BerandaReligiUpaya Penyucian Diri Dan Semesta Jelang Perayaan Nyepi Di Klaten

Upaya Penyucian Diri Dan Semesta Jelang Perayaan Nyepi Di Klaten

KLATEN-METROPAGINEWS.COM || Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu di Kabupaten Klaten dan sekitar, menggelar serangkaian Upacara Keagamaan. Satu diantaranya dari serangakaian kegiatan tersebut, yakni Upacara Melasti yang diselenggarakan di Umbul Geneng, Desa Ngrundul Kecamatan Kebonarum, Klaten Jawa Tengah. Pada Minggu (23/03/2025).

IMG 20250323 WA0058

Kegiatan ini menurut Putra salah seorang umat yang kebetulan juga hadir mengikuti upacara Melasti dan mengatakan “Melasti adalah sebuah upaya guna penyucian diri dan semesta menjelang pelaksanaan ibadah Catur Brata Penyepian, yang dilaksanakan tiap tahun sekali. Upacara Melasti tahun 2025 ini merupakan upacara keagamaan tahun caka 1947, menurut penanggalan kalender caka Bali.”

Kalender Caka sendiri yakni adalah kalender yang disesuaikan dengan pergerakan matahari dan bulan.
Kalender Saka disebut juga penanggalan Saliwahana, yang merujuk pada seorang raja ternama dari India bagian selatan.
Kalender Saka mulai digunakan di Indonesia sejak lama oleh kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha.

Melasti adalah upacara yadnya dalam agama Hindu yang secara umum bertujuan untuk mensucikan diri secara lahir dan batin. Upacara Melasti di laksanakan setiap 1 tahun sekali, yang merupakan rangkaian dari Hari raya Nyepi di Bali. Melasti dalam sumber Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan :

Melasti ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana , Artinya : Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Maha Esa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam.

IMG 20250323 WA0056

Upacara Melasti biasanya diadakan oleh Pura yang berdekatan dengan mata air, disamping sebuah upaya guna penyucian diri dan semesta juga diharapkan menjadi sebuah bimbingan bagi umat Hindu, dalam menjaga hubungannya dengan aspek Tri Hita Karana.” jelasnya.

Tri Hita Karana, secara harfiah juga berarti “tiga penyebab kesejahteraan”, atau falsafah hidup masyarakat Hindu Bali yang menekankan pentingnya hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), sesama manusia (Pawongan), dan alam lingkungan (Palemahan).

Menurut sumber wikipedia juga dijelaskan Tri Hita Karana yakni “Tri” berarti tiga. “Hita” berarti kesejahteraan atau kebahagiaan.
“Karana” berarti penyebab. Jadi Tri Hita Karana adalah merupakan sebuah konsep keseimbangan yang merujuk pada Tiga Hubungan Harmonis :
1.Parahyangan: Hubungan harmonis dengan Tuhan (Sang Hyang Widhi Wasa). Ini mencakup menjalankan kewajiban keagamaan, bersembahyang, dan menghormati ajaran agama.
2.Pawongan: Hubungan harmonis dengan sesama manusia. Ini mencakup saling menghormati, toleransi, tolong-menolong, dan menjaga kerukunan dalam masyarakat.
3.Palemahan: Hubungan harmonis dengan alam lingkungan. Ini mencakup menjaga kelestarian alam, menghargai sumber daya alam, dan hidup seimbang dengan alam.

Pelaksanaan Upacara Melasti yang diikuti oleh seluruh umat Hindu di Klaten dan sekitar ini di Klaten diawali dari Pura Tirta Bhuana menuju Umbul Mata Air Geneng, di Desa Ngrundul, kebonarum Klaten, disana seluruh umat kemudian melakukan persembahyangan dan mengambil Tirta. Acara ini juga di hadiri segenap umat, jajaran Perwakilan Ketua PHDI Jawa Tengah dan Klaten, Para Resi, Bupati Klaten, Camat, Kepala Desa, PDAM, Sekolah Tinggi Keagamaan Hindu Jawa Dwipa, Jajaran Forkopimcam, dan segenap tamu Undangan.

Suparman Ketua PHDI Kabupaten Klaten mengatakan “Melasti ini adalah sebuah rangkaian upacara menyambut Hari Raya Nyepi, guna mensucikan Buana Agung dan Buana Alit, serta Pratima-Pratima, atau alat-alat upacara, kemudian juga mengambil Tirta Amerta untuk menyucikan alam ini berikut semua perlengkapan upacara, yang nantinya akan dibawa ke Pura atau ke rumah umat masing-masing. Guna mensucikan segala perlengkapan upacara dan lingkungan di sekitarnya.Kemudian untuk pelaksanaan Melasti ini nantinya akan dipimpin oleh empat Pandita, dan prosesinya di mulai dari Pura Tirta Buana nantinya akan arak-arakan menuju kae umbul Geneng ini dengan membawa Jempana atau wadah untuk Pelinggih Ida Batara, berikut segala sarana upacaranya” jelas Ketua PHDI saat di wawancarai awak media.

Lebih lanjut dikatakan “Rencananya ini nanti akan di hadiri oleh Bupati Klaten Hamenang Wajar Iswoyo, dan terkait undangan dari seluruh umat Hindu di Kabupaten Klaten dan sekitar, beserta dari PHDI Jawa Tengah dan Klaten, juga dari Pembinas Jawa Tengah, Ketua PSN Paguyuban Sangrahan Nusanatara yaitu para Resi-Resi pinadita, atau rohaniawan , kemudian setelah selesai upacara nanti semua peserta upacara mengambil Tirta untuk dibawa ke pura atau rumah masing-masing masing. Berdasarkan statistik di kabupaten Klaten sendiri ada 47 pura dan 12.000 umat,” pungkasnya.

Sementara itu Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo S.I.Kom dalam pidato sambutannya mengatakan “Pada kesempatan yang berbahagia ini saya atas nama pribadi maupun dari Pemerintah Daerah Klaten mengucapakan selamat menjalankan ibadah Melasti pada semua Umat Hindu Di Kabupaten Klaten yang melaksanakan, semoga bisa berjalan khidmat dan diberi kelancaran dalam pelaksanaannya.

Hadirin sekalian, hari ini kita menyaksikan indahnya kebersamaan dalam harmoni, Upacara Melasti mengajarkan nilai nilai luhur yang relevan bukan hanya pada umat Hindu namun juga pada semua warga masyarakat, yaitu menjaga keseimbangan antara alam, manusia dan Tuhannya. Dalam semangat Tri Hita Karana, mari menciptakan hubungan yang harmonis baik dengan sesama, dengan alam dan Tuhan junjungan kita. Saya bangga dengan keragaman yang ada di Kabupaten Klaten ini, sebab kita bukan saja mewarisi budaya dan peninggalan sejarah yang luar biasa, dari Candi Prambanan, Candi Plaosan dan lainnya, namun juga semangat toleransi dalam keberagaman yang terbangun dari dulu hingga saat ini, sehingga menjadikan Kabupaten Klaten ini adalah salah satu kota besar dengan toleransinya yang luar biasa, karenanya mari kita jaga keberagaman yang ada dan toleransi ini.

Hadirin sekalian tentunya ini bukan hanya prosesi, namun ini adalah upacara penyucian terhadap diri juga alam semesta, ini menjadi moment proteksi bagi kita semua untuk selalu menjaga toleransi, keseimbangan, harmoni dan kedinamisan, melalui serangkaian upacara Melasti ini. Mari kita mohon pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, agar segala kotoran duniawi dan yang ada di alam semesta bisa kemudian di sucikan. Dan semoga kedepan dari potensi yang luar biasa umat Hindu di Kabupaten Klaten, semoga nantinya ada sinergi dan kolaborasi lebih lanjut baik, dengan Pemerintah daerah Kabupaten, Propinsi maupun Desa, untuk terus menggaungkan tradisi dan keberagaman serta kegiatan acara-acara keagamaan umat Hindu di Klaten, agar bisa lebih luas terdengar bukan saja di Klaten namun juga di Nusantara atau Indonesia dan manca negara.

Semoga kolaborasi dan sinergitas itu bisa segera terjalin kedepan, juga semoga bisa ikut mendukung pariwisata budaya di Daerah Kabupaten Klaten, serta di harapkan juga bisa berkembang bersama potensi dan perekonomian di sekitar. Moga Ida Sang hyang Widhi Wasa memberkati kita semua, dan akhir kata kami akhiri dengan pantun Berkumpul di umbul Geneng hari Minggu pagi. Berkumpul bersama rekan dan saudara. Selamat melaksanakan ibadah Melasti. Membersihkan diri dan juga membersihkan jiwa. Terima kasih Maturnuwun, Matur Suksma.

IMG 20250323 WA0057

Terpisah Ketut Megantara salah seorang tokoh umat Hindu dari Klaten, Mengatakan “Harapan nya Melasti tahun 2025 ini semoga manusia semakin sadar, bijaksana, adil, jujur dan tidak membedakan golongan, ras, suku maupun agama. Demi terwujudnya kesatuan dan persatuan negara bangsa Indonesia ini dan percaya “Hukum Karma” siapa yang berbuat jahat nantinya akan mendapatkan hukuman alam semesta, dan siapa yang berbuat baik juga akan mendapatkan kebaikan pahala dari alam semesta, serta menjaga alam baik itu air, tumbuhan, pohon, udara dan lainnya. Karena Melasti ini adalah pensucian sebelum hari raya Nyepi atau tawur agung di harapkan manusia khususnya umat Hindu untuk bisa mengendalikan Sad Ripu /enam musuh didalam diri manusia” pungkasnya.

Ditengah kemajemukan masyarakat Kabupaten Klaten sebuah toleransi antar umat beragama masih terus lestari dan terjaga, pada pertengahan suasana bulan Ramadhan dimana umat muslim juga sedang melakukan puasa ramadhan, namun acara ini tetap berlangsung dan berjalan lancar, ini menandakan bahwa toleransi dan rasa saling menghormati diantara umat beragama di Klaten memang sangat bagus, jadi dengan berlangsungnya kegiatan ini dengan baik, maka kita wajib memberikan apresiasi dan penghargaan atas toleransi yang tetap terjaga di antara umat beragama di Kabupaten Klaten.

(Pitut Saputra)

Komentar Klik di Sini