KUPANG — METROPAGINEWS.COM || Direktur Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda) Kabupaten Kupang, Jony Sulaiman, menunjukkan komitmen kuat dalam memulai transformasi besar-besaran di tubuh perusahaan. Sejak resmi dilantik, Jony langsung bergerak cepat melakukan pembenahan internal dan turun langsung ke lapangan guna memastikan kesiapan infrastruktur serta memperbaiki kualitas layanan yang selama ini menjadi sorotan publik.
Dalam pertemuan bersama jajaran dan stakeholder di Hotel Neo Aston Kupang, Jony menegaskan bahwa ia tidak akan membuang waktu. “Kalau saya pribadi, saya tidak menunggu waktu. Saya gunakan periode awal ini untuk pembenahan dari dalam. Karena ini perusahaan yang tugas utamanya adalah melayani pelanggan, maka pelayanan harus jadi prioritas,” ujarnya, Sabtu 31 Mei 2025.
Salah satu fokus utama Jony adalah memperbaiki manajemen sumber daya manusia, yang menurutnya menjadi akar persoalan dari tingginya keluhan masyarakat terkait pelayanan air bersih. Ia menilai, pembenahan tidak hanya dari sisi teknis, tetapi juga menyangkut etos kerja dan semangat melayani dari setiap personel PDAM. “Saya minta kita menjadi tim yang solid, kompak, tapi tentu tetap fokus pada pelayanan yang bermutu,” tegasnya.
Sebagai wujud nyata, Jony memperkenalkan sembilan prinsip pelayanan bermutu yang akan menjadi panduan kerja, antara lain: transparansi, partisipasi publik dalam pengambilan keputusan, dan non-diskriminasi dalam pemberian layanan kepada pelanggan.
Tidak hanya bekerja dari balik meja, Jony juga turun langsung meninjau berbagai titik penting penyediaan air, seperti Air Mata Tarus, Perumahan 2100 di Fatule’u, SPAM Raknamo, serta sumber air Oemasi di Kelurahan Berbau. Peninjauan ini dilakukan untuk memastikan kesiapan teknis dan fisik sebelum proses serah terima aset dari Balai PUPR kepada Pemerintah Kabupaten Kupang. Dalam waktu dekat, ia juga akan melanjutkan kunjungan ke wilayah-wilayah strategis lainnya seperti Pulau Semau, Amarasi Timur, Amarasi Barat, dan Amfo’ang.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Jony adalah penurunan jumlah pelanggan dari sekitar 36.000 menjadi 22.000 pelanggan. Angka ini menandakan adanya krisis kepercayaan, yang dipicu oleh buruknya pelayanan dan tingginya tunggakan. “Ini pekerjaan rumah besar. Tapi kita tidak bisa diam. Kita akan dekati mereka untuk tahu akar masalahnya. Kalau memang salah di manajemen, kita perbaiki. Karena keberlangsungan perusahaan ini tergantung pada kepercayaan pelanggan,” ujar Jony.
Sebagai bagian dari evaluasi pelayanan, ia juga membentuk tim investigasi kebocoran yang bertugas mendeteksi titik-titik rawan terutama di pemukiman padat. Ia mengungkapkan bahwa banyak pelanggan hanya menerima “angin” karena saluran air mengalami kebocoran, dan pengaduan masyarakat tidak ditangani dengan cepat oleh tim teknis sebelumnya.
Jony juga menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban pelanggan. Ia menekankan bahwa pelanggan tidak boleh hanya dituntut untuk membayar, sementara hak mereka untuk mendapatkan air bersih tidak terpenuhi. “Kalau perlu, kita beri kompensasi,” tandasnya.
Menghadapi ancaman musim kemarau, Perumda juga tengah mengkaji potensi sumber air baru di berbagai wilayah, termasuk di sekitar GOR Kota Kupang yang debit airnya cenderung hilang saat musim panas. Kajian teknis akan segera dilakukan agar distribusi air tetap berjalan lancar sepanjang tahun.
Untuk mendukung keberlangsungan operasional dan kontribusi terhadap pembangunan daerah, Jony menargetkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga Rp2,5 miliar per tahun. Meski demikian, angka ini masih akan disesuaikan dengan data yang lebih lengkap, mengingat masih ada keterbatasan informasi warisan manajemen sebelumnya. “Caranya adalah kita bangun pemahaman dengan masyarakat. Kalau bisa, kita kembangkan agar masyarakat mau kembali jadi pelanggan. Ke depan kita terus eksekusi lewat kolaborasi dan inovasi,” pungkas Jony.***
Laporan: Alberto L
Komentar Klik di Sini