OPINI – METROPAGINEWS.COM || Saat ini dunia dalam situasi darurat. Laju globalisasi menjadi salah satu penyebab situasi darurat yang terjadi saat ini. Banyak dampak negatif yang dihasilkan, kita dapat merasakan dampak tersebut dalam perubahan cuaca yang tidak menentu saat ini. Ditambah lagi kenaikan suhu permukaan bumi yang terjadi akhir-akhir ini. Salah satu bentuknya adalah efek rumah kaca. Efek rumah kaca merupakan proses naiknya suhu bumi yang disebabkan oleh komposisi atmosfer.
Peristiwa ini terjadi didasari oleh pemantulan sinar matahari dari berbagai macam benda di permukaan bumi yang dapat merusak lapisan ozon. Lapisan ozon berfungsi untuk menghambat sinar matahari yang masuk ke dalam bumi dan berada di atmosfer. Apabila lapisan ozon pada atmosfer menipis atau berkurang, maka suhu permukaan bumi akan meningkat.
Banyak faktor yang memengaruhi menipisnya lapisan ozon. Faktor yang memiliki pengaruh signifikan dalam hal ini adalah banyaknya zat-zat berbahaya yang terdapat pada permukaan bumi, salah satunya adalah karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida sendiri berasal dari aktivitas-aktivitas mahluk hidup yang ada di bumi. Teknologi-teknologi yang menggunakan bahan bakar fosil memiliki andil yang besar dari berkembangnya karbon dioksida. Hal ini tentu saja berdampak bagi kehidupan yang ada dalam bumi, terutama bagi lingkungan yang kita tempati ini. Bukan hanya itu, berbagai bidang kehidupan yang ada didalamnya dapat terganggu karena adanya hal tersebut.
Banyak orang di dunia saat ini menjadi khawatir akan dampak signifikan yang ditimbulkan. Oleh karena itu, para peneliti dan pemerintah saat ini sedang mencari jalan keluar yang tepat untuk mengatasi masalah ini dengan segera. Berbagai macam cara sudah dilakukan mulai dari melakukan reboisasi sampai memanfaatkan teknologi – teknologi canggih dan terbarukan. Salah satu contoh teknologi yang sedang trending saat ini adalah penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI) dalam pengelolaan lingkungan.
Teknologi AI digadang- gadang mampu mengatasi kekritisan keadaan bumi saat ini. Dilansir dari menpan.go.id, Wamenkominfo Nezar Patria, mendorong penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI) untuk mendukung transformasi ekonomi dan pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan. Di acara Green Press Community (SIEJ) bertema “Komunikasi, Jurnalisme dan AI dan Digitalisasi dalam Narasi Isu lingkungan” di Jakarta, pada Rabu (8/11/2023), Wamenkominfo mengatakan “sebagai salah satu teknologi digital yang kerap dimanfaatkan untuk penanganan isu lingkungan, teknologi artificial intelligence memiliki potensi yang signifikan bagi transformasi ekonomi dan keberlanjutan lingkungan”.
Teknologi ini dapat membantu upaya menghadirkan lingkungan hidup berkelanjutan yang berdampak baik pada pengurangan emisi karbon dan berkaitan dengan sumber daya alam. Adapun dampak-dampak positif lainnya yang dihasilkan oleh teknologi buatan ini, seperti kemampuannya mengoptimalkan konsumsi energi, mengurangi limbah, mengembangkan dan menerapkan praktik berkelanjutan di industri seperti pertanian, kehutanan, dan transportasi. Berdasarkan data dari UN Environtment program tahun 2023, teknologi AI berpotensi mengurangai emisi karbon dioksida sebesar 20% dan mengurangi pemanfaatan sumber daya alam bagi proses produksi sebesar 90%.
Namun penggunaan teknologi AI menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pasalnya, masih ada masyarakat yang meragukan keefektivan dari teknologi tersebut. Dikutip dari Liputan6.com komunitas AI saat ini, mengadopsi sikap “bigger is better“ terkait data ini. Namun, pendekatan tersebut justru mengancam dan menimbulkan kerusakan lingkungan di masa depan.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, kita dapat mengatakan bahwa penggunaan teknologi AI dapat membantu kita dalam memahami dan mengatasi permasalahan lingkungan yang sedang terjadi. Selain itu, teknologi dapat menjanjikan lingkungan terbarukan yang bebas dari zat karbon dioksida yang dapat membahayakan lingkungan. Kita dapat memantau dan memprediksi pola cuaca sehingga dapat mempersiapkan diri atau bahkan dapat mencegahnya sebelum masalah tersebut terjadi. Sambil kita berusaha untuk mengendalikan pemanfaatan teknologi AI secara lebih arif.
Untuk itu, diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengendalikan teknologi tersebut. Karena teknologi adalah hasil ciptaan manusia dan hanya manusia yang dapat mengendalikannya. Jangan sampai manusia yang dikendalikan oleh teknologi yang diciptakannya sendiri.
Pemerintah sebaiknya bersikap tegas terkait hal ini. Tidak seorang pun boleh memanfaatkan teknologi untuk kepentingan diri sendiri atau bersikap egois. Kita semua hidup di bumi yang sama dan memiliki hak yang sama demi kelangsungan hidup. Karena itu, kita semua wajib ikut ambil bagian dan bertanggung jawab atas keadaan bumi saat ini yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Pendidikan memiliki peran penting demi pemahaman yang baik dalam pemanfaatan teknologi. Pemanfaatan teknologi AI dalam pemeliharaan lingkungan hidup merupakan salah satu alternatif demi kelangsungan hidup. Hanya orang terdidik yang dapat memanfaatkan sekaligus memberi pemahaman yang baik kepada sesamanya. Dengan pendidikan anggota masyarakat menjadi pribadi yang bijak dalam menggunakan teknologi. Kita melakukan semua ini agar kita memiliki bumi yang sehat, bersih dan ramah; teknologi AI mendukung terciptanya system keberlanjutan yang ramah lingkungan. Hingga akhirnya, bumi tidak hanya dinikmati saat ini, tetapi hingga saat nanti ketika generasi baru muncul.
Oleh : Cyrilla Alexandra Dianputri Rana SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo