SURAKARTA – METROPAGINEWS.COM || Ratusan pengemudi ojek online (ojol) dari berbagai aplikasi dan komunitas menggeruduk Markas Brimob Batalyon C Pelopor Surakarta, Jumat siang (29/8/2025). Aksi spontan ini dipicu meninggalnya salah satu rekan mereka dalam insiden kendaraan taktis Baracuda di Pejompongan, Jakarta.
Solidaritas Spontan
Mobilisasi massa terjadi hanya dalam hitungan jam. Komunitas driver di wilayah eks-karesidenan Surakarta, termasuk Subosukowonosraten, mengeluarkan pernyataan mengecam keras insiden tersebut. Mereka menegaskan aksi bukan sekadar atas nama organisasi, melainkan bentuk solidaritas dan kepedulian kemanusiaan.

Tiga Tuntutan Utama
Dalam aksinya, para pengemudi ojol menyampaikan tiga tuntutan pokok:
1. Hukuman setimpal bagi pelaku insiden Baracuda.
2. Evaluasi dan sanksi terhadap jajaran pengamanan yang dianggap gagal mengantisipasi kerusuhan.
3. Pencopotan Kapolri yang dinilai lalai menjaga keselamatan warga.
Tri Prasongko Sule, driver ojol dari komunitas DFR (Delanggu Free Rider), menegaskan tuntutan pencopotan Kapolri bergaung kuat di lapangan. “Anggaran untuk seragam dan senjata aparat berasal dari pajak rakyat kecil. Seharusnya aparat melindungi, bukan menindas rakyat,” ujarnya.
Jalannya Aksi Memanas
Aksi yang berlangsung sejak usai salat Jumat membuat arus lalu lintas sekitar Stadion Manahan dialihkan. Sekitar pukul 15.00 WIB, ketegangan meningkat ketika aparat menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Sebagian peserta aksi mundur, sementara sebagian lainnya masih bertahan di lokasi.
Situasi sempat memanas ketika pagar markas Brimob jebol akibat desakan massa. Lemparan botol air mineral dan batu menambah ricuh suasana, meski upaya mediasi segera dilakukan oleh sejumlah perwakilan komunitas ojol.
BACA JUGA : Kasus Perampokan di Kedungreja Disidangkan, Tak Ada Saksi yang Meringankan
Upaya Mediasi
Tokoh-tokoh komunitas ojol kemudian berunding dengan aparat untuk meredam potensi bentrokan. Mereka menegaskan aksi dilakukan secara damai tanpa niat anarkis. Hingga sore hari, situasi berangsur kondusif meskipun gas air mata masih menyelimuti kawasan sekitar markas Brimob.
Suara Akar Rumput
Hanafi, penggerak komunitas ojol Solo Raya, mengaku terkejut melihat lautan jaket ojol memenuhi jalanan dalam waktu singkat. “Solidaritas ini lahir murni dari rasa simpati. Bahkan warga dan pelajar ikut bergabung tanpa ada koordinasi resmi,” katanya.
Aris, tokoh komunitas BC Maksindo Kartasura, berharap aksi ini menjadi momentum refleksi bagi aparat. “Kami hanya menuntut keadilan dan ingin suara akar rumput didengar, bukan diintimidasi,” ujarnya.

Refleksi dan Harapan
Aksi di Surakarta ini menjadi potret baru gerakan solidaritas digital yang cepat berkembang menjadi mobilisasi massa nyata. Para pengemudi ojol menekankan bahwa keadilan harus ditegakkan secara humanis tanpa diskriminasi.
Hingga berita ini diturunkan, massa masih tampak bertahan di sekitar lokasi meski jumlahnya mulai berkurang. Sementara pihak kepolisian belum memberikan keterangan resmi terkait tuntutan para pengemudi ojol.
(Pitut Saputra)


Komentar Klik di Sini