CILACAP – METROPAGINEWS.COM || Melihat aktivitas PT Cikal Dian Astuti (CDA) Cilacap sebagai perusahaan penempatan calon pekerja migran Indonesia (CPMI), perusahaan tersebut hanya memberangkatkan CPMI yang punya kompetensi, serta yang berkompeten.
Sertifikat kompetensi tersebut bisa didapatkan di Disnakerin tanpa melalui PT atau LPKS.
“CPMI yang sudah mempunyai kompetensi dan sudah punya keahlian uji kompetensi dari Disnakerin tanpa melalui PT, dan setelah mempunyai akun, PT akan menerima pendaftaran dan mencarikan job atau pekerjaan di luar negeri sesuai job atau surat izin pengerahan yang kita punya,” kata Direktur CDA, Vivin Eka Budi Wahyono, Rabu (13/12/2023).
Menurut Vivin, pihaknya di Cilacap mencarikan job informal asisten rumah tangga (ART) atau pelaksana rumah tangga itu SIP-nya ada, yakni untuk Taiwan, Hong Kong, dan Singapura.
“Kalau kami di sini, kebetulan CDA berbeda dengan LPKS lain. Kalau sekarang lembaga pelatihan kerja swasta, tapi nama LPKS-nya juga sama CDA. Jadi itu bentuknya lembaga. Setelah kami latih di sini menggunakan LPKS CMA Output. Kalau dia sudah kompeten, baru kami daftarkan di laman siap kerja di Kemnaker,” ujar Vivin lagi.
BACA JUGA : Kasus Perampokan di Kedungreja Disidangkan, Tak Ada Saksi yang Meringankan
Ia menekankan, kalau yang mengikuti pelatihan sekitar 40 CPMI. Yang sudah kompeten sekitar 20, dan di sini sebagai rumah singgah pemantapan bahasa karena sangat diperlukan sebelum terbang dan harus ada pemantapan bahasa berkualitas dari PT CDA.
“Kalau beberapa waktu yang lalu ada arahan dari Kementerian, kami menghadirkan 20 CPMI untuk menghadiri acara Kemnaker atau menteri membahas tentang jaminan ketenagakerjaan, seperti asuransi tenaga kerja, khususnya CPMI,” beber Vivin.
Sekarang ini, katanya, sebagian dari mereka sudah berangkat atau terbang ke negara yang dipilih. “Namanya usaha, kami punya target. Target kami bisa memberangkatkan 8 sampai 10 orang setiap bulannya. Tetapi itu tergantung dari minat. Karena semakin banyak P3MI di Cilacap, dan yang terdaftar sekitar 50 P3MI. Kita bersaing dengan mereka, otomatis kan bagian rotinya itu kita bagi-bagi. Kita ya berusaha itu inginnya ramai,” katanya.
Ditanya persaingan dengan pekerja migran negara lain, Vivin menerangkan, semua perusahaan punya target. Saya minimal 8 sampai 10 CPMI yang akan kita berangkatkan.
“Alhamdulillah, yang saya pahami dan saya rasakan itu pasar di Kupang, CPMI kita atau tenaga kerja Indonesia yang ada di luar negeri sangat diprioritaskan. Cuma kita memang kalah bahasa dengan Filipina. Jadi semua ada plus-minusnya. Soal bahasa, kita bersaing dengan Filipina, karena Filipina bahasa nasional mereka adalah bahasa Inggris. Kita kesulitan di situ. Tetapi masalah pokok pekerjaan, tenaga Indonesia diacungi jempol oleh negara tujuan, terutama di Singapura, Taiwan, dan Hong Kong. Dan kita yang diunggulkan,” tutup Vivin.
(Estanto)