Opini – metropaginews.com || Sudah lebih dari satu dekade sejak munculnya Internet pada akhir 1990. Revolusi Internet telah mengubah cara komunikasi, perolehan informasi, dan cara melakukan dunia bisnis.
Tren terbaru adalah setiap bisnis dipaksa untuk memberikan kehadiran yang dinamis di setiap platform E-media (Forbes, 2019).
Perusahaan Starbucks adalah suatu perusahaan kopi multinasional dan merupakan chain coffeehouse yang bermarkas di Unites States.
Starbucks adalah perusahaan Coffeehouse yang paling besar di dunia. Dengan 15,011 toko di 44 negara. Starbucks menjual kopi tetes yang dimasak atau diolah seperti beer, minuman panas yang berbasis espresso, minuman panas dan dingin yang lain, snacks dan item seperti coffee mug dan biji kopi.
Starbucks selain tempat Entertainment division dan Hear Music Brand, perusahaan juga menjual buku, musick dan film.
Starbucks Indonesia atau Starbucks Coffee Indonesia merupakan salah satu waralaba/franchise populer di Indonesia yang dikelola oleh PT Sari Coffee Indonesia dibawah PT Map Boga Adiperkasa (MAPB). Terdapat beberapa aspek yang dapat diidentifikasi sebagai komponen Mix Marketing Starbucks Indonesia diantaranya yakni produk, harga, lokasi dan distribusi, serta promosi.
Dalam menjalankan platform E-media, para pelaku bisnis biasa menggunakan istilah media sosial. Ada lebih banyak kemungkinan eksposur bisnis yang diciptakan melalui interaksi media sosial. Salah satu contohnya adalah interaksi pelanggan secara langsung dengan melakukan interaksi melalui media sosial (Haylbak, 2019).
Keterlibatan promosi di media sosial menjadikan Starbuck salah satu Bussines Coffeshop no 1 di dunia, Apakah setelah itu strategi bisnisnya akan dirubah bukan hanya sekedar Coffeeshop melainkan Unregulated Bank ?
Menurut Wall Street Journals, kalau saja Starbucks pindah haluan dan menjadi bank, maka Starbucks bisa menjadi bank ke 385 terbesar di Amerika.
Bahkan salah satu CEO perusahaan finansial terbesar di Korea menyebutkan kalau Starbucks itu bukan coffee shop melainkan unregulated bank.
Faktanya 41% dari seluruh orang di dunia melakukan hal yang sama, yaitu membayar dengan menggunakan starbucks card. Dan total uang yang ada di dalam applikasi starbucks dari semua pengguna diseluruh dunia, mencapai 1,5 miliar dolar atau setara dengan 23 triliun rupiah.
Untuk perbandingannya hanya 85% bank di amerika serikat hanya mempunyai asset kurang dari 1 miliar dolar.
So, secara tidak sadar kita sudah memberikan pinjaman kepada starbucks sebesar 1,5 miliar dollar dengan bunga sebesar 0 %/. Dan uang gratis ini bisa dimanfaatkan oleh starbucks untuk investasi membuka cabang baru dan memperluas bisnisnya di berbagai negara.
Dan fakta lainnya, 10 % dari saldo kartu starbucks tidak akan pernah bisa untuk dipakai atau digunakan. Saldo starbucks juga tidak bisa ditarik dengan uang tunai, dan hanya bisa ditukarkan dengan secangkir kopi.
Tak lama, memercikkan uang tunai di Starbucks rumah terdekat anda mungkin menjadi sesuatu dari masa lalu. 41 persen pelanggan rantai kopi di AS dan Kanada sekarang membayar minuman dan makanan ringan mereka setelah memasukkan uang ke kartu Starbuck mereka.
Dengan 12 juta anggota loyalitas di AS saja, rantai kopi menawarkan lebih banyak uang pelanggan di kartunya daripada yang dimiliki banyak bank di deposito.
Mengutip data Wall Street Journal (2020) yang ditampilkan di Market Watch, pelanggan Starbuck di AS telah memuat setidaknya $1,2 miliar ke dalam kartu dan aplikasi perusahaan. Itu lebih tinggi dari simpanan yang dipegang oleh Customers Bank ($780m) dan Green Dot Corporation ($560m). Starbucks masih memiliki jalan panjang untuk mengejar Paypal yang menawarkan $13 miliar pada akun pelanggannya di seluruh dunia.
Nah dengan pendapatan sebesar itu apakah menurut kalian starbucks move saja menjadi Bank ?
atau kalian akan mengikuti “ Bussines Strategi nya Starbucks ’’ ?
Penulis : Muhammad Yusuf, S,sos ., M.MÂ Â Â
(Dosen STIA Bagasasi Bandung)Â


Komentar Klik di Sini