OPINI – METROPAGINEWS.COM || Salah satu persoalan yang mengintai para kehidupan para remaja saat ini ialah kekerasan seksual. Bahkan persoalan kekerasan seksual terhadap remaja kian hari kian meningkat. Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengungkapkan, per 23 juli 2023, Komnas PA telah menerima 2.739 laporan kasus kekerasan seksual. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Ironisnya, sebagian besar pelaku kekerasan seksual terhadap remaja adalah orang terdekat, seperti ayah kandung, ayah tiri, kakek, kakak, paman, dan tetangga. Hal ini menunjukkan bahwa kejahatan dapat dilakukan oleh siapa pun dan datang dari mana saja. Oleh karena itu upaya pencegahan sejak dini mesti diprioritaskan baik itu melalui edukasi kaum remaja maupun masyarakat secara umum tentang kekerasan seksual.
Kondisi ini memberi dampak yang buruk bagi perkembangan remaja di masa depan. Kaum remaja yang berusaha mencari jati diri dan menggapai cita-cita yang mereka impikan harus mengurung niat itu karena menjadi korban atas kebiadaban para pelaku kekerasan seksual. Pikiran mereka menjadi buntu karena ketakutan akan masa depan yang suram karena proses mencapainya telah dicederai oleh tindakan kekerasan seksual yang menimpa mereka. Atas persoalan ini, siapakah yang patut dipersalahkan? Sepertinya terlambat jika mencari siapa yang patut dipersalahkan karena yang paling mendesak sekarang ini adalah bagaimana mengatasi dan mencegah agar persoalan tersebut tidak terjadi lagi.
Usia remaja adalah usia produktif untuk dapat menghasilkan banyak-banyak sumbangsih positif bagi diri sendiri maupun orang lain. Pada usia remaja, setiap orang berusaha menemukan atau setidaknya mencari jati diri dalam proses adaptasi baik itu dengan diri sendiri maupun sesama. Di tengah usaha untuk menemukan jati diri itu, remaja dituntut untuk meningkatkan kapasitas dirinya baik melalui usahanya secara personal maupun dalam halnya dengan orang lain.
Namun, patut disadari bahwa usaha remaja untuk menemukan jati dirinya tidak pernah terlepas dari orang-orang di sekitarnya seperti, keluarga, teman, dan semua orang. Karena itu, semua proses penemuan jati diri harus lahir dan hidup bersama orang lain. Para remaja mesti dilindungi dan diperhatikan dalam setiap perkembangan, karena mereka adalah generasi yang akan melanjutkan tongkat estafet bangsa.
Kasus kekerasan seksual terhadap remaja tentu sangat berdampak pada proses perkembangan dan pertumbuha remaja. Kekerasan seksual akan menjadi penghalang yang begitu traumatis dan sangat riskan terhadap mental remaja yang turut mempengaruhi karakternya.
Sebagai generasi yang menentukan masa depan bangsa, remaja mesti mendapat perhatian khusus agar terhindar dari pelbagai kasus kekerasan seperti ini. Fakta inilah yang akan menjawab pertanyaan betapa pentingnya memberikan perlindungan terhadap remaja. Karena itu, semua stakeholder mesti sigap menyikapi persoalan seperti ini agar tidak berkembangbiak yang kian berdampak pada generasi muda.
Dalam tulisan ini, penulis hendak menawarkan beberapa gagasan solutif untuk dapat mencegah dan mengatasi kasus kekerasan seksual terhadap remaja yang kian merajalela. Pertama, peran orang tua. Orang tua adalah orang paling dekat yang mesti bertanggungjawab terhadap perkembangan anak. Sikap yang ditunjukkan oleh orang tua seharusnya menjadi model bagi anak agar dapat berkembang menjadi pribadi yang baik dan berkualitas. Edukasi orang tua di rumah tentang kekerasan seksual menjadi begitu penting dan mendesak, sehingga anak dapat memahami persoalan seperti itu dan tidak merasa asing. Anak-anak mesti dibiasakan untuk mendapat pengajaran edukatif dari orang tua, baik itu dari tutur kata maupun tindakan orang tua.
Kedua, lingkungan masyarakat. Pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Kelompok teman sebaya, masyarakat, dan semua orang di sekitarnya semestinya memiliki tanggungjawab moral untuk saling membentuk dan mendidik. Selain edukasi bersama, lingkungan masyarakat harus mampu menyuarakan persoalan kekerasan seksual ke ranah hukum apabila itu terjadi terhadap remaja terlepas di mana, kapan, dan siapa pelaku kekerasannya. Di hadapan persoalan seperti itu, semua orang mesti bebas kepentingan kecuali dalam hal menjunjung hak asasi manusia setiap orang.
Ketiga, pemerintah. Pemerintah merupakan salah satu institusi penting yang punya andil besar dalam perkembangan masyarakat tak terkecuali adalah remaja. Pemerintah baik melalui institusi pendidikan, Komnas HAM, Komnas Perlindungan Anak, harus getol menyikapi persoalan kekerasan seksual terhadap anak. Peran guru di sekolah dan pemangku kepentingan dalam ranah keadilan mesti mengedukasi nilai-nilai karakter terhadap remaja dan merealisasikan keadilan dalam pelbagai keputusan yang diambil. Dengan begitu, remaja dapat memahami secara baik persoalan kekerasan seksual dan dapat menyikapi persoalan itu dengan bijak.
Yang paling utama adalah Remaja-remaja sekarang harus memahami konsep dari kekerasan seksual agar mereka bisa menjaga diri supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Perlu di ketahui bahwa setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari pemerintah itu sendiri.
Informasi mengenai pelecehan yang terjadi pada remaja, pemerintah harus memberikan informasi secepatnya kepada masyarakat terutama di lembaga-lembaga sekolah supaya kasus ini tidak terjadi lagi atau mengurangi peningkatan kasus tersebut karena tidak menutup kemungkinan akan ada beberapa orang yang akan melakukan hal tersebut.
Oleh karena itu pemerintah sepatutnya membuat banyak program untuk meningkatkan kualitas kinerja terhadap remaja. Dan di sini juga peran dari orang tua sangat dibutuhkan.
Oleh: Ermelinda Hayati (Siswi Kelas XII IPA SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo)