CILACAP – METROPAGINEWS.COM || Tari Dolalak, seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Purworejo, Jawa Tengah, merupakan salah satu warisan budaya tak benda yang kaya nilai historis dan artistik. Tarian ini tidak hanya menggambarkan semangat masyarakat dalam mengekspresikan budaya, tetapi juga menjadi simbol identitas lokal yang telah melewati perjalanan sejarah panjang sejak masa penjajahan Belanda. Selasa (22/7/2025).
Asal Usul dan Sejarah Dolalak
Dolalak pertama kali muncul sebagai bentuk tiruan dari gaya berpesta dan berdansa para serdadu Belanda. Masyarakat pribumi kemudian mengadaptasi gerakan tersebut dan mengembangkan tarian bernuansa lokal. Nama “Dolalak” sendiri diambil dari notasi musik “do” dan “la” yang menjadi panduan ritme musik pengiring.
Ciri Khas Tari Dolalak
Tari Dolalak dikenal dengan gerakannya yang enerjik dan dinamis, dipadukan dengan pola baris-berbaris dan nuansa teatrikal. Kostum yang dikenakan penari umumnya menyerupai seragam tentara kolonial, lengkap dengan peci hitam dan kacamata gelap, memberikan kesan maskulin namun tetap sarat makna budaya. Musik pengiringnya kini telah berkembang dari rebana tradisional menjadi kombinasi instrumen modern seperti keyboard dan gendang. Lirik atau syair Dolalak pun kerap memuat pesan moral dan nilai-nilai Islami.
Upaya Pelestarian di Tengah Modernisasi
Berbagai pihak, mulai dari Pemerintah Daerah Purworejo, komunitas seni, hingga lembaga pendidikan terus mendorong pelestarian Dolalak melalui:
Penyelenggaraan festival dan pertunjukan budaya secara rutin
Pembentukan sanggar-sanggar seni untuk pelatihan generasi muda
Kolaborasi antar daerah untuk memperluas jangkauan seni ini
Menariknya, Tari Dolalak tidak hanya hidup di Purworejo, namun juga berkembang di daerah lain seperti Kabupaten Brebes, yang menampilkan gaya Dolalak dengan sentuhan lokal masing-masing.
Strategi Pelestarian Seni Dolalak
Untuk menjaga keberlangsungan tradisi ini, diperlukan langkah-langkah nyata seperti:
1. Dokumentasi: Merekam dan menulis sejarah serta pertunjukan Dolalak untuk arsip budaya.
2. Pendidikan: Memasukkan Dolalak dalam kurikulum seni atau melalui pelatihan di sekolah dan komunitas.
3. Pertunjukan Berkala: Menyelenggarakan event seni budaya agar masyarakat tetap mengenal dan mencintai Dolalak.
4. Inovasi dan Adaptasi: Memadukan unsur modern agar lebih menarik generasi muda.
5. Pengakuan Seniman Lokal: Memberi ruang dan penghargaan pada pelaku seni Dolalak.
6. Kolaborasi Lintas Seni: Mendorong kerjasama antara seniman Dolalak dengan komunitas seni lainnya.
7. Pemanfaatan Media Sosial: Mempromosikan Dolalak melalui platform digital agar menjangkau audiens yang lebih luas.
8. Penguatan Komunitas: Mengembangkan komunitas seni Dolalak untuk memperkuat jaringan dan konsistensi kegiatan seni.
Melalui langkah-langkah tersebut, Dolalak diharapkan tidak hanya bertahan, namun juga berkembang mengikuti dinamika zaman tanpa kehilangan jati dirinya sebagai warisan budaya bangsa.
“Dolalak bukan sekadar tarian, tapi cermin kearifan lokal yang patut dijaga dan dibanggakan,” tutur salah satu pelatih sanggar Dolalak di Purworejo.
Dengan semangat kolaboratif dan partisipatif, Tari Dolalak diyakini akan terus hidup dalam denyut kebudayaan masyarakat Indonesia.
(Reporter: Suratin – Metropaginews)
Komentar Klik di Sini