KLATEN – METROPAGINEWS.COM || Di tepi Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, berdiri sebuah kampung yang namanya tak hanya dikenal di Klaten, tapi juga sampai ke mancanegara. Kampung Wayang Sidowarno menjadi magnet wisata dan pusat pelestarian budaya berkat kerja keras warga, dukungan Astra, serta peran aktif Pokdarwis Bengawan Solo Berseri (26/08/2025).
Sejak 1950-an, kerajinan wayang kulit Sidowarno tumbuh dari semangat almarhum Mbah Kasimo, hingga kemudian diwarisi para pengrajin lain. Awalnya, setiap pengrajin bekerja sendiri-sendiri: menatah, melukis, lalu menjual secara individual. Minimnya koordinasi membuat jumlah pengrajin kian menyusut. Titik balik baru terjadi pada 2009 saat Lurah Rujito membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Dari puluhan kelompok, hanya KUBE Bima yang bertahan dan menjadi tonggak kebangkitan.
Empat Pilar Penguat Desa
Suraji, Ketua KUBE Bima sekaligus Pokdarwis Bengawan Solo Berseri, mengaku sempat meragukan program CSR Astra. Namun, pendampingan yang konsisten membuka pandangan barunya.
“Kami mulai memahami pentingnya penguatan empat pilar: kesehatan, pendidikan, wirausaha, dan lingkungan,” tegas Suraji.
Kesehatan: Posyandu yang sempat mati suri kini kembali hidup, menjadi tempat kontrol gizi sekaligus mencegah risiko penyakit kulit akibat proses pewarnaan wayang.
Pendidikan: Anak-anak desa belajar membuat wayang mini dan tari topeng, tampil percaya diri di panggung sekolah.
Wirausaha: Para pengrajin kini lebih terorganisir. Astra membantu pemasaran dan pembukuan, sehingga produk Sidowarno tembus pasar nasional hingga virtual expo.
Lingkungan: Limbah kulit diolah jadi gantungan kunci, kaligrafi, hingga cenderamata lain bernilai jual.
BACA JUGA : Kasus Perampokan di Kedungreja Disidangkan, Tak Ada Saksi yang Meringankan
Dari Kampung Kerajinan Menjadi Desa Wisata
Pokdarwis mengemas Sidowarno sebagai destinasi budaya lengkap. Wisatawan tak hanya menyaksikan pembuatan wayang, tetapi juga mencicipi jamu tradisional dan belajar kaligrafi kulit. Homestay warga pun disiapkan agar tamu bisa merasakan pengalaman tinggal langsung di desa.
Kerja keras itu berbuah penghargaan bergengsi: Juara 1 Kompetisi Kampung Berseri Astra Superior, Juara 2 “Kampungku Kebanggaanku”, hingga Anugerah Desa Wisata 2022 dari Kemenparekraf.
Suara dari Lapangan
Ipunk, pemandu wisata dari komunitas Ngantilalicaraneturu Tour Guide, melihat perubahan desa ini secara langsung.
“Sidowarno bukan sekadar kampung kerajinan, tapi destinasi wisata berbudaya. Wisatawan bisa belajar langsung dari pengrajin, bahkan ikut menatah kulit,” jelasnya.
Meski pandemi Covid-19 sempat menghantam, warga tetap bertahan dengan membuat souvenir kecil dan memasarkan secara daring. Semangat kolektif itulah yang membuat Sidowarno tetap hidup.
Warisan yang Terus Menyala
Sinergi Astra, Pokdarwis, dan masyarakat menjadikan Sidowarno bukti nyata bahwa tradisi bisa menjadi sumber kesejahteraan. Suraji menegaskan, keberhasilan ini lahir dari gotong royong tulus dan pendampingan berkelanjutan.
Kini, Sidowarno tak hanya dikenal sebagai desa pengrajin wayang, tapi juga sebagai ikon budaya Indonesia yang mendunia.
Reporter: Pitut Saputra
Komentar Klik di Sini