OPINI – METROPAGINEWS.COM || Era modernisasi, telah dan sedang melahirkan berbagai kecanggihan yang baru. Nalarisasi manusia sedang berlomba-lomba untuk menciptakan dunia baru. Manusia pada era modern sedang berhadapan dengan perkembangan atau kemajuan teknologi yang sangat signifikan.
Dunia pasca-primitif, manusia sedang hidup dalam sebuah perubahan jaman, misalnya hadirnya teknologi yang kian canggih oleh otak manusia yang cerdas. Kecanggihan teknologi, mampu mentransformasi struktur kehidupan/dinamika manusia. Presiden Jokowi menyebut fenomena ini sebagai revolusi industry 4.0 revolusi yang dimana terjadi perubahan yang fundamental. Dari yang serba sederhana dan konvensional hingga ke hal yang lebih canggih atau terdigitalisasi. Teknologi merupakan sarana penyediaan barang dan informasi yang diperlukan manusia. Itulah yang memenarik orang untuk menggenggamnya.
Cerdasnya sebuah teknologi yang justeru memenarik orang, membuat manusia semakin dekat dengan teknologi atau mewabah dalam kehidupan manusia. Manusia di zaman sekarang mulai bahkan sudah mulai untuk hidup bergantung pada teknologi. Bagaimana tidak, teknlogi yang canggih membantu dan memudahkan penggunanya dalam segala hal. Perubahan-perubahan struktur masyarakat kemudian melahirkan suatu kultur yakni masyarakat teknologi dan informasi. Teknologi yang semakin canggih bahkan melampaui batas akal manusia justeru memberi implikasi ambivalen.
Lahirnya teknologi canggih dan serba bisa di era modernisasi, mampu mendekatkan orang-orang yang ada di belahan Dunia, bahkan segala yang kita tidak tahu yang terjadi di jauh tempat menjadi tahu dengan teknolgi yang ada. Selain itu juga para pengguna diberi kebebasan dalam mempublikasi ide-idenya dalam media. Hal ini, membuat masyarakat terus mengaspirasikan ide-idenya. Aspirasi tersebut bisa berupa bernuansa negative, misalnya ujaran kebencian dalam unsur Suku, Agama, Ras maupun Antargolongan (SARA). Terhadap persoalan ini, masyarakat mengasumsikan hal ini bahwa konsep ruang dan waktu terasa kecil yang dipengaruhi dari perubahan globalisasi. Yakni mudahnya masuk sebuah budaya baru yaitu teknologi dan informasi yang justeru menimbul kepanikan public. Dengan kata lain Kecanggihan dari teknologi justeru menuntun para penggunannya jatuh dalam sebuah kesalahan dan kepalsuan serta mudah di doktrin dengan cepat melalui media teknologi.
Kenyataan yang tidak dapat disangkal dewasa ini ialah eksistensi berita bohong atau hoax serta ujaran kebencian dalam media semakin berseliweran, entah itu melalui media digital maupun media mainstream. Masyarakat “tenggelam” dalam pelbagai macam kebohongan dan ujaran kebencian yang dibawa oleh media sosial. Itulah yang menjadi prihatin bagi masyarakat biasa yang mudah di doktrin oleh kaum elit. Isinya pun tidak luput dari bahasa-bahasa diskriminatif yang memecabelah kehidupan masyarakat. Berdasarkan realitas, propaganda kebenaran sering kali terjadi pada saat menjelang pemilihan umum. Kendaraan politik yang dipakai tidak lagi dengan menggunakan cara-cara yang wajar tetapi dengan cara-cara yang bertendensi destruktif dan koruptif. Hemat penulis, hal ini dikarenakan kurangnya sikap sapientia (kebijaksanaan) dalam penggunaan teknologi, yang dilakukan oleh orang yang terus mempublikasi berita yang bersifat diskriminatif, ujaran kebencian, hoax dan lain sebagainya yang mempengaruhi masyarakat yang terjerumus dalam ruang teknologi.
Di sisi lain perkembangan teknologi ini, juga memberi sebuah pengetahuan atau pemahaman yang baru bagi penggunanya. Artinya bahwa, teknologi memberi dampak positif bagi kehidupan manusia. Informasi merupakan hal yang paling utama yang dapat mewarnai kehidupan manusia. Dalam hal ini tanpa informasi sirkulasi kehidupan masyarakat ini akan kecil dan semuanya tersendat. Perubahan pola dan struktur masyarakat akibat gelombang perubahan industry 4.0 kemudian berdampak pada cara hidup, perilaku, dan pola pikir manusia.
Dari kedua implikasi di atas merupakan hal yang menjadi perhatian kita. Bagaimana kita menyikapi segala penyalahgunaan teknologi yang kian canggih dan cerdas itu. Lahirnya dunia baru (teknologi) memang tidak dapat dibendungi lagi. Hal yang menjadi pusat utamanya adalah bagaimana peran para pengguna teknologi dalam menggunakan teknologi yang cerdas dan canggih ini. Hemat penulis, kita tidak bisa langsung bersikap eksklusif terhadap diri kita akan kehadiran teknologi ini, tetapi bagaimana sikap selektif kita dan kebijaksanaan kita terhadap penggunan teknologi (bijak berteknologi) ini agar kita tetap bersikap inklusif dengan perkembangan teknologi. Perlu diketahui bahwa teknologi berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarkat, memperlancar perubahan sosial dan mencerdaskan masyarakat.
Dengan demikian, di era modernisasi yang terus mengalir dan berubah sebagai manusia rasionalitas, seharusnya kita memiliki sikap selektif terhadap perkembangan yang kian berubah dan mampu memfilter dari segala yang ada. Banyaknya informasi yang memprovokatif bukanlah menjadi dasar bagi kita agar berikap eksklusif terhadap kehadiran teknologi. Tetapi bagaimana kita bersika bijak terhadap penggunaan teknologi.
Oleh: Theofano Kaspar Hasmio Asal sekolah: SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo