KLATEN – METROPAGINEWS.COM || Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten kembali menggelar Tradisi Metri Tirta, sebuah acara budaya tahunan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat atas melimpahnya sumber daya alam, khususnya mata air. Acara ini sekaligus menjadi penutup rangkaian pesta rakyat di bulan Suro, dan digelar pada Rabu, 27 Juli 2025, di kawasan Desa Ponggok yang dikenal sebagai “Desa Seribu Mata Air”.
Metri Tirta merupakan agenda rutin yang diselenggarakan oleh pemerintah desa bersama masyarakat setempat. Dalam tradisi ini, tujuh mata air yang dianggap mewakili sumber kehidupan desa dikumpulkan dan diarak menuju Balai Desa Ponggok, untuk kemudian didoakan bersama dalam sebuah prosesi sakral bertajuk “Kenduri Air”.
Kegiatan ini diawali dengan kirab budaya, yang menampilkan beragam kesenian tradisional seperti tari-tarian daerah, Reog, dan diakhiri dengan pertunjukan wayang kulit. Masyarakat tumpah ruah memadati jalur kirab sebagai bentuk partisipasi dan penghormatan terhadap warisan budaya leluhur.
“Tradisi Metri Tirta ini merupakan wujud rasa syukur warga Ponggok atas anugerah air yang melimpah. Melalui ritual pengambilan tujuh mata air dan kenduri air, kami berharap keberkahan terus mengalir bagi desa ini,” ujar Kepala Desa Ponggok, Junaedi Mulyono, saat diwawancara di sela kegiatan.
Prosesi dilakukan dengan penuh khidmat dan dipimpin langsung oleh kepala desa, bersama tokoh adat dan tokoh agama setempat. Tidak hanya diisi dengan nuansa budaya, masyarakat juga bergotong-royong menyajikan hidangan dalam bentuk sedekah makan, bancakan, dan saweran, sebagai simbol kebersamaan dan solidaritas warga.
Hadir dalam acara tersebut antara lain Bupati dan Wakil Bupati Klaten, anggota DPRD dari Dapil 3, perwakilan PT Tirta Investama, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dispermades), serta jajaran pejabat daerah lainnya.
Kepala Dispermades Kabupaten Klaten, Wahyuni Sri Rahayu, memberikan apresiasi tinggi terhadap inovasi budaya yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa Ponggok.
“Tradisi ini adalah bentuk inovasi luar biasa yang mampu mengangkat potensi desa. Bahkan gaungnya sampai terdengar hingga wisatawan asing. Ini bukti bahwa potensi lokal bisa mendunia jika dikelola dengan baik,” ungkap Wahyuni.
Ia juga menambahkan bahwa apa yang dilakukan oleh Desa Ponggok bisa menjadi contoh bagi desa lain, terutama desa yang selama ini dianggap minim sumber daya alam.
“Kuncinya adalah kreativitas kepala desa dan kemampuan mengidentifikasi potensi yang ada. Dengan menggandeng BUMDes, tokoh masyarakat, dan institusi pendidikan, desa dapat mengembangkan sektor unggulan, termasuk dalam bidang ketahanan pangan dan pariwisata,” pungkasnya.
Desa Ponggok sendiri memang dikenal sebagai desa wisata berbasis air, yang sukses memanfaatkan potensi mata air untuk mendorong ekonomi lokal, sekaligus menjaga kearifan budaya melalui tradisi-tradisi seperti Metri Tirta.
Reporter: Desi
Komentar Klik di Sini