BerandaEkonomiSambang Desa Merajut Kebudayaan dan Kolaborasi Pentahelix Di Joglo Latar Tjokro

Sambang Desa Merajut Kebudayaan dan Kolaborasi Pentahelix Di Joglo Latar Tjokro

KLATEN -METROPAPAGINEWS.COM || Joglo Latar Tjokro berubah menjadi pusat keceriaan dan kebersamaan ketika Pemdes Tjokro bersama Amigo Group menggelar “Sambang Desa” dengan dukungan sinergitas Pentahelix. Berada di tepian sungai dan mata air Tjokro, lokasi ini dipilih bukan kebetulan, alam yang asri dipadu kearifan lokal menjadi saksi bergulirnya rangkaian kegiatan budaya, edukasi, dan ekonomi kreatif. Antusiasme warga serta wisatawan lokal membuktikan keinginan kuat masyarakat akan ruang interaksi yang bermakna, jauh dari sekadar hiburan berskala komersial (13/07/2025).

 

Sejak pukul 06.30 WIB, udara pagi di Joglo Latar Tjokro kian hangat oleh gemuruh riang peserta Senam Sehat Umum. Mahasiswa KKN PPM 12 Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan ibu-ibu PKK berbaur dalam gerakan vokal zumba dan senyum kebersamaan. Di sela musik pengiring, terlihat keakraban antar generasi, anak muda memandu gerakan, sementara para ibu menirukan dengan semangat. Momen ini bukan sekadar olahraga, melainkan simbol inklusivitas, ketika kebugaran jasmani dipadukan dengan solidaritas sosial.

 

PSX 20250713 103623

Usai senam, rangkaian dilanjutkan doa bersama dan ritual pelepasan ikan di Sungai Pusur selanjutnya disambung dengan atraksi bancaan tradisional buat para pengunjung dan partisipan kegiatan. Para sesepuh desa menuntun doa di panggung terbuka, memohon keselamatan, rezeki, dan kelanggengan harmonisasi antarwarga. Kemudian mereka turun ke pinggir Sungai Pusur untuk ritual doa lanjutan, menegaskan keterikatan masyarakat pada alam dan leluhur. Tradisi bancaan nasi sederhana khas Jawa yang disajikan setelahnya menegaskan nilai syukur: tiap suapan menghadirkan rasa terima kasih atas nikmat air, tanah, dan kebersamaan.

 

 

Memasuki pukul 08.30, panitia membuka meja pendaftaran lomba mewarnai dan live cooking class secara on-the-spot. Antrean pelajar, ibu-ibu PKK, dan pengunjung memanjang di depan stan registrasi, sesekali tawa mewarnai interaksi saat mereka bertanya kuis warna atau bahan masakan. Lomba mewarnai dibagi dua kategori yakni kelas TK/PAUD di joglo bawah dan SD di lantai dua. Sementara itu, sesi pertama live cooking class yang dipandu Cook Art & Cold Kitchen Marcus Setiawan menghadirkan antusiasme ibu-ibu dan mahasiswa KKN. Mereka belajar menyiapkan masakan tradisional dengan teknik modern, seraya bergotong royong menyiapkan peralatan.

 

PSX 20250713 104825

Pada saat bersamaan, panggung utama menyiapkan gelombang suara berbeda. Komunitas disabilitas tampil dengan iringan keyboard dan kendang ketipung, memukau penonton lewat repertoar lagu-lagu Jawa yang dikemas inovatif. Musik ini menjadi jawaban atas stigma keterbatasan, setiap ketukan palu gagang cymbal dan hentakan kaki menegaskan bahwa keterampilan seni musik harus diakses semua kalangan. Penonton larut bertepuk, memberi penghargaan setulus hati bagi para musisi istimewa ini.

Di pelataran outdoor, bazar mulai mencuri perhatian. Barisan stand kuliner memamerkan varian jajanan tradisional, sate kere, Ceumal Ceumil, Tahu Sari, Gendar Pecel, berpadu dengan sajian modern seperti Dimsum dan lainnya. Tak jauh, UMKM lokal memajang kerajinan tangan dari anyaman bambu, plastik dan ecoprint, sementara bazar sembako dan fashion menawarkan kebutuhan harian dan busana kasual. Aroma rempah bercampur harmonis menciptakan harmoni sensori, pengunjung tak berhenti menawar, membawa pulang hasil belanja sekaligus cerita.

 

PSX 20250713 103709 2

Menjelang pukul 10.30, suasana mencapai puncak semarak dengan fashion show. Talent lokal, pengrajin busana dan model desa, berlenggak-lenggok di atas catwalk sederhana yang dikelilingi pepohonan rindang. Koleksi mereka menggabungkan motif batik Tjokro yang halus dan potongan modern minimalis, memberikan keindahan warisan budaya dalam balutan inovasi kontemporer. Musik dari komunitas disabilitas mengalun sebagai latar, memberikan nuansa magis dan menggetarkan, seolah mempersatukan ruang seni, kerajinan, dan kolaborasi.

Lebih dari sekadar rangkaian acara, Sambang Desa menyuguhkan pelajaran penting tentang potensi pembangunan berbasis desa. Kolaborasi Pentahelix, pemerintah desa, akademisi, komunitas, pelaku usaha, dan media, menjadi motor penggerak keberhasilan. Pendekatan ini menegaskan bahwa ketika setiap elemen bekerja selaras, keterbatasan dana dan infrastruktur dapat teratasi oleh semangat gotong royong dan kreativitas. Desa Cokro pun tak lagi menjadi titik pinggir pariwisata, melainkan destinasi yang dilirik karena keunikan potensi budayanya.

Heru Budi Santosa, salah satu inisiator acara, menekankan bahwa tujuan utama bukan kemewahan, melainkan memunculkan kesan mendalam agar pengunjung rindu kembali. “Kami ingin menampilkan potensi terpendam Desa Cokro. Bukan soal gemerlap panggung, melainkan kejujuran interaksi dan kearifan lokal,” ujarnya. Pernyataan ini menegaskan filosofi Sambang Desa, kesediaan hati dan kolaborasi utuh lebih ampuh memikat hati publik daripada megahnya fasilitas.

Ketika langit sore mulai meredup, Joglo Latar Tjokro masih bergemuruh penuh canda tawa. Anak-anak yang semula antusias mewarnai kini sibuk bertukar kertas hasil karya, sementara ibu-ibu menyantap masakan hasil live cooking class dengan bangga. Disisi lain ada terapi Api bagi yang merasa kecapekan, hal tersebut menjadi atraksi sekaligus kolaborasi apik dunia kesehatan alternatif dengan budaya tersendiri.

Acara penutup yakni pameran di galeri Metaverse Studio 7 Art Space memberikan pengalaman digital tersendiri bagi para partisipan dan pengunjung kegiatan. Selepas kegiatan Pedagang UMKM merapikan sisa dagangan, berniat menjajal pasar digital pasca acara. Musisi disabilitas menutup pentas dengan medley merdu, seolah menabuh genderang penanda hari yang luar biasa.

Ratusan pengunjung yang hadir membuktikan satu hal, desa memiliki magnet budaya jika dikelola dengan memadukan tradisi, kreativitas, dan kolaborasi. Sambang Desa Joglo Latar Tjokro bukan sekadar event sehari, melainkan bekal strategis bagi pengembangan pariwisata dan pemberdayaan masyarakat desa. Pagi itu, Desa Tjokro tak hanya disambangi, ia mengunjungi setiap hati pengunjungnya, menanam kerinduan untuk kembali merayakan harmonisasi budaya yang sejati.

( Pitut Saputra )

Komentar Klik di Sini