OPINI – METROPAGINEWS.COM || Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi belum diimbangi dengan kecakapan digital. Hal ini membawa pengaruh yang besar kepada masyarakat, dilihat dari masyarakat yang rentan menjadi korban hoaks dan kejahatan media sosial lainnya. Kerentanan ini sejalan dengan besarnya penggunaan internet di bumi pertiwi. Masyarakat semakin intens berinteraksi di ruang digital seperti media sosial, namun ruang itu pula yang menjadi lahan subur bagi penyebaran hoaks.
Beberapa tahun terakhir ini, bumi pertiwi banyak dimunculkan informasi dan berita palsu atau lebih dikenal dengan istilah “hoaks” oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab. Jumlah hoaks yang tersebar di berbagai platform di Indonesia cenderung meningkat.
Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan penanganan atas persebaran isu hoaks yang berkaitan dengan Pemilihan Umum Serentak 2024. Secara rinci, Kementerian Kominfo telah mengidentifikasi 1.325 konten di platform Facebook, 947 konten di platform X, 198 konten platform Instagram, 342 konten platform TikTok, 36 konten plattform Snack Video dan 34 konten platform Youtube.
Pada tahun 2023, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga telah menangani sebanyak 1.615 konten isu hoaks yang beredar di website dan platform digital. Isu hoaks paling banyak berkaitan dengan sektor kesehatan. Tim AIS Kementerian Kominfo menemukan sebanyak 2.357 isu hoaks dalam kategori kesehatan. Isu yang berkaitan dengan penyebaran Covid-19 masih mendominasi dalam kategori ini.
Selain itu ada banyak informasi yang menyesatkan berkaitan dengan obat-obatan dan produk kesehatan. Hal ini patut untuk diwaspadai karena berita hoaks berpotensi menyesatkan masyarakat. Penyebaran berita hoaks ini berlindung dalam kata “kebebasan berbicara” padahal lebih tepatnya kebebasan dalam memfitnah dan membenci. Penyebaran hoaks yang semakin masif, khususnya di dunia maya, memberikan dampak negatif yang signifikan bagi integrasi sosial. Hal ini sangat membahayakan mengingat berita hoaks dapat dengan mudahnya tersebar di dunia maya.
Literasi digital menjadi salah satu senjata ampuh dalam penyebaran berita hoaks di media sosial. Literasi digital perlu ditingkatkan ditengah semakin aktifnya masyarakat di dunia maya, serta sikap kritis dan skeptis juga harus dimiliki oleh setiap masyarakat guna menekan penyebaran berita hoaks.
Informasi-informasi yang dapat seharusnya tidak langsung ditelan mentah-mentah melainkan harus memastikan kebenaran isi berita tersebut. Setiap masyarakat tidak boleh mudah terpengaruh atau terprovokasi jika mendengar isu-isu yang kebenarannya masih harus ditelusuri lebih lanjut. Jika hal ini dapat dilakukan, maka rantai penyebaran berita hoaks akan terhenti oleh individu yang kritis. Jika tindakan pemutusan ini dilakukan oleh semua masyarakat, maka penyebaran berita hoax dapat ditekan penyebarannya. Apakah kita sudah meningkatkan literasi digital dengan baik serta bersikap kritis dan skeptis dalam menanggapi isu-isu yang ada di media sosial guna membentengi kita dari penyebaran hoaks?
Penulis : Yosefina Dewi Rambing Kelas : XII IPA SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo
PULANG PISAU-METRO PAGI MEWS.COM || Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pulang Pisau melalui Dinas Kesehatan (Dinkes), menggelar acara Orientasi Kompetensi Dasar...