OPINI – METROPAGINEWS.COM || Kehadiran teknologi bertujuan untuk membantu manusia dalam menemukan dan menyelesaikan suatu persoalan pekerjaan. Teknologi adalah sebuah peradaban yang mampu menjadi unggul dibandingkan dengan peradaban lainnya. Kehadiran teknologi sangat berpengaruh besar pada kemajuan negara. Negara yang dikatakan maju dilihat dan diukur dari kemampuan negara tersebut dalam menciptakan sebuah teknologi.
Dalam bahasa politis, bangsa yang menguasai teknologi akan mampu menguasai bangsa dan negara lain tanpa harus menaklukkan secara fisik pemerintahan dan rakyat bangsa tersebut. Dengan kata lain, bangsa yang kurang menguasai teknologi akan leluasa denjajah oleh bangsa lain yang sama sekali tidak merasa dirinya sedang dijajah. Terdengar kontroversi. Tapi inilah kenyataan kekinian yang sedang terjadi dibeberapa daerah maupun negara.
Kekerasan dan penganiayaan saat ini sering terjadi di setiap daerah maupan negara. Hal ini disebabkan karena setiap orang menanamkan sikap ego yang tinggi dan tingkat pendidikan yang minim, sehingga berdampak pada pengetahuan dari setiap individu dan terwujudnya sikap merendahkan atau meremehkan pihak lainnya.
Kekerasan dan penganiayaan yang dikategorikan paling parah saat ini terjadi di negara Iserael dan Palestian yang telah merenggut banyak nyawa dari kedua belah pihak. Ketegangan antara Palestina dan Israel sebenarnya sudah kerap terjadi sejak lama. Namun, yang terjadi kali ini adalah perang dengan skala cukup besar yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa.
BACA JUGA : Kasus Perampokan di Kedungreja Disidangkan, Tak Ada Saksi yang Meringankan
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari berbagai media bahwa jumlah korban akibat konflik Palestina-Israel dikabarkan telah mencapai 2.300 korban jiwa dan 8.900 korban luka-luka. Konflik yang berkepanjangan antara Palestina dan Israel telah menjadi salah satu isu geopolitik paling kompleks dan terus berlanjut dalam sejarah modern.
Perang antara Israel dan Palestina dengan segala dampaknya mengerikan yang menimbulkan debat hangat di ruang publik di berbagai Tanah Air. Banyak netizen Indonesia yang ikut mengecam Israel dan mendukung Palestina, namun ada pula yang membela Israel sambil menuding kelompok Hamas sebagai pemicu gejolak, sehingga munnimbulkan pro-kontras dalam diri masyarakat. Banyak postingan dari masyarakat Indonesia terhadap kedua negara ini.
Trias Kuncahyono mengingatkan agar semua postingan itu harus disampaikan secara dingin dan melihatnya secara rasional. Akan tetapi, berdasarkan hasil survei oleh pihak indikator Indonesia dalam riset terbarunya bahwa “sebagaian besar masyarakat Indonesia merasa memiliki kedekatan dengan Palestina”. Mereka menyoroti pemberitaan di beberapa media nasional dan asing, serta media sosial Twitter tentang konflik Israel-Palestina belakangan ini, sejak tanggal 7 Mei hingga tanggal 15 Mei lalu.
Indonesia merupakan negara yang beragama bukan agama. Jadi, boleh kita mendukung dan membantu salah satu dari dua negara tersebut, tanpa harus berkomentar karena kita seiman umat Islam dan kita saudara, maka kita harus mendukung Palestina atau kita umat Kristen kita harus mendukung Israel. Sikap penilaian kita terhadap hal ini salah. Hal ini akan menimbulkan Konflik yang membuat masyarakat Indonesia terpecah belah karena perbedaan pandangan terhadap duan negara ini.
Kasus Israel dan Palestina bukan dilatar belakangi oleh perang agama melainkan kekuasaan wilayah. Kita seharusnya membantu dan mendoakan supaya konflik kedua negara ini dapat damai dan menanamkan prinsip yang semestinya adalah mendukung Palestina untuk memperoleh kemerdekaan dan dapat hidup berdampingan secara damai dengan Israel. Bagaimanapun penjajahan di atas dunia harus dihentikan sebab tidak sesuai dengan kemanusiaan dan keadilan.
Oleh : Karlosius ades
SMAK seminari St. Yohanes Paulus II, Labuan Bajo