METROPAGINEWS.COM || Fenomena bullying atau perundungan di sekolah kembali menjadi sorotan publik. Kasus demi kasus yang muncul di berbagai daerah menimbulkan keprihatinan mendalam dari masyarakat, orang tua, hingga para pendidik.
Bullying tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga meninggalkan luka psikologis yang bisa memengaruhi masa depan anak. Karena itu, upaya pencegahan sejak dini harus menjadi tanggung jawab bersama antara pihak sekolah, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Kepala Dinas Pendidikan salah satu kabupaten, dalam keterangannya, menegaskan bahwa sekolah tidak boleh abai terhadap isu ini.
“Setiap peserta didik berhak mendapatkan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk kekerasan. Guru dan tenaga kependidikan harus proaktif mengawasi serta menanamkan nilai empati kepada anak-anak,” ujarnya.
Program pencegahan bullying bisa dilakukan melalui:
Pendidikan karakter dan penguatan literasi moral di kelas.
Pelatihan guru untuk mengenali tanda-tanda perundungan.
Penyediaan konselor sekolah yang siap memberi pendampingan.
Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan aparat terkait untuk membangun sistem pelaporan cepat.
Tokoh masyarakat setempat juga menyampaikan keprihatinannya.
“Bullying jangan dianggap sepele. Korban bisa kehilangan rasa percaya diri bahkan trauma berat. Mari kita jadikan sekolah sebagai ruang aman untuk tumbuh kembang anak, bukan tempat yang menakutkan,” tutur salah satu tokoh pendidikan.
Melalui kesadaran bersama dan langkah nyata, diharapkan tidak ada lagi peserta didik yang menjadi korban perundungan. Pendidikan semestinya menjadi jalan menuju masa depan yang cerah, bukan ruang yang meninggalkan luka batin.
( Redaksi )
Komentar Klik di Sini