JAKARTA — METROPAGINEWS.COM || Isu lingkungan hidup kini menjadi sorotan nasional, seiring dengan meningkatnya ancaman perubahan iklim, kerusakan ekosistem, dan pencemaran yang kian kompleks. Dalam upaya memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar Forum Rektor Kolaborasi KLHK dengan Perguruan Tinggi pada Senin, 28 Juli 2025, di Hotel Shangri-La Jakarta.
Acara ini dihadiri oleh para Rektor dari seluruh Indonesia dan menghadirkan sejumlah tokoh nasional, seperti Menteri LHK, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, Wakil Menteri LHK, Diaz Hendropriyono, serta Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Prof. Dr. Fauzan, M.Pd.
Salah satu tokoh yang mencuri perhatian dalam forum ini adalah Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana), Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc, yang secara gamblang memaparkan tantangan lingkungan di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) serta peran aktif Undana dalam menjawab tantangan tersebut.
“Wilayah kami di NTT, khususnya Kota Kupang, memiliki profil ekologi yang khas, yaitu ekosistem lahan kering kepulauan. Musim kering bisa berlangsung hingga sembilan bulan, dan hanya tiga bulan musim hujan. Ini menjadikan persoalan air sebagai isu yang sangat krusial,” ujar Prof. Maxs.
Lebih lanjut, Prof. Maxs menyoroti praktik pertanian yang masih didominasi oleh pembukaan lahan hutan, serta degradasi lingkungan akibat tekanan terhadap savana yang luas. Namun, ia menegaskan bahwa solusi atas persoalan lingkungan tidak cukup diselesaikan melalui pendekatan sektoral.
“Alam tidak pernah melukai dirinya sendiri. Justru manusialah yang mencederai dan melukai alam. Maka fokus utama kita harus pada manusia itu sendiri yang perlu kita didik, ubah cara pandangnya, dan bentuk menjadi agen perubahan,” tegasnya.
Beliau mengatakan bahwa dengan jumlah mahasiswa yang mencapai sekitar 32.000 orang, Undana memandang sumber daya manusia ini sebagai kekuatan besar yang harus diarahkan menjadi agen perubahan. Kampus memiliki tanggung jawab untuk melahirkan lulusan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
Dalam semangat ini, Undana terus membangun kesadaran lingkungan melalui berbagai kegiatan. Mahasiswa Undana aktif dalam program penanaman pohon sebagai bentuk kontribusi terhadap pelestarian lingkungan. Selain itu, universitas juga memiliki program studi magister dan doktor di bidang lingkungan yang menjadi pusat pengembangan ilmu serta solusi berbasis riset.
Dalam forum tersebut, Prof. Maxs juga mengungkapkan bahwa Undana telah memiliki Pusat Studi Lingkungan Hidup yang menjadi ruang strategis dalam mendukung riset dan advokasi kebijakan lingkungan. Di sisi lain, Undana juga mendirikan bank sampah sebagai wujud pengelolaan sampah secara berkelanjutan. Yang menarik, bank sampah ini dikelola oleh ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan (DWP) Undana, yang disebut sebagai pejuang-pejuang sampah plastik karena peran aktif mereka dalam mengurangi limbah plastik di lingkungan kampus.
Melalui forum ini, Kementerian LHK berupaya memperkuat dialog dan koordinasi dengan perguruan tinggi untuk menghadirkan solusi lingkungan yang berbasis ilmu pengetahuan serta didukung oleh pemangku kepentingan secara luas. Forum ini menjadi bukti nyata bahwa perlindungan lingkungan adalah tanggung jawab bersama dan harus dimulai dari kesadaran kolektif, termasuk dari kalangan kampus.
Menutup paparannya, Prof. Maxs menegaskan bahwa kampus bukan hanya tempat belajar dan mengajar, melainkan juga pusat perubahan sosial. Dalam semangat “Kemendiktisaintek Berdampak”, Undana berkomitmen untuk terus hadir dan berkontribusi dalam menjaga lingkungan hidup yang berkelanjutan bagi generasi masa depan.


Komentar Klik di Sini