SO’E – METROPAGINEWS.COM || Perempuan Desa Oebobo, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), kini berdiri di garis terdepan dalam gerakan pertanian berkelanjutan. Dengan semangat gotong royong, para ibu rumah tangga desa ini berhasil mengubah limbah sayur menjadi pupuk cair organik (PCO), sebuah inovasi ramah lingkungan yang lahir dari program pengabdian masyarakat Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana (Undana) berkolaborasi dengan Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Program yang selenggarakan pada 25/09/2025 ini dipimpin oleh drh. Nemay Anggadewi Ndaong, M.Sc sebagai ketua tim, bersama sejumlah akademisi Undana yakni Prof. Dr. drh. Anitha Ina Rohi Detha, M.Si, drh. Nancy Diana Frederika Katarina Foeh, M.Si, dan Prof. Ir. Frans Umbu Data, M.App.Sc., Ph.D. Kolaborasi ini turut diperkuat oleh Prof. Dr. Redempta Wea, S.Pt., M.Si dari Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Dalam pelatihan yang digelar di Desa Oebobo, para perempuan desa diperkenalkan dengan metode fermentasi sederhana menggunakan tong plastik, gula merah, dan aktivator mikroba EM4. Proses yang berlangsung hanya 2–3 minggu itu mampu mengubah limbah sayur yang selama ini terbuang sia-sia menjadi pupuk cair kaya nutrisi bagi tanaman.
Antusiasme warga terlihat jelas. Banyak dari mereka merasa bangga ketika untuk pertama kalinya mampu memproduksi PCO berbahan limbah sayur lokal. Dari keberhasilan tersebut, muncul kelompok-kelompok kecil produksi PCO berbasis rumah tangga, sebagai bentuk komitmen masyarakat dalam melanjutkan program ini secara mandiri.
BACA JUGA : Kasus Perampokan di Kedungreja Disidangkan, Tak Ada Saksi yang Meringankan
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Inovasi ini membawa sejumlah manfaat nyata. Pertama, biaya pertanian dapat ditekan karena ketergantungan pada pupuk kimia berkurang. Kedua, lingkungan desa menjadi lebih bersih berkat pemanfaatan limbah organik. Ketiga, kesehatan keluarga lebih terjaga karena hasil pertanian bebas dari residu kimia berbahaya.
Lebih dari itu, lahir pula peluang pemberdayaan ekonomi perempuan. PCO yang dihasilkan berpotensi dipasarkan sebagai produk unggulan lokal Desa Oebobo. Produk ini bukan hanya bernilai jual, tetapi juga menjadi simbol nyata peran penting perempuan desa dalam menjaga ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.
Program pengabdian masyarakat ini sekaligus menegaskan bahwa perempuan tidak hanya berperan di dapur, tetapi juga menjadi agen perubahan di sektor pertanian dan peternakan. Dengan kemampuan baru yang mereka miliki, para ibu rumah tangga Desa Oebobo bertransformasi menjadi pelopor inovasi yang memberi dampak luas bagi desa.
“Melalui pelatihan ini, kami ingin mendorong kemandirian masyarakat desa, terutama perempuan, agar mampu mengelola sumber daya lokal secara berkelanjutan. Hasil yang kami lihat hari ini adalah bukti bahwa perempuan Desa Oebobo memiliki potensi luar biasa,” ungkap drh. Nemay Anggadewi Ndaong, M.Sc, Ketua Tim Pengabdian.
Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bagaimana ilmu pengetahuan, jika diterapkan dengan tepat, mampu mengubah wajah desa sekaligus memperkuat peran perempuan dalam menjaga pangan, lingkungan, dan masa depan generasi berikutnya.*
(Alberto L)
Komentar Klik di Sini