OPINI – METROPAGINEWS.COM || Plastik memiliki berbagai manfaat bagi warga negara Indonesia, seperti digunakan untuk menaruh barang-barang belanjaan, kemasan makanan, bahan dasar untuk membuat piring dan sendok plastik, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan masyarakat menjadi terbiasa untuk menggunakan plastik dalam situasi atau keadaan tertentu, sehingga penggunaannya semakin meningkat.
Namun, di samping itu, plastik memiliki dampak buruk bagi kehidupan manusia, terutama bagi kesehatan. Dilansir dari KOMPAS.com mengenai bahan dasar kantong kresek, yang dikutip dari buku Sahabat Sampah, Alam Bersahabat, Hidup Menjadi Nyaman (2019) oleh Nenny Makmun, polivinil klorida (PVC) merupakan bahan dasar kantong kresek, ditambahkan penstabil senyawa timbal, timah putih, kadmium, residu dan bahan-bahan lainnya, adalah bahan-bahan berbahaya untuk kesehatan. Bahan- bahan tersebut dapat mengakibatkan kanker hati dan paru-paru, meracuni ginjal dan syaraf, gangguan system endokrin dan penyakit lainnya.
Hal ini karena bahan kimia dalam kantong kresek mudah terurai ketika terkena makanan yang panas, makanan yang mengandung asam cuka, atau vitamin C dan makanan yang berminyak atau berlemak.
Melalui fakta di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa plastik sangat merugikan kehidupan masyarakat. Tetapi, realita yang terjadi adalah masih banyak warga negara yang membutuhkan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, di lingkungan tempat tinggal saya, yaitu daerah Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, masih banyak masyarakat yang menggunakan plastik untuk membawa belanjaan, menggunakan plastik untuk membukus bakso atau cilok, menggunakan wadah berbahan plastik untuk menyimpan makanan dan lain sebagainya.
Selain merugikan kesehatan, plastik juga dapat mencemari lingkungan, seperti kasus pencemaran limbah plastik di Laut Pangandaran yang dikuak oleh detiknews pada halaman beritanya tahun 2020. Namun, di samping itu menurut data Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) 2019, terdapat 3,7 juta orang di 25 provinsi di Indonesia yang bergantung pada sampah plastik untuk mencari nafkah. Hal ini berarti, 3,7 juta orang tersebut dapat dikatakan sebagai pemulung. Mereka sangat mengharapkan plastik sebagai sumber mencari nafkah.
Plastik dapat membahayakan kehidupan manusia, namun di sisi lain plastik juga merupakan sumber nafkah bagi sejumlah masyarakat Indonesia.
Bagi saya, pemerintah khususnya dinas kesehatan dan masyarakat Indonesia harus memiliki kebijakan masing-masing. Dinas kesehatan mestinya melakukan sosialisasi terkait dampak penggunaan plastik baik bagi kesehatan maupun lingkungan, terutama bagi masyarakat kecil di daerah-daerah terpencil, karena mereka pasti memiliki keterbatasan mengenai perkembangan teknologi dan informasi, sehingga informasi-informasi penting seperti dampak penggunaan plastik ini tidak mereka ketahui.
Masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran dalam diri untuk meminimalisir penggunaan plastik, seperti bagi penjual makanan untuk tidak menaruh makanan panas pada wadah plastik atau menggunakan wadah lain untuk menaruh makanan tersebut, bagi pemilik toko untuk menghimbau pembeli agar membawa keranjang untuk menaruh barang belanjaan yang bertujuan mengurangi penggunaan kantong kresek , bagi masyarakat terutama remaja untuk tidak membuang sampah plastik sembarangan atau mendaur ulang sampah tersebut agar tidak mencemari lingkungan.
Lalu, bagaimana dengan nasib para pemulung? Menurut saya, untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintah dan masyarakat yang bukan pemulung melalukan kerja sama dengan para pemulung. Masyarakat dan pemulung membuat sebuah tempat sampah khusus sampah plastik yang bisa di daur ulang oleh para pemulung, sehingga pemulung bisa mengambil sampah tersebut. Selain itu, sampah yang tidak bisa di daur ulang, dikurangi penggunaannya.
Plastik sebenarnya dapat dinikmati keuntungannya apa bila, penggunanya dapat meminimalisir atau mencegah dampak buruk penggunaan plastik itu sendiri. Plastik dapat di daur ulang menjadi sebuah kerajinan-kerajinan yang indah.Mendaur ulang plastik, juga dapat melatih kreativitas setiap orang. Membuang sampah plastik pada tempatnya pula dapat menyelamatkan lingkungan dan menolong pendapatan ekonomi bagi mereka yang berprofesi sebagai pemulung.
Oleh: Kresensia Sandung SMAK Seminari, Labuan Bajo
DARWIN — METROPAGNEWS.COM || Universitas Nusa Cendana (Undana) semakin memperkuat posisinya di kancah pendidikan internasional melalui kunjungan kerja ke...