ROTE NDAO – METROPAGINEWS.COM || Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang diselenggarakan oleh Program Studi Magister Pendidikan Agama Kristen (PAK) Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang menjadi momen penting bagi dunia pendidikan Kristen di Kabupaten Rote Ndao.
Mengusung tema “Elaborasi Kompetensi Profesional Guru Kristen sebagai Penguatan Karakter Anti Kekerasan di Sekolah” dan subtema “Pendidikan Karakter Anti-Bullying”, kegiatan ini menghadirkan Regina A. V. Kedoh, S.STP, M.Si — Kepala Dinas BP3AP2KB Kabupaten Rote Ndao — sebagai narasumber utama.
Dalam pemaparannya, Regina Kedoh menegaskan bahwa guru Kristen profesional bukan hanya dituntut cakap dalam mengajar, tetapi juga harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kependidikan (tendik), siswa, serta orang tua dalam memperkuat karakter anti kekerasan di sekolah.
Menurutnya, guru memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk memastikan bahwa sekolah menjadi ruang aman bagi setiap anak untuk tumbuh dan belajar tanpa rasa takut, intimidasi, maupun diskriminasi.
“Bullying bukan sekadar perilaku negatif antar siswa, melainkan cerminan krisis karakter dan empati. Guru Kristen yang profesional harus menjadi teladan kasih dan pelindung bagi setiap anak,” tegas Regina.
Ia menjelaskan bahwa pencegahan perundungan tidak bisa dilakukan secara parsial, tetapi harus menjadi bagian dari ekosistem pendidikan yang melibatkan semua pihak.
Dalam terang iman Kristen, setiap anak adalah ciptaan Allah yang berharga dan layak diperlakukan dengan kasih dan penghargaan.
Karena itu, guru Kristen dituntut membangun budaya kasih, kepedulian, dan penghormatan terhadap martabat manusia sebagai wujud nyata iman yang hidup.
Lebih jauh, Regina Kedoh menguraikan bahwa pendidikan karakter anti-bullying harus diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran di kelas.
Nilai-nilai kasih, keadilan, dan pengampunan dapat diajarkan melalui pendekatan tematik, kegiatan reflektif, hingga praktik sosial.
Ia juga mencontohkan metode pembelajaran kreatif seperti diskusi kelompok, drama, permainan edukatif, atau kegiatan pelayanan sosial yang dapat menumbuhkan empati siswa dan kesadaran moral untuk menolak kekerasan dalam bentuk apa pun.
Selain menyoroti peran guru, Regina juga menekankan pentingnya peran tenaga kependidikan dalam membangun sistem sekolah yang responsif terhadap kasus bullying.
Tendik, menurutnya, perlu bekerja sama dengan guru dalam menciptakan iklim sekolah yang terbuka terhadap pelaporan kasus kekerasan, serta menjunjung tinggi prinsip keadilan restoratif.
Dengan dukungan kebijakan yang berpihak pada anak dan sinergi bersama lembaga seperti BP3AP2KB, sekolah dapat menjadi tempat yang aman, bahagia, dan bermartabat bagi setiap siswa.
Kegiatan PKM ini juga memberi ruang bagi para siswa untuk memahami peran mereka sebagai agent of change dalam melawan perundungan.
Siswa diajak untuk berani bersuara ketika melihat ketidakadilan, membela teman yang menjadi korban, serta menolak segala bentuk tindakan yang menyakiti orang lain.
Melalui nilai-nilai iman Kristen seperti kasih, kerendahan hati, dan pengampunan, mereka diharapkan membangun relasi sosial yang harmonis di lingkungan sekolah.
Dengan penyampaian yang penuh empati dan keteladanan, Regina Kedoh berhasil meneguhkan kembali pentingnya peran guru Kristen dalam menciptakan budaya sekolah yang berakar pada kasih Kristus.
Ia mengajak seluruh warga sekolah di Desa Tenalai untuk menjadi pelopor sekolah ramah anak dan bebas dari kekerasan, dengan semangat kasih, persaudaraan, dan solidaritas sejati.
Kegiatan PKM ini diselenggarakan oleh Tim PKM Program Studi Magister Pendidikan Agama Kristen IAKN Kupang yang terdiri atas Regina A. V. Kedoh, S.STP, M.Si., Dr. Jonathan Leobisa, M.Pd.K., Dr. Yakobus Adi Saingo, M.Pd., Yakob Pai Tiba, dan Korne A. Haba Ito.
Turut hadir pula narasumber pendamping, yakni Rektor IAKN Kupang, Dr. I Made Suardana, M.Th, serta Merling T. L. L. C. Messakh, M.Pd., yang bersama-sama mendorong pentingnya kolaborasi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan masyarakat dalam membangun generasi Kristen yang berkarakter, berempati, dan bebas dari kekerasan.*
Reporter: Alberto L


Komentar Klik di Sini