tekornya dan Nombok terus, Ibarat kata agak capek juga kita terus menerus Menghidupi Kesenian, namun hingga kini Kesenian Tersebut belum bisa Memberikan Hasil yang Signifikan, memang sih kita Berkarya bukan Buat Uang, namun tak bisa Dipungkiri juga bahwa Proses Produksi pun Memerlukan Biaya yang Tidak Sedikit, makanya Dilematis dan Miris Banget Paparnya.

Bahkan dulu pernah Ada Orang. bilang Kalau Nyari Duit jangan di Teater, ya memang, Saya sendiri juga sempat merasakannya kala di Teater Koma, Dimana Sekali Produksi, membutuhkan Banyak Dana, Waktu, Pikiran serta Tenaga, Kalau terus Belajar dan kemudian Tidak Ada Apresiasi serta Penghargaan dari Hasil Proses Kreatif itu sendiri, kan juga dalam tanda kutip, Betah Betah’an Bertahan dan Pinter pinter Memanage Keuangan kan, ya kalau Basicnya kita dari Keluarga yang Berada, kalau dari Kalangan yang Biasa saja atau Kurang Mampu, lalu bagaimana bisa Menghidupi Kesenian itu sendiri, Berbeda ya kalau teman teman Musisi ada Apresiasi dan Royalti Karya, tapi kalau kita, tau sendiri lah, Proses Produksi pun Seringkali bila mengajukan Anggaran Dana lebih banyak Ditolaknya, daripada di ACC, kalau tak ada bantuan dari Orang Dalam, Bahkan Instansi Instansi Dewan Kesenian, Budaya, Pariwisata, dan Lainnya Sejenis Pasti Beralasan Anggaran Dana Buat Kesenian sudah dianggarkan tahun sebelumnya, jadi tidak bisa Mendadak, lah Bagaimana mau Kreatif, bila Support aja ga ada, ini belum masuk pada Kwalitas Karya Lo ya, Baru Sebatas Kulit buat Produksi sebuah Pementasan, Meski Juga Tidak Semua Begitu.

Salah Satu Poster Kegiatan dan Aktivitasnya Dalam Seni Peran Monolog
Salah Satu Poster Kegiatan dan Aktivitasnya Dalam Seni Peran Monolog

Lebih lanjut Bila Mengupas Teater ini memang banyak faktor sih ya, salah satu Faktor Penting yang tidak bisa terlepas juga, yakni dari Sistem Pendidikan di Negri Kita sendiri, Bagaimana Kemudian Sedari Dini Para Pelajar sudah di berikan Pemahaman terkait Apresiasi & Penghargaan Karya, ini menjadi Penting karena Fakta Dilapangan, Kita tahu sendiri sebuah Pertunjukan Teater itu kalau Ditiketkan pasti kebanyakan Sepi Peminat, namun kalau Gratis Penonton Melimpah, jadi Budaya Apresiasi Terhadap Sebuah Karya itu Memang belum terbangun, dan Harus Ditanamkan Sedari Dini, pun juga dari Pihak Kreator, Seniman dan Aktor Aktrisnya sendiri juga Musti Kreatif Mengemas Sebuah Produksi Pementasan Teater agar Bagaimana bisa terus Diminati, dengan Terobosan Terobosan yang Fleksibel dan Humanis, Seperti Halnya Saya sendiri, Mulai 2008 sudah mulai Out Of The Book, Bahwa Pementasan Teater tidak melulu harus di Gedung Gedung Pertunjukan, maupun Balai Kesenian, namun karena Segment Teater ini lebih Banyak Peminatnya dari Generasi Muda, Bagaimana Kita kemudian bisa Mengemas agar Pertunjukan tersebut Bisa Diakses Lebih Banyak Kalangan Muda dan Publik Masyarakat Luas, Tidak melulu lewat Tiket, Misal Kita Gratiskan dan Pementasan Dilakukan Diruang Ruang Publik misalnya, Kemudian nanti Model Saweran aja layaknya Pengamen, Kita Harus Berani buat Memangkas Gengsi, Demi Upaya Upaya untuk Bisa Mempertahankan Teater, berikut Proses Kreatifnya serta Keberlanjutan Nafas Teater itu sendiri, mungkin tak banyak lah dari Hasil Saweran, tapi kemudian bukankah Masih Banyak Jalan Kreatif lain, misal Menjual Merchandise atau Kita Main Di Caffe Caffe atau Restoran untuk kemudian Tiket Include Dengan Makan Minum dan sebagainya, Terobosan Terobosan Tersebut Perlu Kita Coba dan Lakukan Demi Keberlangsungan Nafas Dunia Teater itu sendiri, Sebelum Kesenian Bisa Menghidupi Kita, Memang Butuh Banyak Pengorbanan buat Menghidupi Kesenian Itu Sendiri Papar Mbak Lina, Dia Sendiri waktu Terpilih jadi Delegasi Indonesia Sebagai Salah Satu Penampil Perempuan yang Kreatif dan Konsisten Berkarya, Baik Monolog dan Seni Peran Pada Ajang Konferensi Internasional di Cape Town Afrika Selatan juga harus Mencari Dana Sendiri, Tanpa menggantungkan Biaya dan Pendanaan dari Pemerintah, padahal ini Mewakili Indonesia loh, begitulah Salah Satu Perempuan Hebat yang sangat Menginspirasi, Perjuangan dan Laku Kreatifnya, Proses Panjang Berkeseniannya dalam Dunia Seni Peran Teater, Berkeliling Negri sampai Negara Tetangga seolah Terabaikan dan Hingga Kini Jarang Diberikan Apresiasi yang Layak dan Kompatibel, Jangankan Berharap Harap Royalti dari Naskah, terkadang sudah turun ke Ruang Ruang Publik pun masih Minim Apresiasi, Hal tersebutlah yang seringkali Mengendorkan Semangatnya untuk Terus Berkarya, lalu Siapa Lagi yang akan Memperjuangkan Dunia Teater Bilamana Satu Persatu Pegiatnya terus Tumbang, Kebanyakan orang orang yang Belajar Seni Peran dan Teater mengeksplore segala Ilmu Ilmunya, namun tak jarang Justru Mencari Uangnya di Ranah Pekerjaan yang lain Diluar Teater, lalu Bagaimana dengan Kontribusinya Sendiri Terhadap Dunia Teater yang Menjadi Titik Awalnya dalam Belajar dan Berproses, Setelah bisa kemudian Meninggalkannya Tanpa Kontribusi Yang Jelas, betapa Mirisnya Dunia Perteater’an Kita ya, Keluhnya Menyikapi Banyaknya Aktris yang seakan Lupa Darimana Tempatnya Belajar, dan Meninggalkan Teater begitu saja.

Dengan adanya Pergantian Tampuk Kepemimpinan Pemerintahan Yang Baru saat ini Dia Hanya Berharap bahwa Mereka Mereka yang Mendapat Kursi, Semoga bisa Turun dan Menyentuh ke Akar Akar Persoalan Kesenian, ada Aak Raffi Ahmad, Dito Ariotedjo, Bang Komenk dan lain lainnya, Minimal Bisa Mengajak Para Pegiat Seni Ngopi lah, Itu Harapan Kita, biar Kita Tahu, Sejauh Mana Kontribusi dan Ketertarikan Mereka terhadap Perkembangan Kesenian di Tanah Air.

Mbak Lina dalam Sebuah Pementasan Monolog
Mbak Lina dalam Sebuah Pementasan Monolog

Karena sudah Menjelang Malam, Saya Berbincang dengan Mbak Lina, akhirnya Saya Putuskan untuk Mengakhiri Pembicaraan saya Via WhatsApp,  dan Cukupkan dulu Artikel ini, Sampai Disini dulu, Lain waktu Kita Lanjutkan ke Part Dua ya Mbak” ujar Saya, karena memang kalau Berbincang Persoalan Kesenian itu Memang Tak Ada Habisnya, ini baru Awalan saja, lain waktu Kita Kupas Lagi lebih Mendalam, dan Akhir Kata seperti tadi telah Diungkapkan Mbak Lina, Jangan sampai terlewatkan melihat Pementasan nanti malam, Kasih Support Adik Adik Kita, Generasi Penerus yang Masih Menggeluti Dunia Teater, Bagi yang Tinggal di Sekitaran Surabaya Datanglah, dengan Kehadiran Anda akan Menjadi Penyemangat Tersendiri Buat Mereka, dan secara tidak langsung Anda sudah turut Perduli dengan Dunia  Seni Peran Teater, Di Tanah Air.

Latest News

Tabrakan Maut di Gunung Eleh Sampang, Dua Warga Kehilangan Nyawa

SAMPANG – METROPAGINEWS.COM || Peristiwa kecelakaan lalu lintas antara sebuah mobil dan sepeda motor terjadi di Jalan Raya Gunung...

More Articles Like This


Notice: ob_end_flush(): failed to send buffer of zlib output compression (0) in /home/metropaginews/public_html/wp-includes/functions.php on line 5463