KUPANG — METROPAGINEWS.COM || Seorang mahasiswi berinisial SL dari Politeknik Negeri Kupang (PNK) mendapat sorotan tajam dari publik setelah tindakannya saat Masa Bimbingan (Mabim) mahasiswa baru viral di media sosial. Politeknik negri kupang
Dalam video yang beredar, SL, mahasiswi semester V dari Jurusan Teknik Mesin, terlihat memarahi mahasiswa baru dengan nada keras dalam dialek Kupang, bahkan mengancam mereka untuk pulang serta menyinggung insiden “minum oli” dalam kegiatan tersebut.
Video tersebut menuai kritik dari masyarakat yang menilai tindakan SL berlebihan dan kurang mencerminkan sikap seorang mahasiswa senior yang seharusnya menjadi panutan.
Direktur PNK, Frans Mangngi, pada Senin, 28 Oktober 2024, ia menjatuhkan sanksi skorsing satu minggu kepada SL dan mencopotnya dari jabatan di Kelompok Mahasiswa Jurusan (KMJ) sebagai bentuk tanggung jawab atas perbuatannya.
Menurut Frans, keputusan ini diambil untuk menjaga etika dan nama baik kampus. “Atas nama Politeknik Negeri Kupang, saya meminta maaf kepada masyarakat atas insiden ini. Kami berkomitmen untuk membina mahasiswa sesuai pedoman akademik dan aturan yang berlaku agar kejadian serupa tidak terulang,” ujar Frans.
Pada Rabu, 30 Oktober 2024, SL tampil di depan publik untuk menyampaikan permohonan maaf didampingi oleh Direktur PNK Frans Mangngi dan Ketua Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS), Reisanty Djami.
Dalam pernyataannya, SL menyampaikan rasa penyesalan yang mendalam atas tindakan yang menjadi sorotan publik. “Dari hati saya yang paling dalam, saya ingin meminta maaf kepada masyarakat, pihak kampus, keluarga mahasiswa baru, dan terutama kepada mahasiswa baru atas tindakan saya,” ungkapnya dengan penuh penyesalan.
Ketua Satgas PPKS PNK, Reisanty Djami, menegaskan bahwa kasus ini telah diselesaikan secara internal dan berharap masyarakat berhenti menyebarkan video tersebut, karena SL kini mengalami tekanan mental akibat intimidasi di media sosial.
“Anak ini sudah menerima sanksi akademik, diskors satu minggu, dan dicopot dari pengurus KMJ. Ia sudah menyadari kesalahannya, dan kami menjamin kejadian seperti ini tidak akan terulang di PNK,” ujar Reisanty.
Fraksi PKB DPRD NTT Sempat Angkat Bicara Soal Video Viral Mabim di Politeknik Negeri Kupang.
Pimpinan Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT) menyuarakan kecaman keras terhadap tindakan tidak manusiawi yang dilakukan oleh seorang mahasiswi dalam kegiatan orientasi kampus terhadap sejumlah mahasiswa baru (maba).
Dalam video yang beredar luas di media sosial, mahasiswi yang mengenakan jas khas Politeknik Negeri Kupang ini terlihat melakukan aksi kekerasan terhadap para maba
Ana Waha Kolin, Sekretaris Fraksi PKB DPRD NTT sekaligus aktivis perempuan di NTT, menyatakan bahwa tindakan tersebut telah melanggar nilai-nilai kemanusiaan.
“Fraksi PKB DPRD NTT mengutuk keras dan menuntut agar mahasiswi senior yang melakukan aksi kekerasan tersebut ditindak tegas oleh pihak kampus. Ini adalah bentuk penyiksaan yang keji dan tidak mencerminkan sifat manusiawi,” tegas Ana, seperti dilansir Batastimor dari Tribun Flores (31/10/2024).
Kecaman ini muncul setelah Ana menerima informasi dari salah seorang orang tua maba yang khawatir akan keselamatan dan kesejahteraan anaknya selama mengikuti proses orientasi.
Menurutnya, dalam era modern saat ini, orientasi mahasiswa baru seharusnya mengutamakan edukasi dan solidaritas, bukan justru menimbulkan trauma melalui aksi kekerasan.
“Zaman sudah berubah, kenapa masih ada praktik seperti ini? Jika pelaku beralasan bahwa ia dulu diperlakukan sama, itu tidak bisa menjadi pembenaran untuk melakukan hal serupa.
Kekerasan dalam orientasi kampus bukanlah kewajiban, dan metode tersebut sudah tidak relevan lagi. Apa pun alasannya, cara-cara seperti ini tidak bisa diterima,” ujar Ana Kolin dengan tegas.
Fraksi PKB berharap pihak kampus, khususnya Politeknik Negeri Kupang, dapat bertindak cepat dan tepat untuk memberikan sanksi terhadap mahasiswi yang bersangkutan.
Mereka juga mendesak kampus untuk memastikan proses orientasi ke depan berjalan dengan baik, tanpa ada unsur kekerasan atau tindakan yang merugikan mahasiswa baru.
Sebelumnya diberitakan, sebuah video ospek masa bimbingan (mabim) mahasiswa baru (maba) Politeknik Negeri Kupang (PNK) mendadak viral di media sosial dan menuai kecaman luas dari netizen.
Dalam video yang ramai dibicarakan tersebut, terlihat seorang senior bernama CM melakukan tindakan intimidasi terhadap para mahasiswa baru. Rekaman itu memicu perdebatan tentang praktik ospek yang dinilai sudah kelewat batas.
Video berdurasi singkat tersebut memperlihatkan beberapa mahasiswa baru yang dipaksa duduk dan tiarap di tepi pantai, sementara seorang mahasiswi senior mengenakan jas biru atau almamater Politeknik Negeri Kupang, membentak-bentak mereka.
“Lu diam! Dulu Katong juga kena. Karmana lu pulang, ambil lu pu tas, pulang. Ame sudah, sekarang juga lu pulang,” ucap mahasiswi tersebut dengan nada tinggi.
Sambil marah, senior berinisial CM ini menunjuk ke arah seorang mahasiswi baru yang tampak mengenakan pakaian hitam. Beberapa mahasiswa lain terlihat sedang berbaring di tanah, mengikuti arahan tanpa melawan.
Dalam rekaman yang sama, seorang mahasiswa baru tampak ingin memberikan penjelasan, namun suara lantang dari senior berjas biru membuatnya terdiam. Tidak hanya itu, mahasiswi senior tersebut juga menceritakan pengalaman ospek angkatan mereka di tahun 2019 yang katanya sampai minum oli.
“Jangan membantah. Karena dulu Katong ju begini. Sampe Katong minum oli. Besong bediri e. Katong sampe minum kena oli,” ucapnya sambil menunjuk ke arah mahasiswa baru yang tampak tertekan. Dalam video tersebut, CM bahkan mengancam akan menahan sertifikat mabim milik mahasiswi baru jika tidak mengikuti proses mabim sesuai kehendak mereka.
Menanggapi kehebohan tersebut, Wakil Direktur III Bidang Kerja Sama dan Kemahasiswaan Politeknik Negeri Kupang, Jems Sine, yang dikonfirmasi media ini via telepon WhatsApp pada Selasa, 29 Oktober 2024 menjelaskan bahwa pihaknya telah memanggil Ketua Jurusan Teknik Mesin, panitia mabim, mahasiswa senior, mahasiswa baru yang terlibat, serta para orang tua untuk memberikan klarifikasi.
“Kami sudah menelusuri video tersebut, dan itu sebenarnya direkam oleh mahasiswa senior untuk dokumentasi panitia. Tidak ada maksud intimidasi,” jelas Jems saat diwawancarai pada Selasa (29/10/2024).
Menurut Jems, apa yang terlihat dalam video tersebut sebenarnya jauh berbeda dari narasi yang muncul di media sosial. Ia menekankan bahwa tidak ada kontak fisik selama kegiatan outbound tersebut. Alih-alih memaksa minum oli, tindakan tersebut hanya berupa candaan dengan mengoleskan oli di wajah mahasiswa baru sebagai simbol kegiatan.
“Bahasa yang digunakan mungkin terkesan berlebihan, tapi faktanya mereka hanya mengoleskan oli di wajah, tidak meminumkannya. Kegiatan itu bertujuan mempererat hubungan senior-junior, bukan untuk intimidasi,” tegasnya.
Setelah kegiatan selesai, seluruh mahasiswa, baik senior maupun junior, melakukan kegiatan mandi bersama dari air tangki yang disediakan sebagai penutup rangkaian outbound. Hal ini dimaksudkan untuk membangun kedekatan antar-angkatan dan menghilangkan kesan senioritas yang kaku.
Demi meredam polemik, pihak kampus telah menempuh mediasi dengan semua pihak yang terlibat.
Dalam pertemuan tersebut, telah tercapai kesepakatan damai yang tertuang dalam berita acara dan ditandatangani oleh semua pihak terkait. Kampus pun berkomitmen untuk lebih mengawasi kegiatan mabim ke depannya agar kejadian serupa tak terulang.
“Setelah melihat video tersebut, kami memanggil ketua jurusan teknik, panitia mabim, dan mahasiswa terkait untuk mendapatkan konfirmasi langsung. Semua pihak telah sepakat untuk menyelesaikan masalah ini secara damai,” tambah Jems.
Meski demikian, video yang sempat tersebar luas itu masih menjadi bahan perbincangan di berbagai platform media sosial. Banyak pihak berharap agar kegiatan orientasi mahasiswa tidak lagi mengandung unsur-unsur yang berpotensi merendahkan martabat atau menimbulkan kesalahpahaman di kalangan publik.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa pentingnya menjaga etika dalam berinteraksi dan menghormati batas-batas dalam kegiatan orientasi mahasiswa, terutama di era digital, di mana rekaman singkat dapat dengan cepat mempengaruhi persepsi masyarakat luas.***
Laporan: Alberto/L