METROPAGINEWS.COM || Fenomena orang lebih sibuk menatap layar gadget dibanding berinteraksi dengan orang di sekitarnya semakin sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Di rumah, di sekolah, bahkan di ruang publik, banyak yang larut dalam dunia digital hingga lupa menjaga komunikasi langsung dengan keluarga maupun lingkungan.
Dalam istilah populer, kondisi ini sering disebut phubbing—perilaku mengabaikan lawan bicara karena terlalu fokus pada layar ponsel. Meski terlihat sepele, dampaknya bisa serius, mulai dari renggangnya hubungan sosial, menurunnya empati, hingga berkurangnya kebersamaan dalam keluarga.
Psikolog menyebut, ketergantungan pada layar gadget memicu screen addiction atau kecanduan layar. Ciri-cirinya antara lain sulit lepas dari ponsel, terus-menerus mengecek notifikasi, hingga merasa cemas ketika tidak memegang gadget.
Padahal, hidup tidak hanya sebatas notifikasi. Ada interaksi nyata yang menunggu: orang tua yang ingin didengar, anak yang butuh ditemani, pasangan yang ingin diperhatikan, atau teman yang menanti obrolan sederhana.
Mengendalikan penggunaan gadget bukan berarti harus menjauhi teknologi, tetapi menyeimbangkan antara dunia digital dan dunia nyata. Caranya sederhana: batasi waktu layar, biasakan momen tanpa gadget ketika makan bersama, dan luangkan waktu untuk beraktivitas langsung dengan orang-orang sekitar.
Mari kita jadikan gadget sebagai alat bantu produktivitas, bukan penjara perhatian. Karena sejatinya, kehangatan manusia tidak bisa tergantikan oleh cahaya layar.
// Opini Redaksi
Komentar Klik di Sini