KLATEN – METROPAGINEWS.COM || Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Klaten kembali menjadi sorotan setelah belasan siswa SMPN 1 Wedi diduga mengalami keracunan massal, Rabu (8/10/2025). Suasana panik menyelimuti lingkungan sekolah saat sejumlah siswa menunjukkan gejala mual, pusing, dan dehidrasi setelah menyantap menu MBG yang baru dibagikan.
Menurut data sementara, sebanyak 14 dari 351 siswa penerima program MBG mengalami gejala keracunan dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Kejadian tersebut memicu kepanikan di kalangan guru dan staf sekolah yang segera melakukan penanganan darurat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Anggit Budiarto, yang meninjau langsung di Puskesmas Wedi, membenarkan peristiwa tersebut.
“Kami menduga kuat bahwa keracunan ini bersumber dari makanan program MBG. Tim sedang melakukan investigasi untuk memastikan penyebab pastinya,” ujarnya.
Ambulans Sibuk, Orang Tua Panik
Sebanyak tujuh unit ambulans dikerahkan untuk mengevakuasi para siswa ke sejumlah fasilitas kesehatan terdekat. RS Bagas Waras ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan utama. Para orang tua pun berdatangan ke sekolah, panik mencari kabar tentang anak-anak mereka.
“Alhamdulillah, anak saya masuk siang belum sempat makan MBG,” ujar seorang wali murid dengan nada lega.

BACA JUGA : Kasus Perampokan di Kedungreja Disidangkan, Tak Ada Saksi yang Meringankan
Hingga berita ini diterbitkan, pihak sekolah belum memberikan keterangan resmi kepada awak media. Upaya konfirmasi kepada Afrizal, Kepala Dapur MBG yang memasok makanan ke sekolah tersebut, juga belum membuahkan hasil.
Dugaan Kesalahan Prosedur Penyimpanan Makanan
Informasi yang dihimpun MetroPagiNews.com menyebutkan, SMPN 1 Wedi menerima pasokan makanan dari dapur MBG yang berlokasi di Tegal Baru, Desa Sembung, Kecamatan Wedi, yang dikelola oleh mitra bernama Sugiono. Dapur ini diketahui melayani sekitar 3.000 siswa di wilayah Klaten.
Salah satu relawan lapangan, Sarwo Teguh, mengungkapkan indikasi adanya kelalaian dalam proses penyimpanan bahan pangan.
“Daging hanya disimpan di suhu ruangan, padahal seharusnya di freezer. Selain itu, makanan dikemas saat masih panas, sehingga proses pembusukan bisa terjadi lebih cepat,” terangnya.
Kepala Puskesmas Wedi, dr. Wahyu, menambahkan bahwa puskesmas tidak memiliki fasilitas rawat inap karena berdekatan dengan rumah sakit besar. “Seluruh pasien langsung dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lanjutan,” ujarnya.
Distribusi MBG Dihentikan Sementara
Sebagai langkah cepat, Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten menghentikan sementara penyaluran program MBG hingga hasil investigasi keluar.
“Status program selanjutnya akan ditentukan oleh Koordinator BGN Kabupaten Klaten setelah evaluasi menyeluruh,” tegas Anggit.
Dinkes Klaten juga berencana meningkatkan pelatihan keamanan pangan bagi seluruh karyawan dapur MBG sebelum SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) kembali beroperasi. Selain itu, koordinasi dengan Kementerian Kesehatan terus dilakukan untuk mempercepat proses sertifikasi SLHS (Sertifikat Laik Higiene Sanitasi).
Dari 38 dapur MBG di Klaten, sebanyak 29 dapur telah beroperasi, sementara sisanya masih dalam proses pendaftaran dan verifikasi izin.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan tambahan korban baru. Tim gabungan dari Dinkes, BPOM, dan kepolisian tengah melakukan investigasi menyeluruh guna memastikan penyebab utama kejadian tersebut.
Peristiwa ini menjadi pengingat penting bahwa program pangan bergizi harus dijalankan dengan pengawasan ketat dan standar keamanan tinggi agar tujuan mulianya tidak berbalik menjadi ancaman bagi kesehatan siswa.
(Desi)


Komentar Klik di Sini